"Serius, Bang?" Kemal mendesah napas panjang. "Iya. Hanya titip Arsha, bukan yang lain," jawabnya lugas."Terus, pasrah gitu aja?" "Yang kamu liat begitu?" Kemal membalik pertanyaan Farhan.Sang dokter mengangguk. "He em." "Logis." Putra Khadijah berkata sembari tersenyum, karena suaranya terdengar ringan. "Papa bilang, datanglah jika sudah pantas. Sedangkan kepantasan itu nggak bakalan ada selama cermin kita masih memantulkan bayangan yang sama ... dan matamu mengagumi itu, Han."Dahi Farhan mengernyit. "Maksudnya?" Kemal lagi-lagi tertawa. "Pikirin sendiri, aja." Farhan memutar otaknya tapi karena terlalu lelah seharian ini, dia tak menemukan benang merah dari ucapan Kemal. "Jadi?" "Nggak jadi-jadi ... ya begitu," pungkas Kemal."Aku bisa apa kalau itu sudah jadi keputusan abang," decak Farhan seraya membuang napas ke udara."Bisa doain hajat kami agar lancar ... atau bisa endorse honeymoon, contohnya," kekeh Kemal membuat dokter muda ini tertawa lebar."Siap ... betewe, progr
Read more