Semua Bab Dibuang Suami, Dinikahi Adik Ipar: Bab 1 - Bab 10

93 Bab

Bab 1. Aku Istri, Bukan Pembantu

Faisal terbangun tiba-tiba, tersentak oleh suara muntah-muntah yang mengganggu tidurnya. Faisal meraba-raba di kegelapan sebelum menyalakan lampu. Saat itu dia bisa melihat jam di meja masih menunjukkan pukul tiga pagi.Dengan langkah malas, Faisal keluar dari kamar. Suara muntah itu makin terdengar jelas, ia mendekati pintu kamar mandi dan melihat Alisha yang membungkuk di depan wastafel kamar mandi, punggungnya naik turun dalam irama muntah yang tak berkesudahan.“Kamu kenapa masih muntah-muntah terus? Bukannya sudah dikasih obat biar gak mual sama bidan?” gumam Faisal kesal. Dia berjalan mendekati Alisha, suaranya terdengar keras di tengah keheningan malam.Alisha terkejut oleh kehadiran suaminya, memalingkan wajahnya yang pucat ke arah Faisal. Ia mengusap bibirnya yang basah karena bilasan air. “Aku juga gak tau, Mas. Aku sudah minum suplemen dari bidan, tapi aku masih mual.”“Kalau bisa kamu tahan— kita ini masih numpang di rumah orangtua aku. Jadi usahakan, kamu jangan ganggu is
Baca selengkapnya

Bab 2. Bakti Pada Mertua?

“Ada apa sih?” Nur muncul dari arah belakang, melihat kedua anaknya tampak berdebat. Perhatian Nur teralih pada Farhan yang masih memegangi kopernya. “Farhan? Kamu baru sampai?” tanya Nur, tersenyum melihat anak keduanya yang akhirnya kembali. Farhan langsung mendekat pada Nur, lalu mencium tangannya. “Baru aja, Bu,” jawabnya singkat.“Baru pulang kenapa langsung berdebat sama adikmu sih?” tanya Nur, heran melihat keadaan sebelumnya.“Siapa yang berdebat sih, Bu? Aku cuma negur Farida aja, soalnya dia gak nyuci baju sendiri. Malah dicuciin sama Mbak Alisha,” jelas Farhan.Nur menghela nafas panjang sebelum mencoba meredakan situasi tersebut.“Farhan, menurut ibu masalah itu tidak perlu dibesar-besarkan. Lagian, kan wajar kalau Alisha bantu kerjaan di rumah,” jelas Nur.Farhan menggelengkan kepalanya. “Tapi gak harus semua kerjaan dilimpahkan ke Mbak Alisha.”“Itu cuma bentu bakti sama mertua. Dulu ibu juga selalu bantu-bantu waktu tinggal di rumah kakek sama nenek kamu,” ucap Nur tak
Baca selengkapnya

Bab 3. Curiga

Faisal menarik tangan Alisha menuju kamar dengan agak kasar, membuat Alisha meringis kesakitan.“Mas, kenapa kamu narik-narik tangan aku kayak gini? Tangan aku sakit, Mas,” protes Alisha sambil berusaha melepaskan tangannya yang dicengkeram Faisal. Setibanya di kamar, Faisal segera menutup pintu dan melepaskan pegangannya. Pria itu menatap Alisha dengan ekspresi serius. “Kamu bisa gak sih, sehari aja gak bikin masalah?”“Aku gak bikin masalah apa-apa!” balas Alisha dengan tegas, ia kesal selalu dipersalahkan.“Kalau kamu gak bikin masalah, kenapa Farida sampai marah-marah begitu?” tanya Faisal. Alisha tak langsung menjawab, dia mengalihkan pandangannya ke arah lain— enggan menatap suaminya dalam kondisi seperti ini.“Kenapa malah diam? Jawab!” ucap Faisal dengan suara meninggi. Alisha akhirnya kembali menatap Faisal, namun masih tak ada jawaban yang keluar dari mulutnya. Andai pun ia menjawab apa adanya, belum tentu Faisal akan mempercayai ucapannya.“Sebelumnya aku udah bilang, aku g
Baca selengkapnya

Bab 4. Rekan Kerja

“Sudah gila kamu, Mas? Aku cuma ngingetin kamu buat gak bersikap seenaknya ke mbak Alisha, kamu malah mikir kalau aku suka sama istri kamu?” geram Farhan. “Kalau kamu gak suka sama Alisha, buat apa kamu bela-belain dia terus?” bentak Faisal. “Karena aku gak suka liat perlakuan orang-orang di rumah ini ke mbak Alisha! Nyadar dong, Mas. Mbak Alisha ini juga anak perempuan orang— coba bayangin kalo orangtua mbak Alisha sampai tahu kalau di sini, mbak Alisha diperlakukan kayak gini,” ucap Farhan. “Gak usah sok nasihati! Kamu itu tau apa?” geram Faisal. Farhan maju, mau mendekat pada Faisal seperti siap berkelahi, tapi Alisha lebih dulu berdiri di antara Faisal dan Farhan. “Udah-udah cukup! Gak usah ribut. Farhan, udah gak usah diterusin. Mas Faisal capek, baru pulang kerja. Kamu jangan ngajak ribut.” “Mas Faisal sendiri yang ngajak ribut,” ucap Farhan dengan suara meninggi. Faisal dan Farhan saling bertatapan dengan dengan tajam. Diam-diam, Alisha menatap Farhan dengan ekspresi memo
Baca selengkapnya

Bab 5. Suami Tanpa Pengertian

Farhan menatap Faisal dengan tatapan tajam. “Harusnya kamu ngaca, Mas! Kamu pikir pria beristri pantas duduk berduaan sama perempuan lain?” sindir Farhan.Faisal mencoba membela diri, “Aku bukan lagi berdua-duaan di tempat sepi, Farhan! Tapi di warung. Kebetulan aja Rahma lagi makan di sini, gak mungkin aku ngusir dia kan?”“Tapi kalian tadi gak lagi makan,” timpal Farhan. “Kalian bercanda, ketawa-tawa, keliatan akrab banget. Lagian kamu aneh, Mas. Sama perempuan lain ramah banget, kenapa sama istri sendiri malah ngebentak-bentak mulu?”“Siapa yang ngebentak-bentak mulu?” tanya Faisal kesal.“Aku denger sendiri tadi kamu bentak-bentak mbak Alisha cuma karena masakan dia keasinan, masih mau nyangkal?” ucap Farhan tajam. “Mas, kamu itu imam keluarga. Harusnya kamu mengayomi istri kamu, bukan seenaknya nindas dia.”Faisal merasa kesal karena ucapan Farhan yang terus menyudutkan dirinya. “Aku nggak pernah nindas Alisha. Lagian kamu itu tahu apa? Kamu bahkan belum nikah.”“Aku emang nggak
Baca selengkapnya

Bab 6. Konflik Kakak Adik

Farhan yang baru pulang dan sempat mendengar cibiran Farida pada Alisha, merasa kesal melihat kakak iparnya diperlakukan demikian oleh adiknya. Farhan melangkah mendekati meja setrika dan meraih baju yang saat itu sedang disetrika oleh Alisha.“Aku ambil ya, Mbak,” ucap Farhan, memotong aktivitas Alisha. Alisha kaget karena Farhan tiba-tiba muncul dan merebut baju yang sedang dia setrika. “Tapi itu belum selesai disetrika.”Tanpa menjawab ucapan Alisha, Farhan melangkah mendekati Farida yang masih duduk di sofa ruang tengah sambil nonton tv. Dengan tegas, ia melempar baju tersebut ke arah Farida hingga menutupi mukanya, “Setrika sendiri! Itu baju kamu kan?” teriak Farhan dengan nada tinggi.Farida kaget dan buru-buru menyingkirkan pakaian dari mukanya. “Mas Farhan!! Kamu apaan sih?”“Kamu yang apaan? Ngapain tadi ngata-ngatain mbak Alisha males? Yang ada kamu sendiri yang males! Masa iya baju kamu dicuciin, disetrikain sama mbak Alisha?” bentak Farhan dengan penuh kekesalan.“Emang ke
Baca selengkapnya

Bab 7. Bukan Tugas Menantu

“Minta maaf sama adikmu,” perintah Nur, menuntut ketaatan dari anak tengahnya. Farhan menatap ibunya dengan tatapan kecewa, Nur bahkan sudah mengerti alasannya marah, namun tetap Farida yang mendapat pembelaan darinya.“Farhan!!” tegas Nur sekali lagi, kali ini suaranya lebih keras dari sebelumnya. Farhan menghela napas dalam-dalam, merasa tak memiliki pilihan, Farhan akhirnya melangkah mendekati Farida, kemudian duduk di sampingnya. Farhan lalu mengulurkan tangan kanannya untuk bersalaman dengan Farida. “Farida, Mas minta maaf,” ucap Farhan dengan suara datar.Farida tak langsung menyambut uluran tangan Farhan, masih terdiam dengan rasa kesal. “Dimaafin gak sih?” Farhan mulai nyolot, membuat Farida akhirnya terpaksa menerima uluran tangan itu. “Iya!” jawab Farida dengan nada sama kesalnya.“Tapi ini permintaan maaf karena mas udah bentak kamu, soal teguran mas tadi, itu bukan kesalah
Baca selengkapnya

Bab 8. Merasa Salah Memilih Istri

Alisha kaget melihat kemunculan Faisal yang tiba-tiba. Ia bangkit dengan ekspresi panik, takut jika suaminya salah paham. Farhan, yang masih mencuci piring, menoleh sekilas, tetapi terlihat tetap tenang. Dia lalu melanjutkan kegiatannya.“Mas, itu... aku cuma ngobrol sama Farhan,” jelas Alisha dengan cepat.“Ngobrol apa?” Faisal menanggapi dengan nada sinis.“Ngobrol biasa aja kok, Mas,” jawab Alisha, mencoba meredakan ketegangan.Faisal menegur tajam, “Kalo gak ada sesuatu yang penting, harusnya kamu nggak perlu ngobrol sama Farhan. Ingat, kamu itu perempuan yang udah bersuami.”Farhan yang mendengar kritik pedas Faisal jadi kesal. Dia menghentikan aktivitas mencuci piring dan menoleh pada Faisal. “Mbak Alisha tadi sebenernya nasihatin aku, biar gak bikin ribut lagi. Itu penting atau nggak, tergantung penilaian kamu, Mas,” katanya tegas.Faisal menatap Farhan dengan sengit, tapi Fa
Baca selengkapnya

Bab 9. Istri Durhaka atau Suami Dzolim?

Minggu pagi, setelah shalat subuh berjamaah dengan Faisal. Alisha mencium tangan Faisal, “Mas, aku minta maaf kalau selama ini ada salah. Aku harap kamu bisa membimbing aku, biar aku bisa lebih baik.”Alisha memang masih sakit hati setelah mendengar pembicaraan Faisal dan ibu mertuanya tempo hari. Namun ia tak ingin terlalu fokus pada hal itu. Mengungkitnya di depan Faisal hanya akan menimbulkan konflik baru, atau bahkan lebih parah dari sebelumnya. Alisha lebih memilih mengalah, melupakan hal yang membuatnya terluka, demi keutungan keluarganya-- demi calon anak mereka juga.“Iya, makanya kamu tuh yang nurut sama suami. Jangan banyak drama selama kita masih numpang di rumah orangtua aku,” kata Faisal, seolah yang salah selama ini hanya Alisha.Alisha menahan getir. Meski hatinya terluka, tapi dia tidak ingin memperbesar perkara dan memilih mengangguk.“Iya, Mas. Aku berusaha kok,” katanya Alisha, meski jawaban tersebut
Baca selengkapnya

Bab 10. Ke Bidan Tanpa Faisal

Alisha merasa napasnya tersangkut di tenggorokannya saat Faisal menatapnya dengan mata penuh kemarahan.“Berani kamu ngomong kayak gitu sama suami kamu? Istri durhaka!” bentak Faisal dengan nada tinggi.Alisha menelan ludahnya, terkejut mendengar kata-kata kasar yang terlontar dari bibir Faisal. Kali ini, dia tidak bisa diam saja.“Kamu nyebut aku istri durhaka tanpa nyadar kalo kamu itu suami dzolim,” serunya dengan suara yang bergetar, mencoba menahan emosi yang membara di dalam dirinya. “Selama ini aku ngalah, tapi kamu malah nginjek-injek aku terus.”Sebelum Alisha sempat menyelesaikan ucapannya, sebuah tamparan keras mendarat di wajahnya dengan kekuatan yang membuatnya terhuyung ke belakang. Dia merasakan rasa sakit dan panas di pipinya, tapi yang lebih dalam dari itu adalah kekecewaan yang merayapi hatinya.Rasa sakit fisik mungkin hanya dirasakan di permukaan, namun kekecewaannya telah meremukkan sesuatu d
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status