All Chapters of Dibuang Suami, Dinikahi Adik Ipar: Chapter 51 - Chapter 60

93 Chapters

Bab 51. Absen

“Oh, ternyata dia adik mantan suami kamu. Pasti sama busuknya kayak kakanya…” ungkap Dion dengan nada meremehkan, “udah keliatan sih, selama ini dia suka nyari perkara gitu,” lanjutnya.Alisha yang mendengar ungkapan Dion yang menjelekkan Farhan jadi tidak terima, “Farhan gak seperti itu, Mas. Dia gak sama kayak mantan suami aku atau keluarganya. Dia baik, sejak aku masih tinggal di rumah mertua, cuma Farhan yang selalu menghargai aku. Dia gak pernah semena-mena kayak yang lain. Gak tau aja dia kenapa jadi ngeselin kalo ketemu kamu,” belanya.Dion merasa kesal karena Alisha membelanya. “Justru kamu hati-hati, dia baik pasti ada maunya.”“Kamu juga baik, Mas. Berarti baiknya ada maunya dong?” balas Alisha.Dion tersedak ludah sendiri karena disudutkan oleh pertanyaan Alisha, dia buru-buru membela diri. “Gak bisa disamain dong.”“Sama ah,” sahut Alisha sambil t
Read more

Bab 52. Warteg

Dalam perjalanan pulang di angkot, Alisha duduk di kursi penumpang— yang hari ini tumben cukup senggang hingga Alisha bisa duduk dengan nyaman. Kedua matanya memperhatikan pemandangan di luar jendela, jalanan sore terlihat padat dengan kendaraan yang berjalan lambat.Tiba-tiba, matanya tertuju pada sosok yang sangat dikenalnya tengah duduk sendirian di halte bus. Alisha memicingkan mata, mencoba memastikan bahwa yang dia lihat benar-benar Farhan.“Farhan?” gumam Alisha dalam hati, rasa penasaran memenuhi pikirannya. Alisha mencoba mengingat kapan terakhir kali dia bertemu dengan Farhan. Ya, itu sudah beberapa hari yang lalu— ketika Farhan menjenguknya di rumah sakit.Tanpa berpikir panjang, Alisha memberi tahu sopir bahwa dia akan turun di halte tersebut. Setelah menyelesaikan pembayaran, dia turun dari angkot dengan langkah pelan. Perutnya yang semakin membesar membuatnya merasa kurang nyaman saat bergerak.Setelah turun, Alisha b
Read more

Bab 53. Perasaan Sulit Dijelaskan

Pesanan Farhan dan Alisha pun tiba. Ibu warteg mengantarkannya dengan ramah ke meja mereka.“Terima kasih, Bu,” ucap mereka hampir bersamaan saat ibu warteg baru selesai meletakkan makanan mereka.“Sama-sama, permisi,” kata ibu warteg sebelum meninggalkan meja mereka. Alisha dan Farhan pun mulai makan. Suasana terasa canggung bagi Alisha setelah obrolan sebelumnya. Farhan sesekali melirik ke arah Alisha, menyadari kegugupan perempuan itu.“Mbak, kok salting? Gugup ya?” goda Farhan dengan senyum penuh arti.“Farhan, bisa gak sih kamu gak godain aku terus? Gak lucu tau,” protes Alisha dengan wajah sedikit kesal.“Aku emang gak ngelucu tau,” jawab Farhan tulus. “Kalo itu bagian dari usahaku, emang gak boleh?”Alisha terdiam sejenak, mencoba mencerna kata-kata Farhan. “Usaha apa?” tanyanya akhirnya.“Usaha deket sama kamu,” jawab Farhan. Alisha
Read more

Bab 54. Calon Ayah

Beberapa saat kemudian, angkot berhenti di tepi jalan yang tak jauh dari kosan. Alisha menyodorkan uang pas kepada sopir angkot. “Terima kasih,” ucapnya sopan sebelum turun.Dengan hati-hati menahan beban perutnya yang semakin besar, Alisha melangkah menuju gerbang kosan. Matahari yang mulai tenggelam memberikan sentuhan keemasan di langit senja.Tiba di kosan, Alisha melihat sosok Dion yang tegap berdiri di dekat mobilnya yang diparkir di halaman rumah kos, menunggu dengan sabar. Alisha segera menghampiri Dion.“Mas Dion, udah lama nunggu? Ada ada perlu apa emangnya?” sapa Alisha ketika sampai di depan Dion.“Kamu dari mana aja? Bukannya jam pulang kerja udah dari tadi?” Dion bertanya, ekspresinya tampak agak khawatir.“Aku tadi makan di warteg dulu,” jawab Alisha.“Sama siapa aja?”Alisha merasa ragu untuk menjawab pertanyaan Dion. “Sama... teman,” jawabnya pela
Read more

Bab 55. Balasan

Nur menatap Faisal sebentar, sebelum akhirnya menggeleng dengan tegas. “Nggak perlu! Ibu nggak mau denger alasan-alasan nggak masuk akal dari Farhan lagi.”Farhan merasa tertekan, Farhan menyadari jika dia bersalah— tapi dia tidak menyangka jika Nur sampai semarah itu. Nur merasa semakin kesal karena Farhan hanya diam tanpa memberikan penjelasan yang memadai. “Kenapa kamu Melisah diem, Farhan? Melisas kamu nanggepin ibu? Selama ini kamu dibesarkan dengan cara apa sih? Kenapa kamu jadi gak punya kepedulian sama sodara kamu? Ibu jadi nyesel karena dulu biarin Ningsih ngerawat kamu!”DEG! Mendengar nama bibi yang selama ini telah mengasuhnya, membuat Farhan merasa agak sakit hati dengan ucapan Nur.“Kamu benar-benar egois! Hanya memikirkan dirimu sendiri tanpa memperhatikan perasaan orang lain. Kamu sudah dewasa, tapi perilakumu masih seperti anak kecil yang tidak bertanggung jawab!” maki Nur dengan nada menyalahkan.
Read more

Bab 56. Penyesalan

“Dari awal Tomi pacaran sama kamu, kami udah gak setuju! Buktinya, kamu sengaja jebak Tomi biar tidur sama kamu kan, sampe kamu hamil? Kamu pake trik murahan itu biar Tomi gak ada pilihan lain kecuali nikahin kamu,” tuding Melisa.Farida menelan ludahnya, mencoba menahan air mata yang ingin tumpah. Tuduhan itu menyakitkan. Ia merasa terjepit di antara rasa malu dan keputusasaan. Apa yang bisa dia katakan dalam situasi seperti ini?Farida menatap kedua orang tua Tomi dengan penuh harap. “Ma, Pa, aku sama sekali gak pernah ada niat jebak Tomi. Aku sama dia saling mencintai,” ujarnya.Namun, Bondan menepis kata-kata Farida dengan sinis. “Perempuan seperti kamu itu banyak di luaran sana, emang dari awal ngincer anak orang kaya.”Farida menggeleng keras. “Itu gak benar, Pa,” ia bersikeras membela diri.“Buktinya apa?” sergah Melisa dengan nada tajam. “Selama ini Tomi selalu kasih uang bua
Read more

Bab 57. Kabar Pernikahan Faisal

Mobil SUV merah meluncur lembut ke sisi jalan yang kurang ramai, sebelum berhenti di depan toko kain. Farhan melangkah keluar dari mobil, ekspresinya cerah meskipun hari sudah mulai mendung.Dia bergerak ke pintu penumpang dan dengan cepat membukanya. Alisha yang masih duduk di dalam mobil, terkejut oleh tindakan Farhan. Namun akhirnya dia tersenyum. “Makasih, padahal aku bisa buka sendiri.”“Aku tahu kamu nggak leluasa bergerak, Mbak. Makanya aku bantu kamu,” jawab Farhan.Alisha turun dari mobil dengan rasa haru yang tersembunyi di matanya, berpikir seandainya Faisal dulu sebegitu pengertian dan perhatian seperti Farhan, mungkin rumah tangganya tidak akan berantakan.Mereka berjalan bersama menuju pintu masuk toko, langkah Farhan disesuaikan dengan Alisha, dengan sengaja dia berjalan pelan untuk menyamakan langkah perempuan itu.Farhan memperhatikan Alisha yang belakangan semakin lambat dalam berjalan. Perempuan itu menump
Read more

Bab 58. Mobil Tua

Alisha memasuki ruangannya dengan langkah berat, dibuntuti oleh Farhan yang membawa kantong-kantong belanjaan mereka dari toko kain sebelumnya. Dia segera duduk di balik mejanya, wajahnya terlihat sayu.Farhan melihat ekspresi Alisha yang muram, merasa tidak tega melihatnya seperti itu. Pikirannya menerka-nerka, apa yang membuat Alisha terluka? Apakah mendengar kabar tentang rencana pernikahan Faisal yang akan datang?Ingatan Farhan kembali melayang pada beberapa saat lalu, di mana dia juga pernah memberitahu Alisha tentang Faisal yang sudah menemukan wanita lain. Niatnya saat itu hanya ingin meyakinkan Alisha untuk tidak terus-menerus memikirkan kakaknya yang bahkan tak pernah memikirkan dirinya. Namun, tanpa disadari, kata-katanya itu justru melukai perasaan Alisha. Farhan menyadari bahwa mungkin dia kurang peka terhadap perasaan wanita itu.Dengan hati yang terbebani oleh penyesalan, Farhan meletakkan barang-barang belanjaannya di sudut lantai ruangan. Dia ke
Read more

Bab 59. Gelombang Cinta

Hari pernikahan Faisal telah tiba, dan suasana di rumah dipenuhi dengan kesibukan yang tak terelakkan. Farhan keluar dari kamarnya, memperhatikan persiapan acara syukuran dan ijab kabul tidak akan lama lagi berlangsung di ruang tengah. Beberapa ibu tetangga tampak sibuk membantu, menyusun hidangan untuk tamu yang akan datang.Di antara keramaian, terdengar candaan dari ibu-ibu tetangga. “Farhan, kapan kamu nikah? Kakak kamu aja udah mau dua kali!” celetuk salah satu dari mereka, disambut dengan tawa riang yang memenuhi ruangan.Farhan hanya mengangkat bahu sambil tersenyum simpul. “Apa yang perlu dibanggain dengan kawin cerai, kawin lagi, Bu?” sindirnya dengan nada santai.Nur yang sedang sibuk di antara ibu-ibu tersebut, mendengar candaan itu dan segera menegur Farhan, “Farhan, kamu kok ngomong gitu?”Farhan hanya diam, merasa tidak ada yang salah dengan jawabannya barusan. Namun dia juga tidak ingin berdebat dengan ib
Read more

Bab 60. Menanti Buah Hati

Alisha sudah berbaring di ranjang klinik Bidan Rose, mencoba menenangkan diri meskipun rasa gugup dan sakit semakin nyata dirasakannya. Cahaya matahari pagi yang lembut menyinari ruangan melalui jendela besar, menciptakan suasana hangat namun tetap tidak mampu mengusir kekhawatiran yang menggelayuti pikirannya. “Saya periksa bukaannya dulu, ya,” ujar Bidan Rose dengan suara lembut. Alisha mengangguk, menggigit bibirnya untuk menahan rasa sakit yang akan segera datang. Begitu tangan Bidan Rose melakukan pemeriksaan, Alisha meringis kesakitan. Dia menggenggam erat seprai ranjang, mengeluarkan desahan tertahan. “Aaahh…” ringis Alisha sambil memejamkan matanya, mencoba menahan air mata yang hampir tumpah. Bidan Rose tersenyum simpul, mencoba memberikan semangat pada Alisha. “Pembukaan lima, Alisha. Masih agak lama kamu melahirkan, sabar ya.” Alisha hanya bisa mengangguk, napasnya terengah-engah. Bidan Rose kemudian melanjutkan pemeriksaan tanda-tanda vital pada Alisha. Mulai dari meme
Read more
PREV
1
...
45678
...
10
DMCA.com Protection Status