Share

Bab 71. Gelang Bangle

Penulis: Nikma
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Maaf, Mas Dion,” kata Alisha dengan suara lirih. “Aku benar-benar menghargai niat baik kamu. Kamu orang baik dan perhatian, tapi aku juga gak bisa maksain perasaan, aku harap kamu ngerti.”

Dion menarik napas panjang, berusaha menahan rasa kecewanya. Dia menatap Alisha sejenak, lalu mengalihkan pandangannya ke jalan di depan mereka. “Nggak apa-apa, Alisha,” jawabnya dengan suara yang terdengar lemah. “Aku cuma pengen yang terbaik buat kamu dan Haqi. Kalau itu bukan aku, ya aku harus terima.”

Alisha merasa hatinya semakin berat mendengar ketulusan dalam suara Dion. “Maafkan aku, Mas. Aku tahu kamu pasti kecewa. Tapi, aku nggak mau kita jadi nggak enak satu sama lain.”

Dion mengangguk pelan, mencoba menyembunyikan rasa sakitnya. “Iya, aku ngerti. Aku nggak mau maksa kamu, Alisha. Yang penting kamu dan Haqi bahagia. Itu sudah cukup buat aku.”

Alisha tersenyum kecil, meski dalam hatinya terasa getir. “Makasih, Mas Dion. Kamu selalu baik sama aku dan H
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dibuang Suami, Dinikahi Adik Ipar   Bab 72. Tangis Farida

    Farida mengemasi barang-barangnya dengan cepat, air matanya masih berlinang. Tomi, berusaha mencegahnya.“Farida, kamu nggak perlu pulang ke rumah orangtua kamu,” kata Tomi, suaranya penuh permohonan.“Kenapa aku nggak boleh pulang? Sementara kamu lebih milih lanjut S2 ke luar negeri, daripada nemenin aku yang bentar lagi lahiran,” balas Farida dengan suara gemetar karena emosi.“Ini permintaan orangtua aku, aku nggak bisa nolak,” kata Tomi, mencoba membela dirinya.“Terserah kamu kalau gitu,” jawab Farida dengan nada putus asa. Dia merasa sendirian dalam menghadapi kehamilan ini, dan keputusan Tomi untuk pergi ke luar negeri membuatnya merasa ditinggalkan.Farida mengangkat tasnya yang terasa berat, apalagi karena perutnya yang kini membesar. Dengan usaha keras, dia membawa tas itu keluar kamar, sambil menahan rasa sakit dan kelelahan yang menyertai kehamilannya. Tomi terus mengejarnya, berusaha memb

  • Dibuang Suami, Dinikahi Adik Ipar   Bab 73. Farida Bertemu Alisha

    Sore itu, Alisha membereskan barang-barangnya di butik. Dia memasukkan buku catatan dan sketsa ke dalam tas, lalu mencangklong tasnya di bahu. Sebelum pergi, dia melirik meja Farhan yang kosong. Kekhawatirannya meningkat karena Farhan tidak masuk kerja hari ini, padahal pagi tadi Alisha sempat melihatnya di depan kosan. Alisha merasa gelisah, takut Farhan salah paham dengan kehadiran Dion pagi tadi.Alisha menghela napas, berusaha menenangkan dirinya. Dia meraih ponselnya dan mengirim pesan kepada Farhan, bertanya kenapa dia tidak masuk kerja. Tak lama, ponselnya bergetar tanda pesan balasan masuk.FARHANAda urusan mendadak, mbak. Kamu udah pulang kerja, kah?Alisha segera membalas,ALISHABaru mau pulang.Ponselnya bergetar lagi, kali ini dengan pesan yang membuatnya heran.FARHAN

  • Dibuang Suami, Dinikahi Adik Ipar   Bab 74. Telepon dari Faisal

    Farhan dan Alisha duduk berdua di meja cafe setelah Farida memutuskan untuk pulang lebih awal. Suasana jadi sedikit canggung karena mereka tidak pernah berduaan di tempat seperti ini.“Katanya mau tinggal di rumah mas?” tanya Farhan pada Farida sebelum adiknya itu pergi.“Ibu nyuruh pulang, Mas. Lagian aku juga kangen sama ibu,” jawab Farida sambil merapikan tasnya.“Kalo gitu biar mas anter,” kata Farhan menawarkan diri.“Gak usah, aku naik taksi aja, masa mas mau ninggalin mbak Alisha? Padahal kita yang ngajak ketemu,” kata Farida sambil tersenyum kecil.Alisha menimpali, “Gak apa-apa kok, setelah makan aku juga langsung pulang.”“Gak usah buru-buru, mbak. Santai aja,” kata Farida mencoba menenangkan suasana.Farida lalu menoleh pada Farhan, “Mas, tolong angkatin tas yang masih di mobil kamu ke taksi aja ya?”Farhan mengangguk dan bangkit dari

  • Dibuang Suami, Dinikahi Adik Ipar   Bab 75. Ketakutan Alisha

    “Alisha, tolong. Aku benar-benar ingin memperbaiki semuanya. Aku ingin jadi ayah yang baik buat anak kita,” kata Faisal dengan suara penuh penyesalan.“Kamu sudah punya istri, Mas. Aku gak mau lagi berurusan sama kamu. Lupain masa lalu kita,” kata Alisha.Rona yang melihat emosi Alisha saat bertelepon jadi kaget, namun dia hanya diam sambil memperhatikan.“Iya, aku sekarang memang sudah punya istri lagi, tapi itu tidak mengugurkan kewajibanku pada anak kita. Alisha, aku mohon, selama ini aku merasa tersiksa karena rasa bersalah ini,” kata Faisal.“Kenapa baru sekarang kamu teringat tanggung jawab kamu sebagai ayah? Aku gak butuh tanggung jawab kamu pada anak aku. Aku bisa merawat dan membesarkannya sendiri.”“Tapi aku ayah kandung bayi itu, Alisha. Aku berhak atas dia juga,” kata Faisal.“Kamu gak berhak!” bentak Alisha.“Seenggaknya, biarin aku menebus kesa

  • Dibuang Suami, Dinikahi Adik Ipar   Bab 76. Pertemuan dengan Nur

    Pagi yang cerah menyelimuti kos Alisha. Sinar matahari lembut menyusup melalui jendela, menghangatkan kamar tempat Haqi masih terbaring.Alisha memutuskan untuk segera memandikan Haqi yang baru saja bangun. Setelah membersihkan bayi mungilnya, Alisha menyadari bahwa stok sayur di kulkas habis. Maka ia memutuskan untuk pergi ke pasar tradisional.Saat Alisha bersiap-siap, Haqi yang masih terbaring di kasur mulai merengek, minta digendong. Seolah takut ditinggal, tangan kecilnya meraih ke arah ibunya.“Mau ikut ke pasar ya, Sayang?” tanya Alisha dengan senyum lembut.Ia meraih kain gendongan lalu mengangkat Haqi. Bayi itu langsung tertawa senang dan memeluk tubuh ibunya dengan erat.“Anak ganteng siapa ini?” goda Alisha, merasa geli melihat antusiasme putranya.Alisha mencium pipi Haqi dengan penuh kasih sayang. Haqi balas mencium Alisha dengan mulut terbuka, seperti hendak memakannya.“Aduh, ibu mau digigi

  • Dibuang Suami, Dinikahi Adik Ipar   Bab 77. Syarat dari Nur

    Nur meraih tangan Alisha, matanya penuh harap. “Alisha, ibu dengar kamu dekat sama Farhan? Ibu bisa minta tolong? Bujuk Farhan biar dia mau pulang ke rumah ibu, ya?” katanya dengan suara memohon.Alisha merasa bingung. “Kenapa harus aku, Bu? Ibu kan ibunya Farhan. Kalau ibu yang minta, pasti Farhan mau pulang,” jawab Alisha.“Ibu ada salah sama Farhan. Mungkin dia gak akan mau kalau ibu yang minta dia pulang,” kata Nur, wajahnya terlihat sedih dan menyesal.Alisha kaget mendengar pengakuan itu.“Jadi ibu mohon, bantu ibu ya?” lanjut Nur dengan nada memelas.Alisha terdiam sejenak, mencoba memahami permintaan itu. “Aku coba, Bu. Tapi aku gak bisa janjiin apapun,” kata Alisha akhirnya.Nur mengangguk dengan penuh harap, namun tatapannya berubah lebih serius. “Hubungan kamu sama Farhan itu, sudah sedekat apa?” tanyanya, membuat Alisha merasa bingung harus menjawab bagaimana

  • Dibuang Suami, Dinikahi Adik Ipar   Bab 78. Kebohongan & Penolakan

    Farhan merasa ada yang berbeda dengan Alisha. Perempuan itu seperti menghindarinya. Bukan hanya sehari dua hari— melainkan berhari-hari.Tiap kali Farhan berniat menjemput Alisha, dia mengirimkan pesan pada wanita itu, namun Alisha menolaknya. Bahkan saat bertemu di butik, Alisha juga terlihat menjaga jarak dengannya. Entah itu hanya perasaan Farhan saja, atau justru Alisha merasa tidak nyaman sejak dia mengungkapkan perasaannya. Farhan menggeleng, sepertinya tidak mungkin.Sebelumnya Farhan yakin dan percaya diri jika Alisha akan menerimanya. Namun sikap Alisha belakangan ini membuatnya bingung. Ia terus memikirkan hal itu, hingga tidak bisa sepenuhnya fokus pada pekerjaannya. Terakhir wanita itu bicara agak panjang dengannya adalah saat dia membujuk Farhan kembali tinggal di rumah ibunya— permintaan yang menurut Farhan tidak jelas alasannya dan begitu tiba-tiba.Satu kesempatan—saat istirahat siang tiba, Farhan memutuskan untuk bicara dengan

  • Dibuang Suami, Dinikahi Adik Ipar   Bab 79. Tragedi

    Farhan mengangguk, seolah memahami keputusan yang diambil oleh Alisha. Meski pedih, dia berusaha menerima semua ini dengan lapang dada. Hatinya remuk, namun dia tak ingin memaksakan apapun.“Semoga kamu bahagia dengan pilihanmu, Mbak,” ucap Farhan.Dengan langkah berat, Farhan meninggalkan Alisha sendirian di lorong itu. Alisha hanya bisa menatap kepergiannya dengan tatapan kosong, hatinya hancur oleh rasa bersalah dan penyesalan. Air mata tak terbendung lagi, mengalir deras membasahi pipinya.Di belakang tikungan lorong, Cantika berdiri dengan ekspresi khawatir. Dia telah memperhatikan seluruh percakapan antara Alisha dan Farhan dari kejauhan— dan itu membuatnya tidak bisa tinggal diam. Cantika melangkah mendekati Alisha yang masih berdiri termenung.“Aku tahu barusan kamu bohong,” ucap Cantika tanpa basa-basi, menyentak perhatian Alisha.Alisha kaget dengan kehadiran mendadak Cantika, dia buru-buru mengusap airmatany

Bab terbaru

  • Dibuang Suami, Dinikahi Adik Ipar   Bab 93. Semua Baik Baik Saja

    Senja mulai merayap di tepi danau yang tenang, memancarkan warna jingga keemasan yang memukau. Tenda-tenda berwarna-warni berdiri kokoh di antara pepohonan pinus, sementara suara riang tawa dan canda para karyawan Cantika memenuhi udara. Mereka menikmati camping bersama sebagai bonus atas pencapaian kerja tim selama ini. Suasana penuh keakraban dan kegembiraan terasa hangat di tengah sejuknya angin sore.Cantika, dengan senyum ceria, sibuk mengatur segala sesuatu. “Ayo, teman-teman! Kita siapkan untuk bakar-bakar malam ini!” serunya sambil menggulung lengan bajunya. Anak-anak karyawan berlarian dengan riang, bermain kejar-kejaran di sekitar perkemahan.Di sudut lain, Alisha duduk di dekat tenda sambil memperhatikan Haqi yang tertidur pulas di kereta bayinya. Matanya kemudian tertuju pada sosok Farhan yang berdiri sendiri di tepi danau. Pemuda itu tampak termenung, menatap jauh ke permukaan air yang memantulkan cahaya matahari terbenam. Wajahnya menggambarkan kesedihan yang sulit diung

  • Dibuang Suami, Dinikahi Adik Ipar   Bab 92. Rumah Lama

    Hari Minggu pagi yang cerah. Alisha dengan telaten memandikan Haqi dan memakaikannya baju lucu bergambar hewan. Bayi itu tertawa riang, menikmati perhatian dari ibunya. Setelah selesai, Alisha menyematkan topi rajut kecil di kepala Haqi, membuat bayi itu semakin menggemaskan.“Siapa yang mau jalan-jalan?” tanya Alisha dengan suara ceria, menciumi pipi Haqi yang lembut, menikmati aroma segar minyak telon yang dipakai bayi itu.Haqi tertawa riang dan membalas ciuman ibunya dengan menggigit pipinya karena gemas, membuat Alisha tertawa. Setelah memasangkan kaos kaki, Alisha mengangkat tubuh Haqi dan menggendongnya dengan kain gendongan, memastikan dia nyaman dan aman.“Siap jalan-jalan, Nak?” kata Alisha sambil bersiap keluar. Namun, ketika baru saja membuka pintu, dia terkejut melihat Rona berdiri di depan pintu.“Ada bos kamu tuh,” kata Rona sambil tersenyum.“Kak Cantika?” tanya Alisha, merasa heran de

  • Dibuang Suami, Dinikahi Adik Ipar   Bab 91. Rumah Rusak

    Alisha terdiam, merasakan perasaannya bergemuruh. Ada kesedihan yang mendalam di matanya, namun dia mencoba untuk memahami dan menghormati keinginan Farhan.Farhan menghela napas panjang, lalu berkata, “Dan soal gelang itu—aku lega kalo kamu suka. Kamu boleh simpan. Tapi soal tawaran sebelumnya, itu udah gak berlaku.”Deg! Alisha merasakan hatinya tercekat, seolah diremas oleh perasaan kecewa dan sakit yang mendalam. Air mata menggenang di matanya, namun dia tetap diam, menahan perasaannya.“Kamu sebaiknya memang sama Dion,” lanjut Farhan dengan suara serak, sambil menyandang tasnya. Tanpa menunggu reaksi Alisha, dia berbalik dan berjalan keluar ruangan, meninggalkan Alisha yang terpaku di tempatnya.Farhan berjalan cepat di koridor butik. Pikiran dan perasaannya bergejolak, namun dia tahu bahwa meninggalkan Alisha mungkin adalah pilihan terbaik. Di belakangnya, Alisha hanya bisa berdiri di ambang pintu ruang kerja, melihat p

  • Dibuang Suami, Dinikahi Adik Ipar   Bab 90. Jalan Buntu

    Alisha duduk di kursi di seberang meja Farhan, berusaha menangkap tatapan matanya. Namun, Farhan tetap terpaku pada buku sketsa di depannya. Alisha merasa ada sesuatu yang sangat salah.“Kamu kelihatan capek, Farhan,” ucap Alisha lembut. “Mungkin sebaiknya kamu pulang dan istirahat. Ide bisa menunggu besok.”Farhan tersenyum tipis, tapi senyum itu tidak mencapai matanya. “Aku nggak capek, Mbak. Kamu pulang aja duluan, aku masih mau nerusin kerjaanku.”Alisha merasa ada dorongan kuat untuk tidak meninggalkan Farhan sendirian, tapi sebelum dia sempat berkata lebih jauh, Farhan menyela, “Duluan aja, Mbak.”Tatapan kosong Farhan dan caranya menghindari percakapan lebih lanjut membuat Alisha merasa tak berdaya. Dia akhirnya mengangguk, meskipun hatinya menolak. Dengan langkah berat, Alisha bangkit dan berjalan menuju pintu. Namun, setibanya di ambang pintu, dia berhenti dan menoleh kembali ke arah Farhan.

  • Dibuang Suami, Dinikahi Adik Ipar   Bab 89. Kosong

    Farhan menoleh perlahan, tatapannya masih kosong.“Farhan, kamu gapapa?” tanya Alisha dengan nada penuh perhatian.Farhan menghela napas dalam. “Aku gapapa, Mbak. Kita balik ke butik sekarang aja. Kamu bareng aku atau—”“Aku bareng kamu,” kata Alisha cepat.Mereka berjalan bersama keluar dari bandara, suasana sekeliling terasa hening meskipun ada keramaian orang yang berlalu lalang. Alisha terus memerhatikan Farhan, dia tahu jika pemuda itu sedang berusaha terlihat baik-baik saja. Namun, tatapan kosong dan langkah berat Farhan memperlihatkan sebaliknya.Sepanjang perjalanan ke butik, Alisha mencoba mencari cara untuk mencairkan suasana. “Farhan, kamu tahu nggak? Haqi mulai suka main di taman sekarang. Padahal sebelumnya dia takut sama rumput,” katanya, berharap cerita tentang Haqi bisa sedikit menghibur Farhan.Farhan tersenyum tipis. “Syukurlah, Haqi udah nggak takut lagi.”

  • Dibuang Suami, Dinikahi Adik Ipar   Bab 88. Mengantar Farida

    Alisha meminta izin tidak masuk kerja selama beberapa hari untuk menjaga Haqi yang sakit. Bayi itu menjadi manja selama sakit dan ingin terus berada di dekat Alisha. Haqi menempel sepanjang hari padanya, membuat Alisha tidak bisa beranjak jauh. Ketika akhirnya Haqi pulih sepenuhnya dan kembali tersenyum seperti biasanya, Alisha merasa lega. Dia bisa kembali bekerja dan menitipkan Haqi pada Rona.“Jangan sakit lagi ya, sayang,” kata Alisha sambil menciumi pipi Haqi sebelum memberikan bayi itu pada Rona.“Saya berangkat kerja dulu, Bu,” kata Alisha.“Iya, hati-hati,” jawab Rona sambil tersenyum.Alisha mengangguk, lalu keluar dari kosan menuju butik. Setibanya di butik, Alisha terkejut melihat Farhan sudah duduk di balik mejanya. Ada rasa senang melihat pemuda itu kembali bekerja di ruangan yang sama dengannya. Farhan menoleh saat melihat Alisha baru tiba.“Haqi gimana, Mbak?” tanya Farhan.&ldqu

  • Dibuang Suami, Dinikahi Adik Ipar   Bab 87. Haqi Demam

    “Ada apa, Mbak?” tanya Farhan.“Itu... Aku baru tahu kamu sering jengukin Haqi tanpa aku tahu. Aku juga mau bilang makasih, buat mainan yang udah kamu kasih buat Haqi,” kata Alisha, suaranya terdengar gugup.Farhan terdiam beberapa saat. “Maaf, Mbak. Aku cuma kangen sama Haqi—”“Nggak, Farhan. Justru aku yang minta maaf— aku harap kamu bisa lupain ucapan aku sebelumnya, soal—”Ucapan Alisha terputus karena tiba-tiba terdengar suara Haqi yang terbangun dan menangis kencang.“Kenapa, Nak?” tanya Alisha dengan panik.Haqi menangis keras, tidak seperti biasanya. Wajahnya memerah, dan tubuhnya berkeringat.Farhan yang mendengar suara tangis Haqi menjadi panik. “Haqi kenapa, Mbak?”Alisha belum sempat menjawab, dia meletakkan ponselnya di kasur dan segera meraih tubuh Haqi untuk menggendongnya. Tubuh Haqi semakin panas.Alisha mengusap ke

  • Dibuang Suami, Dinikahi Adik Ipar   Bab 86. Mainan Haqi

    Jam pulang tiba, Alisha keluar dari butik dengan langkah pelan. Hatinya masih penuh dengan kebingungan dan kesedihan akibat jarak yang semakin lebar antara dirinya dan Farhan.Saat Alisha mencapai halaman butik, sebuah mobil Fortuner hitam berhenti di dekatnya. Dion turun dari mobil dengan senyum ramah.“Udah mau pulang, Lis?” tanya Dion.“Iya, Mas,” jawab Alisha sambil mencoba tersenyum. “Mas Dion mau ketemu sama Mas Lian?”“Iya, ada urusan yang perlu dibicarakan sama dia,” kata Dion, sambil mengamati wajah Alisha yang terlihat lelah. “Kamu kelihatan capek banget?”Alisha hanya tersenyum. “Namanya juga kerja, Mas.”Mereka berbincang sesaat, membahas beberapa hal ringan. Namun, perhatian Alisha terusik saat melihat Farhan keluar dari butik. Hati Alisha berdebar melihatnya, namun wajah Farhan tetap datar.Farhan berjalan menuju parkiran tanpa sedikit pun melihat ke

  • Dibuang Suami, Dinikahi Adik Ipar   Bab 85. Tembok Tak Kasat Mata

    Jam istirahat hampir berakhir, dan Farhan masih di ruangannya, tenggelam dalam pekerjaan. Dia tampak fokus, meskipun wajahnya terlihat lelah.Tiba-tiba, pintu ruangan terbuka dan Lian masuk sambil menuntun Cio yang kini hampir berusia dua tahun. Lian tersenyum saat Farhan menoleh ke arahnya.“Panggil Om Farhan, gitu,” kata Lian pada Cio.Cio yang masih kecil dan menggemaskan berusaha mengikuti instruksi ayahnya. “Ahan...” panggilnya dengan suara nyaring dan polos.Farhan tersenyum saat melihat Lian dan Cio mendekatinya.“Om,” ralat Lian.“Ong,” kata Cio dengan usaha keras.“Hai, Cio! Apa kabar, Jagoan?” sapa Farhan sambil mengulurkan tangannya untuk menyapa Cio.Cio berlari kecil menghampiri Farhan, tertawa riang. Cio langsung memeluk Farhan, ingin digendong.Farhan mengerti kode itu dan segera mengangkat tubuh Cio, lalu mendekapnya. Farhan tersenyum meski tipis

DMCA.com Protection Status