All Chapters of Dibuang Suami, Dinikahi Adik Ipar: Chapter 31 - Chapter 40

93 Chapters

Bab 31. Tawaran Dion

Setelah seharian bekerja di butik Cantika, waktu pulang pun tiba. Farhan mengemasi barang-barangnya, memasukkannya ke dalam tas. Farhan menyandang tasnya sambil menoleh ke meja Alisha yang terletak di seberang ruangan. “Udah waktunya pulang, mbak.” Alisha mengangguk, menanggapi dengan senyuman. Dia juga segera mengemasi barangnya. Dia mencabut kabel listrik mesin jahit untuk memastikan semuanya aman ketika ditinggal pulang. Setelahnya, Alisha dan Farhan keluar dari ruangan mereka. Mereka berjalan di sekitar halaman butik, bergabung dengan beberapa karyawan lain yang juga akan pulang. Suasana terasa ringan dengan obrolan-bercanda yang terjadi di antara mereka. Kebanyakan bertanya pendapat Alisha tentang hari pertamanya bekerja di butik Cantika. “Gimana tadi kerjanya, mbak? Lancar kan?” tanya Maya. “Alhamdulillah, lancar kok. Kayaknya bakal betah kerja di sini,” jawab Alisha. Maya tersenyum dan menegangguk. “Pasti betah lah, aku yang kerja sejak butik i
Read more

Bab 32. Situasi Bahaya

Alisha terdiam, terkejut dengan pengakuan tulus Dion. Meskipun merasa tak nyaman dengan situasi tersebut, ia tetap menghargai keberanian Dion untuk berbicara terus terang. “Mas, aku... aku nggak tahu harus ngomong apa,” kata Alisha dengan penuh keraguan.Dion menyadari bahwa perasaannya tidak bisa dipaksakan kepada Alisha.“Lis, aku gak akan maksa kamu. Aku cuma ingin kamu tahu perasaanku,” ujar Dion. “Tapi, tolong pikirkan tawaran aku tadi. Ini bukan cuma demi kamu, tapi juga calon anak kamu nanti,” lanjutnya penuh harap.Untuk beberapa saat, terasa ketegangan di udara saat Alisha terdiam tanpa sepatah kata pun. Hingga akhirnya Dion kembali menegaskan, “Aku tahu mungkin ini terlalu mengejutkan buat kamu. Tapi kalau kamu nerima aku— aku janji akan anggap anak kamu seperti anakku sendiri.”Alisha terlihat semakin bingung, “Mas, aku... Aku baru aja cerai,” ujarnya dengan ragu. “Aku belu
Read more

Bab 33. Farhan Pingsan

Beberapa preman itu terus maju, seolah-olah akan menyerang Alisha juga, mengancamnya dengan tatapan yang ganas. Namun, tiba-tiba terdengar suara tegas dari salah satu preman yang berada di belakang.“Cukup!” serunya dengan lantang.Para preman lainnya menoleh ke arah preman yang berseru tadi. Pria tegap dengan sekujur tato di tubuhnya melangkah maju mendekati mereka.“Kita mungkin preman, tapi harusnya kita tidak menyentuh wanita apalagi yang sedang hamil begitu. Kita cabut sekarang,” ujarnya dengan suara yang berwibawa.Namun, salah satu dari preman yang lain sempat memprotes, “Tapi, bos...”Pemimpin mereka, yang disebut sebagai bos, menatap tajam preman yang protes. Dalam sekejap, preman itu mengangguk patuh.“Oke, bos. Kita cabut,” ucapnya singkat.Para preman itu pun akhirnya meninggalkan tempat itu, meninggalkan Alisha dan Farhan yang masih terbaring lemas di tanah. Sesak lega teras
Read more

Bab 34. Merawat Semalaman

Orang-orang yang terdengar suara Alisha segera keluar dari kos, terkejut melihat Farhan yang tergeletak di tanah. Sorot mata mereka penuh kekhawatiran dan bertanya-tanya. “Ada apa, Mbak Alisha? Siapa dia?” tanya salah satu penghuni kos dengan nada khawatir. Alisha gemetar, berusaha menjawab sambil menahan rasa panik, “Ini... Ini adik mantan suamiku, mbak. Dia baru saja diserang oleh preman.” Pemilik kos, seorang wanita paruh baya bernama Rona, melangkah maju. Matanya penuh kekhawatiran. “Mending cepet dibawa masuk aja. Ada kamar kosong di pojok lantai satu. Setelah ini saya panggilin teman saya yang dokter,” katanya tegas. Dengan bantuan beberapa penghuni kos lainnya, mereka mengangkat tubuh Farhan dan membawanya masuk ke dalam kos, menuju kamar pojok. Alisha masih gemetar, berharap Farhan segera sadar. *** Setelah beberapa saat menunggu dengan kegelisahan, seorang dokter akhirnya keluar dari kamar. Alisha dan Rona dengan cepat mendekatinya, wajah mereka terlihat cemas. “Dokter,
Read more

Bab 35. Nasib Anak Tengah

Alisha menggeleng lembut kemudian bangkit, “Nggak kok, aku kan jagain kamu sambil tidur. Tenang aja, aku gapapa. Oh ya, kamu gak pulang semaleman, pasti keluarga di rumah cemas. Aku gak berani kabarin mereka, takutnya mereka mikir yang nggak-nggak.”“Abis ini aku kabarin ibu, Mbak.”Alisha mengangguk. “Kalo gitu aku mau shalat subuh dulu, kamu juga jangan lupa shalat. Abis itu aku siapin sarapan buat kamu.”“Maaf ngerepotin kamu, mbak. Tapi aku emang laper banget. Kalo boleh, aku request nasi goreng yang kayak kemarin ya,” pinta Farhan yang membuat Alisha tersenyum geli. “Kemarin siang kamu udah makan nasi goreng, terus sorenya kamu digebukin gara-gara pengen beli nasi goreng, kamu gak trauma gara-gara nasi goreng?”“Ya nggak lah, mbak. Mana bisa trauma gegara makanan enak?”“Yaudah, aku mau shalat dulu, abis itu aku masakin.” Alisha keluar dari kamar itu.
Read more

Bab 36. Perhatian Alisha

“Jangan gitu dong, Farhan. Kamu sama sodara sendiri kenapa perhitungan banget? Kalo kamu nyuci, ya sekalian kamu cuciin punya kakak sama adik kamu,” pinta Nur.“Bu, aku bukannya perhitungan. Tapi mas Faisal sama Farida kan udah dewasa, udah bisa ngurus masalah baju kotor mereka sendiri,” sanggah Farhan. Tapi Nur tetap tidak terima.“Adik kamu dari kecil kan nggak pernah nyuci baju gitu, dia gak biasa…” kata Nur.“Manjain terooos,” sindir Farhan sarkas. Nur melotot sebal. “Kamu belum punya anak, jadinya gak tau perasaan ibu kalo liat anak bungsu, ibu liat Farida itu kayak masih kecil terus. Makanya maklumin aja kalo adik kamu agak manja.”Farhan menghela napas panjang. “Minimal dia harus bisa ngurus diri sendiri, Bu. Mau jadi apa dia kalo apa-apa terus bergantung sama orang lain?”“Dia kan calon dokter, gapapa kalo dia gak bisa kerjaan rumah,” jawab Nur. Farha
Read more

Bab 37. Hadiah dari Dion

Melihat suaminya ngeloyor pergi, Cantika buru-buru menutup perdebatannya dengan Dion, “Balik aja lo! Bikin ribut aja di sini!” Cantika langsung melengos untuk mengejar Lian dan segera menghadang langkahnya.Dion hanya mendengus. Maya geleng-geleng kapala, seolah sudah terbiasa mendengar perdebatan antara Cantika dengan Dion. Meski begitu ada senyum tipis yang melengkung di bibir Maya, seolah sudah paham jika pertengkaran tersebut tidak serius.“Yank, kamu capek?” tanya Cantika. Cio di gendongan Lian segera menyahut. “Yank, apek... apek…”“Ululu… iya, ayah capek. Cio ikut mama ya?” Cantika hendak mengangkat tubuh gemuk putra bungsu mereka, tapi Lian segera menepis tangan Cantika. “Udah, gak usah. Kamu lanjutin aja baku hantam sama Dion.”Cantika berdecak kesal mendengar sindiran itu. “Orang Dion duluan yang mulai.”  “Enak aja, lo duluan kali!” bal
Read more

Bab 38. Datang Menjenguk

Alisha baru tiba di kosnya setelah seharian bekerja. Saat baru saja membuka pagar kos, rasa lelahnya segera tergantikan dengan keterkejutan saat melihat adiknya, Hani, duduk di teras kosan. Hani, yang melihat Alisha pulang, langsung bangkit dan menghampiri kakaknya, memeluknya erat. Alisha membalas pelukan tersebut dengan hangat.“Hani, kamu kok tau kalo sekarang mbak ngekos di sini?” tanya Alisha heran, karena sebelumnya dia belum cerita apa pun pada adiknya itu.Tetesan air mata membasahi pipi Hani, dan Alisha merasakan getaran emosional dari pelukan itu. Hani melepas pelukannya, meski wajahnya masih terlihat sedih, “Aku tadi sebenernya dari rumah mertua kamu, Mbak. Aku bener-bener nggak nyangka kalo kamu udah pisah sama mas Faisal.”Hani menatap perut Alisha yang kini sudah terlihat agak membuncit. “Tega sekali mereka, kenapa kamu diperlakukan kayak gini saat kamu lagi hamil?” Air mata Hani turus mengalir deras seolah tak b
Read more

Bab 39. Kue Kering

Farhan menoleh pada Nur dengan ekspresi datar, sedikit kecewa dengan sikap ibunya yang seolah-olah menyalahkan dirinya di depan Cantika dan yang lain, meski sebenarnya Nur sendiri yang meminta Farhan melakukan pekerjaan itu.Farhan yang sebenarnya berencana menggantung cucian di halaman, akhirnya menaruh ember berisi cucian basah itu ke belakang, lalu kembali menghampiri yang lain. “Kalian kok ke sini?” tanyanya heran.“Jengukin kamu, dong,” jawab Cantika. Wanita stylish berambut panjang itu meletakkan keranjang penuh buah-buahan dan kue di atas meja.“Aduh, repot-repot segala. Terima kasih ya, sudah peduli sama Farhan.” Nur kemudian mempersilakan mereka semua duduk. Farhan pun bergabung dengan yang lain, sedangkan Nur jalan ke belakang untuk membuatkan minuman.Farhan memerhatikan dua anak kecil yang duduk diapit oleh Maya dan Cantika. Anak laki-laki yang tampan yang dibalut dengan pakaian trendi berusia sekit
Read more

Bab 40. Berebut

Farhan dan Alisha berjalan bersama menuju halaman parkir, di mana mobil Dion baru saja tiba. Dion turun dari mobil dengan senyuman lebar. “Hai, Lis. Mau pulang, ya?” sapa Dion sambil melangkah menghampiri Alisha. Alisha pun menimpali sapaan itu dengan ramah.“Iya. Mas Dion mau ketemu sama Mas Lian?” tanya Alisha. Mereka berdua pun mengobrol ringan sesaat, Alisha berbasa-basi menanyakan keadaan Dion setelah beberapa hari diperbolehkan keluar dari rumah sakit. Sebaliknya, Dion pun bertanya bagaimana keadaan kandungan Alisha.Farhan mengamati interaksi antara Alisha dan Dion dengan hati yang berdebar. Meski dia enggan mengakui, tapi sepertinya Farhan memang cemburu. Farhan meremas jemarinya, mencoba menekan perasaan tak seharusnya itu. Namun gelombang ketidaknyamanan itu terus menyusup dalam dadanya, membuatnya merasa sangat tidak nyaman. Hal itu karena Farhan menyadari ada sesuatu yang tidak biasa dengan tatapan Dion pada Alisha. Farhan bisa melih
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status