"Qobiltu nikahaha wa tazwijaha bil mahril madzkur haalan." "Sah!" Tak jauh dari mereka, kegiatan serupa pun tengah berlangsung. Salawat dan doa dipanjatkan oleh para jama'ah. Mempelai pria masih menunduk ketika sosok panutan yang memberikan wejangan itu menyematkan banyak nasihat padanya. Tyas Aspasya pun tertunduk haru. Pemilik agency model Queen Aspasya itu sungguh tak menduga bila kekecewaannya terhadap perilaku sang suami di kehidupan pernikahan terdahulu, diganti dengan pria di hadapannya. ~Dirinya tergugah meminta bantuan Ahmad kala bertemu lagi dengan Dewiq di suatu acara. Dulu, Dewiq adalah dokter pribadi keluarganya selama beberapa tahun. Di Minggu pagi saat berjalan menuju kediaman Ahmad. Dia melihat seorang pria baru keluar dari sana. Tyas yang berniat meminta saran pada beliau, dibuat terpesona oleh penampilan sang muthowif itu. Tyas lantas menanyakan hal tersebut pada Ahmad dan menyampaikan niatannya. Sungguh dia tak mengira, bahwa hari itu adalah langkah a
(Menduga sendiri huwaaa, padahal clue nya di bab 88-89 bejibun xixixi)Di narasi, Pengantin dipertemukan, tapi kenapa Ahmad ngajak Kemal ke Kamala? Di venue, kenapa Kemal malah ada didekat Farhan dan Ahmad, bukan dengan Tyas? Ingat doa Oyi? Abi dan Nana Bahagia. Muncul si Didi tiba-tiba dan Kemal bilang Mabruk, Kang. Dhuaarr!Kan mommy juga nggak pernah sebut jelas, nama mempelai wanita bahkan di ijabnya. Juga, nggak mungkin muncul tokoh kalau nggak ada fungsinya. Xixixi.Mari kita flashback!..Ulfa langsung mengejar taksi Farhana yang sudah jauh. Sementara di dalam kabin mobil yang membaur dengan padatnya jalanan, wanita ayu itu menunduk melihat wajah Arsha yang tertidur dalam dekapan.Air matanya menetes di pipi putranya ini. Dia akan berusaha menjauhkan Arsha perlahan dengan Kemal. Apapaun kondisinya nanti. Namun, hatinya masih gamang, bilamana batin sang anak merindukan sosok pertama yang bersentuhan dengan Arsha dulu.Bagaimana caranya meminta lelaki itu untuk datang sedangka
Karena terlalu lama tidak ada balasan padahal Hana sedang online, akhirnya Kemal melakukan panggilan.Ini adalah sambungan udara pertama yang mereka lakukan tanpa perantara. ~Kak Kemal callingHandphone yang sedang dia pegang bergetar halus. Inginnya tidak menjawab tapi entah mengapa jempolnya menggeser tombol hijau ke atas."Alhamdulillah. Assalamualaikum ...."Hening, beberapa detik."Salam itu wajib di jawab, Khanza," bujuk Kemal lagi setengah berbisik."Udah dijawab dalam hati." Terdengar tawa kecil dari sana, membuat Hana menyadari kalau dirinya baru saja bicara. Blush! Hana merasa pipinya menghangat. "Maa sya Allah. Iya, kedengaran sampe sini, kok." Kemal berusaha mencairkan rasa canggung di antara mereka. "Aku bingung ambil yang mana? Apa kubayar semua, ya?" Sepi lagi. Kemal mendesah halus. Hana masih enggan bicara dengannya. Dia mengira apakah mungkin karena belum ikhlas dinikahi olehnya. "Ya sudah, nggak usah pake cincin deh, ya. Aku takut salah beli, juga kuatir kebe
"Ehmm," gumam Hana sembari menurunkan pandangannya. Dia malu ... sungguh malu. Dulu, Kayshan saja tak pernah memandangnya sedalam itu walaupun mereka sudah berbaikan.Deg!Deg!Kemal masih betah berlama menatap wajah merona Farhana. Dia mengulas senyum menawan dan berucap, "Siapapun yang ada dihatimu, itu urusanmu. Aku tetap mencintaimu, Khanza ... Bismillah ...." Farhana memejam ketika Kemal memberi sebuah rasa yang perlahan menjalari seluruh tubuhnya. Bukan keinginan menggebu, hanya sapuan ringan, lama dan terasa tulus, lembut nan hangat menyapu hingga ke palung hati.Kening mereka kini saling menempel, keduanya pun melempar senyum malu-malu."Mau cerita dulu atau mandi dulu?" tanya Kemal sembari melonggarkan dekapannya."Mandi dulu, bentar lagi Zuhur," ujar Hana pelan."Oke. Ibun sudah haid lagi?" sambung Kemal dengan suara lirih, sebab sedikit segan. Tapi, dia harus tahu untuk membantu menjaga hormon Hana sehingga asi bagi Farshad tidak terganggu.Dia mengetahui panggilan ~ibun
Suara ketukan membuat Kemal bangun dan membuka pintu kamar mereka. Hana pun bangkit, melepas mukena lalu menggantinya dengan hijab."Arsha bobok," kata Dewiq setelah melihat sang menantu membuka pintu. Dia lalu menyodorkan cucunya yang tertidur pada Kemal.Lelaki itu membuka lengan kirinya saat Dewiq hendak menyerahkan si bayi gempal. "Maa sya Allah ... Arshanya abi montok amat," bisik Kemal sembari mencium pipi Farshad dan balik badan menuju ranjang kecil di sebelah nakas.Dewiq yang masih tak percaya bahwa lelaki ini telah menjadi menantunya, tertegun di depan pintu. Dia bersyukur dengan melantunkan salawat kala memandangi punggung Kemal sebelum menarik panel pintu kamar mereka. "Bisa, Kak?" tanya Hana ketika Kemal akan meletakkan bayinya dalam box. "Bisa." Kemal sangat hati-hati, dia menepuk pelan paha Farshad hingga bayi itu tenang dan lelap kembali.Hana diam-diam memperhatikan dari tepi ranjang. Rupanya Kemal paham bagaimana cara menenangkan bayi saat baru dipindah dari gendo
Di dalam kamar, Kemal terpaksa melepas dekapan karena gedoran di pintu yang tak kunjung hilang. Hana lalu langsung turun dan melihat Farshad. Ternyata bayinya sudah bangun. Dia tersenyum lebar saat ibun menyapanya meski isapan jempol di mulut tak Farshad lepas. "Aih, udah bangun." Kemal ikut menghampiri box si Cimit sembari melingkarkan lengannya di pinggang ibun. "Pinter, nggak nangis," sambung Kemal yang menowel pipi gembil itu dan dihadiahi senyum lucu Arsha. "Ibun salat dulu, ya. Arsha tunggu sebentar lagi," kata Hana sembari meraih botol susu dari kulkas mini di bawah ranjang Farshad lalu menghangatkan di steamer. Kemal memperhatikan cara istrinya dalam menyiapkan susu. Dia juga membuka satu lemari disamping box Farshad yang berisi semua perlengkapan bayi. Dia mengambil foto satu per satu benda itu lalu dikirimkan ke Sahrul. Serta meminta Khuzaemah untuk menyiapkan syukuran di rumahnya karena Kemal akan mengajak Hana pulang nanti. Setelah memandikan Farshad, keduan
"Lempeng niatnya ... pikir ente avaan?" Ahmad meraup wajah Farhan yang lesu menempeli kusen pintu. Ahmad yang tadinya cuma niat mengambil kacamata, tapi malah tertahan karena Hana akhirnya keluar dari ruang baca di susul ibun."Kan udah siap, Beh. Palingan sisa atu," keluh Farhan lagi, dia masih setia menempeli lawang. "Apa?" tanya Ahmad sembari menyingkap tirai pembatas ruangan."Ceweknya belum ada, Yah," kekeh Hana tepat saat suaminya baru memasuki rumah. Ahmad tertawa renyah dan memilih keluar rumah. Farhan memang enggan dijodohkan tapi dirinya terlalu sibuk berkutat dengan segudang aktivitas.Hiking, mancing, modeling sampai kadang lupa dengan profesi utamanya yang seorang dokter. "Fokus, Kak. Itu aja dulu," kata Ahmad dari ruang tamu.Bagaimana bisa bertanggungjawab atas anak gadis orang lain jika kesenangan dirinya belum selesai. Kira-kira begitulah pemikiran Ahmad."Terlalu asik sendiri itu nggak asik, Han," sambung Kemal sembari menarik jemari Hana masuk ke kamar.Farhan m
Farhan tidak membantah, dia diam sebab memang begitulah niatan sebenarnya saat mendekati Mehru. Hanya kebetulan saja, dia memiliki celah agar tindakannya terasa lebih halus dengan menggunakan kondisi Mya. Mifyaz selesai membereskan peralatan dari atas meja dan bersiap naik ke kamar atas jika menginap di Tazkiya. Sebelum pergi, dia melihat ke arah Farhan."Jangan menyakiti terlalu dalam, Kak. Dia belum menyadari itu tapi sudah menduga niatmu," tegasnya lagi."A-aku nggak maksud, Yaz," bantah Farhan sambil berdiri."Kakak nggak bisa bohong sama aku." Tunjuknya pada kedua mata Farhan. "Kakak juga bakalan punya anak perempuan, kalau calon suami anakmu nanti ketemu pria red flag macam kakak ... apa iya ridho melepasnya? Jodoh anakmu akan sepertimu, Kak," Cecar Mifyaz lagi. Farhan diam, kalimat sederhana tapi terdengar tajam dan tak biasa karena keluar dari bibir Mifyaz. Mifyaz juga mengatakan bahwa Farhan memiliki Farhana sebagai refleksi perasaan sesama wanita. Semua keburukan yang ta