All Chapters of Dibuang Suami, Dinikahi Adik Ipar: Chapter 71 - Chapter 80

93 Chapters

Bab 71. Gelang Bangle

“Maaf, Mas Dion,” kata Alisha dengan suara lirih. “Aku benar-benar menghargai niat baik kamu. Kamu orang baik dan perhatian, tapi aku juga gak bisa maksain perasaan, aku harap kamu ngerti.” Dion menarik napas panjang, berusaha menahan rasa kecewanya. Dia menatap Alisha sejenak, lalu mengalihkan pandangannya ke jalan di depan mereka. “Nggak apa-apa, Alisha,” jawabnya dengan suara yang terdengar lemah. “Aku cuma pengen yang terbaik buat kamu dan Haqi. Kalau itu bukan aku, ya aku harus terima.” Alisha merasa hatinya semakin berat mendengar ketulusan dalam suara Dion. “Maafkan aku, Mas. Aku tahu kamu pasti kecewa. Tapi, aku nggak mau kita jadi nggak enak satu sama lain.” Dion mengangguk pelan, mencoba menyembunyikan rasa sakitnya. “Iya, aku ngerti. Aku nggak mau maksa kamu, Alisha. Yang penting kamu dan Haqi bahagia. Itu sudah cukup buat aku.” Alisha tersenyum kecil, meski dalam hatinya terasa getir. “Makasih, Mas Dion. Kamu selalu baik sama aku dan H
Read more

Bab 72. Tangis Farida

Farida mengemasi barang-barangnya dengan cepat, air matanya masih berlinang. Tomi, berusaha mencegahnya.“Farida, kamu nggak perlu pulang ke rumah orangtua kamu,” kata Tomi, suaranya penuh permohonan.“Kenapa aku nggak boleh pulang? Sementara kamu lebih milih lanjut S2 ke luar negeri, daripada nemenin aku yang bentar lagi lahiran,” balas Farida dengan suara gemetar karena emosi.“Ini permintaan orangtua aku, aku nggak bisa nolak,” kata Tomi, mencoba membela dirinya.“Terserah kamu kalau gitu,” jawab Farida dengan nada putus asa. Dia merasa sendirian dalam menghadapi kehamilan ini, dan keputusan Tomi untuk pergi ke luar negeri membuatnya merasa ditinggalkan.Farida mengangkat tasnya yang terasa berat, apalagi karena perutnya yang kini membesar. Dengan usaha keras, dia membawa tas itu keluar kamar, sambil menahan rasa sakit dan kelelahan yang menyertai kehamilannya. Tomi terus mengejarnya, berusaha memb
Read more

Bab 73. Farida Bertemu Alisha

Sore itu, Alisha membereskan barang-barangnya di butik. Dia memasukkan buku catatan dan sketsa ke dalam tas, lalu mencangklong tasnya di bahu. Sebelum pergi, dia melirik meja Farhan yang kosong. Kekhawatirannya meningkat karena Farhan tidak masuk kerja hari ini, padahal pagi tadi Alisha sempat melihatnya di depan kosan. Alisha merasa gelisah, takut Farhan salah paham dengan kehadiran Dion pagi tadi.Alisha menghela napas, berusaha menenangkan dirinya. Dia meraih ponselnya dan mengirim pesan kepada Farhan, bertanya kenapa dia tidak masuk kerja. Tak lama, ponselnya bergetar tanda pesan balasan masuk.FARHANAda urusan mendadak, mbak. Kamu udah pulang kerja, kah?Alisha segera membalas,ALISHABaru mau pulang.Ponselnya bergetar lagi, kali ini dengan pesan yang membuatnya heran.FARHAN
Read more

Bab 74. Telepon dari Faisal

Farhan dan Alisha duduk berdua di meja cafe setelah Farida memutuskan untuk pulang lebih awal. Suasana jadi sedikit canggung karena mereka tidak pernah berduaan di tempat seperti ini.“Katanya mau tinggal di rumah mas?” tanya Farhan pada Farida sebelum adiknya itu pergi.“Ibu nyuruh pulang, Mas. Lagian aku juga kangen sama ibu,” jawab Farida sambil merapikan tasnya.“Kalo gitu biar mas anter,” kata Farhan menawarkan diri.“Gak usah, aku naik taksi aja, masa mas mau ninggalin mbak Alisha? Padahal kita yang ngajak ketemu,” kata Farida sambil tersenyum kecil.Alisha menimpali, “Gak apa-apa kok, setelah makan aku juga langsung pulang.”“Gak usah buru-buru, mbak. Santai aja,” kata Farida mencoba menenangkan suasana.Farida lalu menoleh pada Farhan, “Mas, tolong angkatin tas yang masih di mobil kamu ke taksi aja ya?”Farhan mengangguk dan bangkit dari
Read more

Bab 75. Ketakutan Alisha

“Alisha, tolong. Aku benar-benar ingin memperbaiki semuanya. Aku ingin jadi ayah yang baik buat anak kita,” kata Faisal dengan suara penuh penyesalan.“Kamu sudah punya istri, Mas. Aku gak mau lagi berurusan sama kamu. Lupain masa lalu kita,” kata Alisha.Rona yang melihat emosi Alisha saat bertelepon jadi kaget, namun dia hanya diam sambil memperhatikan.“Iya, aku sekarang memang sudah punya istri lagi, tapi itu tidak mengugurkan kewajibanku pada anak kita. Alisha, aku mohon, selama ini aku merasa tersiksa karena rasa bersalah ini,” kata Faisal.“Kenapa baru sekarang kamu teringat tanggung jawab kamu sebagai ayah? Aku gak butuh tanggung jawab kamu pada anak aku. Aku bisa merawat dan membesarkannya sendiri.”“Tapi aku ayah kandung bayi itu, Alisha. Aku berhak atas dia juga,” kata Faisal.“Kamu gak berhak!” bentak Alisha.“Seenggaknya, biarin aku menebus kesa
Read more

Bab 76. Pertemuan dengan Nur

Pagi yang cerah menyelimuti kos Alisha. Sinar matahari lembut menyusup melalui jendela, menghangatkan kamar tempat Haqi masih terbaring.Alisha memutuskan untuk segera memandikan Haqi yang baru saja bangun. Setelah membersihkan bayi mungilnya, Alisha menyadari bahwa stok sayur di kulkas habis. Maka ia memutuskan untuk pergi ke pasar tradisional.Saat Alisha bersiap-siap, Haqi yang masih terbaring di kasur mulai merengek, minta digendong. Seolah takut ditinggal, tangan kecilnya meraih ke arah ibunya.“Mau ikut ke pasar ya, Sayang?” tanya Alisha dengan senyum lembut.Ia meraih kain gendongan lalu mengangkat Haqi. Bayi itu langsung tertawa senang dan memeluk tubuh ibunya dengan erat.“Anak ganteng siapa ini?” goda Alisha, merasa geli melihat antusiasme putranya.Alisha mencium pipi Haqi dengan penuh kasih sayang. Haqi balas mencium Alisha dengan mulut terbuka, seperti hendak memakannya.“Aduh, ibu mau digigi
Read more

Bab 77. Syarat dari Nur

Nur meraih tangan Alisha, matanya penuh harap. “Alisha, ibu dengar kamu dekat sama Farhan? Ibu bisa minta tolong? Bujuk Farhan biar dia mau pulang ke rumah ibu, ya?” katanya dengan suara memohon.Alisha merasa bingung. “Kenapa harus aku, Bu? Ibu kan ibunya Farhan. Kalau ibu yang minta, pasti Farhan mau pulang,” jawab Alisha.“Ibu ada salah sama Farhan. Mungkin dia gak akan mau kalau ibu yang minta dia pulang,” kata Nur, wajahnya terlihat sedih dan menyesal.Alisha kaget mendengar pengakuan itu.“Jadi ibu mohon, bantu ibu ya?” lanjut Nur dengan nada memelas.Alisha terdiam sejenak, mencoba memahami permintaan itu. “Aku coba, Bu. Tapi aku gak bisa janjiin apapun,” kata Alisha akhirnya.Nur mengangguk dengan penuh harap, namun tatapannya berubah lebih serius. “Hubungan kamu sama Farhan itu, sudah sedekat apa?” tanyanya, membuat Alisha merasa bingung harus menjawab bagaimana
Read more

Bab 78. Kebohongan & Penolakan

Farhan merasa ada yang berbeda dengan Alisha. Perempuan itu seperti menghindarinya. Bukan hanya sehari dua hari— melainkan berhari-hari.Tiap kali Farhan berniat menjemput Alisha, dia mengirimkan pesan pada wanita itu, namun Alisha menolaknya. Bahkan saat bertemu di butik, Alisha juga terlihat menjaga jarak dengannya. Entah itu hanya perasaan Farhan saja, atau justru Alisha merasa tidak nyaman sejak dia mengungkapkan perasaannya. Farhan menggeleng, sepertinya tidak mungkin.Sebelumnya Farhan yakin dan percaya diri jika Alisha akan menerimanya. Namun sikap Alisha belakangan ini membuatnya bingung. Ia terus memikirkan hal itu, hingga tidak bisa sepenuhnya fokus pada pekerjaannya. Terakhir wanita itu bicara agak panjang dengannya adalah saat dia membujuk Farhan kembali tinggal di rumah ibunya— permintaan yang menurut Farhan tidak jelas alasannya dan begitu tiba-tiba.Satu kesempatan—saat istirahat siang tiba, Farhan memutuskan untuk bicara dengan
Read more

Bab 79. Tragedi

Farhan mengangguk, seolah memahami keputusan yang diambil oleh Alisha. Meski pedih, dia berusaha menerima semua ini dengan lapang dada. Hatinya remuk, namun dia tak ingin memaksakan apapun.“Semoga kamu bahagia dengan pilihanmu, Mbak,” ucap Farhan.Dengan langkah berat, Farhan meninggalkan Alisha sendirian di lorong itu. Alisha hanya bisa menatap kepergiannya dengan tatapan kosong, hatinya hancur oleh rasa bersalah dan penyesalan. Air mata tak terbendung lagi, mengalir deras membasahi pipinya.Di belakang tikungan lorong, Cantika berdiri dengan ekspresi khawatir. Dia telah memperhatikan seluruh percakapan antara Alisha dan Farhan dari kejauhan— dan itu membuatnya tidak bisa tinggal diam. Cantika melangkah mendekati Alisha yang masih berdiri termenung.“Aku tahu barusan kamu bohong,” ucap Cantika tanpa basa-basi, menyentak perhatian Alisha.Alisha kaget dengan kehadiran mendadak Cantika, dia buru-buru mengusap airmatany
Read more

Bab 80. Airmata Penyesalan

“Ibu!!!” Faisal berteriak, shock dan panik.Farhan yang baru saja masuk ke ruangan itu, tertegun, melihat ibunya tergeletak di lantai. “Ibu!!!” teriaknya juga, melotot shock dan ketakutan.Faisal berlutut di samping Nur, tangannya gemetar saat mencoba memeriksa denyut nadi di leher ibunya. “Ibu, bangun, Bu!” katanya, suaranya bergetar.Rahma mundur beberapa langkah, wajahnya pucat.Faisal terlihat semakin marah, menoleh pada istrinya dengan emosi yang meluap-luap. “Lihat apa yang kamu lakukan!!!” teriaknya.“Aku… aku gak sengaja, Mas,” kata Rahma dengan suara gemetar, matanya penuh ketakutan.“Mas, udah! Mending kita bawa Ibu ke rumah sakit dulu,” kata Farhan dengan suara yang penuh kekhawatiran.Namun, Faisal yang sedang naik pitam seolah tak mendengar ucapan Farhan. Dia menghampiri Rahma dengan langkah cepat, kemudian menamparnya dengan keras hingga tubuh
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status