Share

Bab 31. Tawaran Dion

Penulis: Nikma
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Setelah seharian bekerja di butik Cantika, waktu pulang pun tiba. Farhan mengemasi barang-barangnya, memasukkannya ke dalam tas. Farhan menyandang tasnya sambil menoleh ke meja Alisha yang terletak di seberang ruangan. “Udah waktunya pulang, mbak.”

Alisha mengangguk, menanggapi dengan senyuman. Dia juga segera mengemasi barangnya. Dia mencabut kabel listrik mesin jahit untuk memastikan semuanya aman ketika ditinggal pulang. Setelahnya, Alisha dan Farhan keluar dari ruangan mereka.

Mereka berjalan di sekitar halaman butik, bergabung dengan beberapa karyawan lain yang juga akan pulang. Suasana terasa ringan dengan obrolan-bercanda yang terjadi di antara mereka. Kebanyakan bertanya pendapat Alisha tentang hari pertamanya bekerja di butik Cantika.

“Gimana tadi kerjanya, mbak? Lancar kan?” tanya Maya.

“Alhamdulillah, lancar kok. Kayaknya bakal betah kerja di sini,” jawab Alisha. Maya tersenyum dan menegangguk. “Pasti betah lah, aku yang kerja sejak butik i

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dibuang Suami, Dinikahi Adik Ipar   Bab 32. Situasi Bahaya

    Alisha terdiam, terkejut dengan pengakuan tulus Dion. Meskipun merasa tak nyaman dengan situasi tersebut, ia tetap menghargai keberanian Dion untuk berbicara terus terang. “Mas, aku... aku nggak tahu harus ngomong apa,” kata Alisha dengan penuh keraguan.Dion menyadari bahwa perasaannya tidak bisa dipaksakan kepada Alisha.“Lis, aku gak akan maksa kamu. Aku cuma ingin kamu tahu perasaanku,” ujar Dion. “Tapi, tolong pikirkan tawaran aku tadi. Ini bukan cuma demi kamu, tapi juga calon anak kamu nanti,” lanjutnya penuh harap.Untuk beberapa saat, terasa ketegangan di udara saat Alisha terdiam tanpa sepatah kata pun. Hingga akhirnya Dion kembali menegaskan, “Aku tahu mungkin ini terlalu mengejutkan buat kamu. Tapi kalau kamu nerima aku— aku janji akan anggap anak kamu seperti anakku sendiri.”Alisha terlihat semakin bingung, “Mas, aku... Aku baru aja cerai,” ujarnya dengan ragu. “Aku belu

  • Dibuang Suami, Dinikahi Adik Ipar   Bab 33. Farhan Pingsan

    Beberapa preman itu terus maju, seolah-olah akan menyerang Alisha juga, mengancamnya dengan tatapan yang ganas. Namun, tiba-tiba terdengar suara tegas dari salah satu preman yang berada di belakang.“Cukup!” serunya dengan lantang.Para preman lainnya menoleh ke arah preman yang berseru tadi. Pria tegap dengan sekujur tato di tubuhnya melangkah maju mendekati mereka.“Kita mungkin preman, tapi harusnya kita tidak menyentuh wanita apalagi yang sedang hamil begitu. Kita cabut sekarang,” ujarnya dengan suara yang berwibawa.Namun, salah satu dari preman yang lain sempat memprotes, “Tapi, bos...”Pemimpin mereka, yang disebut sebagai bos, menatap tajam preman yang protes. Dalam sekejap, preman itu mengangguk patuh.“Oke, bos. Kita cabut,” ucapnya singkat.Para preman itu pun akhirnya meninggalkan tempat itu, meninggalkan Alisha dan Farhan yang masih terbaring lemas di tanah. Sesak lega teras

  • Dibuang Suami, Dinikahi Adik Ipar   Bab 34. Merawat Semalaman

    Orang-orang yang terdengar suara Alisha segera keluar dari kos, terkejut melihat Farhan yang tergeletak di tanah. Sorot mata mereka penuh kekhawatiran dan bertanya-tanya. “Ada apa, Mbak Alisha? Siapa dia?” tanya salah satu penghuni kos dengan nada khawatir. Alisha gemetar, berusaha menjawab sambil menahan rasa panik, “Ini... Ini adik mantan suamiku, mbak. Dia baru saja diserang oleh preman.” Pemilik kos, seorang wanita paruh baya bernama Rona, melangkah maju. Matanya penuh kekhawatiran. “Mending cepet dibawa masuk aja. Ada kamar kosong di pojok lantai satu. Setelah ini saya panggilin teman saya yang dokter,” katanya tegas. Dengan bantuan beberapa penghuni kos lainnya, mereka mengangkat tubuh Farhan dan membawanya masuk ke dalam kos, menuju kamar pojok. Alisha masih gemetar, berharap Farhan segera sadar. *** Setelah beberapa saat menunggu dengan kegelisahan, seorang dokter akhirnya keluar dari kamar. Alisha dan Rona dengan cepat mendekatinya, wajah mereka terlihat cemas. “Dokter,

  • Dibuang Suami, Dinikahi Adik Ipar   Bab 35. Nasib Anak Tengah

    Alisha menggeleng lembut kemudian bangkit, “Nggak kok, aku kan jagain kamu sambil tidur. Tenang aja, aku gapapa. Oh ya, kamu gak pulang semaleman, pasti keluarga di rumah cemas. Aku gak berani kabarin mereka, takutnya mereka mikir yang nggak-nggak.”“Abis ini aku kabarin ibu, Mbak.”Alisha mengangguk. “Kalo gitu aku mau shalat subuh dulu, kamu juga jangan lupa shalat. Abis itu aku siapin sarapan buat kamu.”“Maaf ngerepotin kamu, mbak. Tapi aku emang laper banget. Kalo boleh, aku request nasi goreng yang kayak kemarin ya,” pinta Farhan yang membuat Alisha tersenyum geli. “Kemarin siang kamu udah makan nasi goreng, terus sorenya kamu digebukin gara-gara pengen beli nasi goreng, kamu gak trauma gara-gara nasi goreng?”“Ya nggak lah, mbak. Mana bisa trauma gegara makanan enak?”“Yaudah, aku mau shalat dulu, abis itu aku masakin.” Alisha keluar dari kamar itu.

  • Dibuang Suami, Dinikahi Adik Ipar   Bab 36. Perhatian Alisha

    “Jangan gitu dong, Farhan. Kamu sama sodara sendiri kenapa perhitungan banget? Kalo kamu nyuci, ya sekalian kamu cuciin punya kakak sama adik kamu,” pinta Nur.“Bu, aku bukannya perhitungan. Tapi mas Faisal sama Farida kan udah dewasa, udah bisa ngurus masalah baju kotor mereka sendiri,” sanggah Farhan. Tapi Nur tetap tidak terima.“Adik kamu dari kecil kan nggak pernah nyuci baju gitu, dia gak biasa…” kata Nur.“Manjain terooos,” sindir Farhan sarkas. Nur melotot sebal. “Kamu belum punya anak, jadinya gak tau perasaan ibu kalo liat anak bungsu, ibu liat Farida itu kayak masih kecil terus. Makanya maklumin aja kalo adik kamu agak manja.”Farhan menghela napas panjang. “Minimal dia harus bisa ngurus diri sendiri, Bu. Mau jadi apa dia kalo apa-apa terus bergantung sama orang lain?”“Dia kan calon dokter, gapapa kalo dia gak bisa kerjaan rumah,” jawab Nur. Farha

  • Dibuang Suami, Dinikahi Adik Ipar   Bab 37. Hadiah dari Dion

    Melihat suaminya ngeloyor pergi, Cantika buru-buru menutup perdebatannya dengan Dion, “Balik aja lo! Bikin ribut aja di sini!” Cantika langsung melengos untuk mengejar Lian dan segera menghadang langkahnya.Dion hanya mendengus. Maya geleng-geleng kapala, seolah sudah terbiasa mendengar perdebatan antara Cantika dengan Dion. Meski begitu ada senyum tipis yang melengkung di bibir Maya, seolah sudah paham jika pertengkaran tersebut tidak serius.“Yank, kamu capek?” tanya Cantika. Cio di gendongan Lian segera menyahut. “Yank, apek... apek…”“Ululu… iya, ayah capek. Cio ikut mama ya?” Cantika hendak mengangkat tubuh gemuk putra bungsu mereka, tapi Lian segera menepis tangan Cantika. “Udah, gak usah. Kamu lanjutin aja baku hantam sama Dion.”Cantika berdecak kesal mendengar sindiran itu. “Orang Dion duluan yang mulai.” “Enak aja, lo duluan kali!” bal

  • Dibuang Suami, Dinikahi Adik Ipar   Bab 38. Datang Menjenguk

    Alisha baru tiba di kosnya setelah seharian bekerja. Saat baru saja membuka pagar kos, rasa lelahnya segera tergantikan dengan keterkejutan saat melihat adiknya, Hani, duduk di teras kosan. Hani, yang melihat Alisha pulang, langsung bangkit dan menghampiri kakaknya, memeluknya erat. Alisha membalas pelukan tersebut dengan hangat.“Hani, kamu kok tau kalo sekarang mbak ngekos di sini?” tanya Alisha heran, karena sebelumnya dia belum cerita apa pun pada adiknya itu.Tetesan air mata membasahi pipi Hani, dan Alisha merasakan getaran emosional dari pelukan itu. Hani melepas pelukannya, meski wajahnya masih terlihat sedih, “Aku tadi sebenernya dari rumah mertua kamu, Mbak. Aku bener-bener nggak nyangka kalo kamu udah pisah sama mas Faisal.”Hani menatap perut Alisha yang kini sudah terlihat agak membuncit. “Tega sekali mereka, kenapa kamu diperlakukan kayak gini saat kamu lagi hamil?” Air mata Hani turus mengalir deras seolah tak b

  • Dibuang Suami, Dinikahi Adik Ipar   Bab 39. Kue Kering

    Farhan menoleh pada Nur dengan ekspresi datar, sedikit kecewa dengan sikap ibunya yang seolah-olah menyalahkan dirinya di depan Cantika dan yang lain, meski sebenarnya Nur sendiri yang meminta Farhan melakukan pekerjaan itu.Farhan yang sebenarnya berencana menggantung cucian di halaman, akhirnya menaruh ember berisi cucian basah itu ke belakang, lalu kembali menghampiri yang lain. “Kalian kok ke sini?” tanyanya heran.“Jengukin kamu, dong,” jawab Cantika. Wanita stylish berambut panjang itu meletakkan keranjang penuh buah-buahan dan kue di atas meja.“Aduh, repot-repot segala. Terima kasih ya, sudah peduli sama Farhan.” Nur kemudian mempersilakan mereka semua duduk. Farhan pun bergabung dengan yang lain, sedangkan Nur jalan ke belakang untuk membuatkan minuman.Farhan memerhatikan dua anak kecil yang duduk diapit oleh Maya dan Cantika. Anak laki-laki yang tampan yang dibalut dengan pakaian trendi berusia sekit

Bab terbaru

  • Dibuang Suami, Dinikahi Adik Ipar   Bab 93. Semua Baik Baik Saja

    Senja mulai merayap di tepi danau yang tenang, memancarkan warna jingga keemasan yang memukau. Tenda-tenda berwarna-warni berdiri kokoh di antara pepohonan pinus, sementara suara riang tawa dan canda para karyawan Cantika memenuhi udara. Mereka menikmati camping bersama sebagai bonus atas pencapaian kerja tim selama ini. Suasana penuh keakraban dan kegembiraan terasa hangat di tengah sejuknya angin sore.Cantika, dengan senyum ceria, sibuk mengatur segala sesuatu. “Ayo, teman-teman! Kita siapkan untuk bakar-bakar malam ini!” serunya sambil menggulung lengan bajunya. Anak-anak karyawan berlarian dengan riang, bermain kejar-kejaran di sekitar perkemahan.Di sudut lain, Alisha duduk di dekat tenda sambil memperhatikan Haqi yang tertidur pulas di kereta bayinya. Matanya kemudian tertuju pada sosok Farhan yang berdiri sendiri di tepi danau. Pemuda itu tampak termenung, menatap jauh ke permukaan air yang memantulkan cahaya matahari terbenam. Wajahnya menggambarkan kesedihan yang sulit diung

  • Dibuang Suami, Dinikahi Adik Ipar   Bab 92. Rumah Lama

    Hari Minggu pagi yang cerah. Alisha dengan telaten memandikan Haqi dan memakaikannya baju lucu bergambar hewan. Bayi itu tertawa riang, menikmati perhatian dari ibunya. Setelah selesai, Alisha menyematkan topi rajut kecil di kepala Haqi, membuat bayi itu semakin menggemaskan.“Siapa yang mau jalan-jalan?” tanya Alisha dengan suara ceria, menciumi pipi Haqi yang lembut, menikmati aroma segar minyak telon yang dipakai bayi itu.Haqi tertawa riang dan membalas ciuman ibunya dengan menggigit pipinya karena gemas, membuat Alisha tertawa. Setelah memasangkan kaos kaki, Alisha mengangkat tubuh Haqi dan menggendongnya dengan kain gendongan, memastikan dia nyaman dan aman.“Siap jalan-jalan, Nak?” kata Alisha sambil bersiap keluar. Namun, ketika baru saja membuka pintu, dia terkejut melihat Rona berdiri di depan pintu.“Ada bos kamu tuh,” kata Rona sambil tersenyum.“Kak Cantika?” tanya Alisha, merasa heran de

  • Dibuang Suami, Dinikahi Adik Ipar   Bab 91. Rumah Rusak

    Alisha terdiam, merasakan perasaannya bergemuruh. Ada kesedihan yang mendalam di matanya, namun dia mencoba untuk memahami dan menghormati keinginan Farhan.Farhan menghela napas panjang, lalu berkata, “Dan soal gelang itu—aku lega kalo kamu suka. Kamu boleh simpan. Tapi soal tawaran sebelumnya, itu udah gak berlaku.”Deg! Alisha merasakan hatinya tercekat, seolah diremas oleh perasaan kecewa dan sakit yang mendalam. Air mata menggenang di matanya, namun dia tetap diam, menahan perasaannya.“Kamu sebaiknya memang sama Dion,” lanjut Farhan dengan suara serak, sambil menyandang tasnya. Tanpa menunggu reaksi Alisha, dia berbalik dan berjalan keluar ruangan, meninggalkan Alisha yang terpaku di tempatnya.Farhan berjalan cepat di koridor butik. Pikiran dan perasaannya bergejolak, namun dia tahu bahwa meninggalkan Alisha mungkin adalah pilihan terbaik. Di belakangnya, Alisha hanya bisa berdiri di ambang pintu ruang kerja, melihat p

  • Dibuang Suami, Dinikahi Adik Ipar   Bab 90. Jalan Buntu

    Alisha duduk di kursi di seberang meja Farhan, berusaha menangkap tatapan matanya. Namun, Farhan tetap terpaku pada buku sketsa di depannya. Alisha merasa ada sesuatu yang sangat salah.“Kamu kelihatan capek, Farhan,” ucap Alisha lembut. “Mungkin sebaiknya kamu pulang dan istirahat. Ide bisa menunggu besok.”Farhan tersenyum tipis, tapi senyum itu tidak mencapai matanya. “Aku nggak capek, Mbak. Kamu pulang aja duluan, aku masih mau nerusin kerjaanku.”Alisha merasa ada dorongan kuat untuk tidak meninggalkan Farhan sendirian, tapi sebelum dia sempat berkata lebih jauh, Farhan menyela, “Duluan aja, Mbak.”Tatapan kosong Farhan dan caranya menghindari percakapan lebih lanjut membuat Alisha merasa tak berdaya. Dia akhirnya mengangguk, meskipun hatinya menolak. Dengan langkah berat, Alisha bangkit dan berjalan menuju pintu. Namun, setibanya di ambang pintu, dia berhenti dan menoleh kembali ke arah Farhan.

  • Dibuang Suami, Dinikahi Adik Ipar   Bab 89. Kosong

    Farhan menoleh perlahan, tatapannya masih kosong.“Farhan, kamu gapapa?” tanya Alisha dengan nada penuh perhatian.Farhan menghela napas dalam. “Aku gapapa, Mbak. Kita balik ke butik sekarang aja. Kamu bareng aku atau—”“Aku bareng kamu,” kata Alisha cepat.Mereka berjalan bersama keluar dari bandara, suasana sekeliling terasa hening meskipun ada keramaian orang yang berlalu lalang. Alisha terus memerhatikan Farhan, dia tahu jika pemuda itu sedang berusaha terlihat baik-baik saja. Namun, tatapan kosong dan langkah berat Farhan memperlihatkan sebaliknya.Sepanjang perjalanan ke butik, Alisha mencoba mencari cara untuk mencairkan suasana. “Farhan, kamu tahu nggak? Haqi mulai suka main di taman sekarang. Padahal sebelumnya dia takut sama rumput,” katanya, berharap cerita tentang Haqi bisa sedikit menghibur Farhan.Farhan tersenyum tipis. “Syukurlah, Haqi udah nggak takut lagi.”

  • Dibuang Suami, Dinikahi Adik Ipar   Bab 88. Mengantar Farida

    Alisha meminta izin tidak masuk kerja selama beberapa hari untuk menjaga Haqi yang sakit. Bayi itu menjadi manja selama sakit dan ingin terus berada di dekat Alisha. Haqi menempel sepanjang hari padanya, membuat Alisha tidak bisa beranjak jauh. Ketika akhirnya Haqi pulih sepenuhnya dan kembali tersenyum seperti biasanya, Alisha merasa lega. Dia bisa kembali bekerja dan menitipkan Haqi pada Rona.“Jangan sakit lagi ya, sayang,” kata Alisha sambil menciumi pipi Haqi sebelum memberikan bayi itu pada Rona.“Saya berangkat kerja dulu, Bu,” kata Alisha.“Iya, hati-hati,” jawab Rona sambil tersenyum.Alisha mengangguk, lalu keluar dari kosan menuju butik. Setibanya di butik, Alisha terkejut melihat Farhan sudah duduk di balik mejanya. Ada rasa senang melihat pemuda itu kembali bekerja di ruangan yang sama dengannya. Farhan menoleh saat melihat Alisha baru tiba.“Haqi gimana, Mbak?” tanya Farhan.&ldqu

  • Dibuang Suami, Dinikahi Adik Ipar   Bab 87. Haqi Demam

    “Ada apa, Mbak?” tanya Farhan.“Itu... Aku baru tahu kamu sering jengukin Haqi tanpa aku tahu. Aku juga mau bilang makasih, buat mainan yang udah kamu kasih buat Haqi,” kata Alisha, suaranya terdengar gugup.Farhan terdiam beberapa saat. “Maaf, Mbak. Aku cuma kangen sama Haqi—”“Nggak, Farhan. Justru aku yang minta maaf— aku harap kamu bisa lupain ucapan aku sebelumnya, soal—”Ucapan Alisha terputus karena tiba-tiba terdengar suara Haqi yang terbangun dan menangis kencang.“Kenapa, Nak?” tanya Alisha dengan panik.Haqi menangis keras, tidak seperti biasanya. Wajahnya memerah, dan tubuhnya berkeringat.Farhan yang mendengar suara tangis Haqi menjadi panik. “Haqi kenapa, Mbak?”Alisha belum sempat menjawab, dia meletakkan ponselnya di kasur dan segera meraih tubuh Haqi untuk menggendongnya. Tubuh Haqi semakin panas.Alisha mengusap ke

  • Dibuang Suami, Dinikahi Adik Ipar   Bab 86. Mainan Haqi

    Jam pulang tiba, Alisha keluar dari butik dengan langkah pelan. Hatinya masih penuh dengan kebingungan dan kesedihan akibat jarak yang semakin lebar antara dirinya dan Farhan.Saat Alisha mencapai halaman butik, sebuah mobil Fortuner hitam berhenti di dekatnya. Dion turun dari mobil dengan senyum ramah.“Udah mau pulang, Lis?” tanya Dion.“Iya, Mas,” jawab Alisha sambil mencoba tersenyum. “Mas Dion mau ketemu sama Mas Lian?”“Iya, ada urusan yang perlu dibicarakan sama dia,” kata Dion, sambil mengamati wajah Alisha yang terlihat lelah. “Kamu kelihatan capek banget?”Alisha hanya tersenyum. “Namanya juga kerja, Mas.”Mereka berbincang sesaat, membahas beberapa hal ringan. Namun, perhatian Alisha terusik saat melihat Farhan keluar dari butik. Hati Alisha berdebar melihatnya, namun wajah Farhan tetap datar.Farhan berjalan menuju parkiran tanpa sedikit pun melihat ke

  • Dibuang Suami, Dinikahi Adik Ipar   Bab 85. Tembok Tak Kasat Mata

    Jam istirahat hampir berakhir, dan Farhan masih di ruangannya, tenggelam dalam pekerjaan. Dia tampak fokus, meskipun wajahnya terlihat lelah.Tiba-tiba, pintu ruangan terbuka dan Lian masuk sambil menuntun Cio yang kini hampir berusia dua tahun. Lian tersenyum saat Farhan menoleh ke arahnya.“Panggil Om Farhan, gitu,” kata Lian pada Cio.Cio yang masih kecil dan menggemaskan berusaha mengikuti instruksi ayahnya. “Ahan...” panggilnya dengan suara nyaring dan polos.Farhan tersenyum saat melihat Lian dan Cio mendekatinya.“Om,” ralat Lian.“Ong,” kata Cio dengan usaha keras.“Hai, Cio! Apa kabar, Jagoan?” sapa Farhan sambil mengulurkan tangannya untuk menyapa Cio.Cio berlari kecil menghampiri Farhan, tertawa riang. Cio langsung memeluk Farhan, ingin digendong.Farhan mengerti kode itu dan segera mengangkat tubuh Cio, lalu mendekapnya. Farhan tersenyum meski tipis

DMCA.com Protection Status