/ Romansa / ISTRI WARISAN SANG BILLIONAIRE / 챕터 101 - 챕터 110

ISTRI WARISAN SANG BILLIONAIRE 의 모든 챕터: 챕터 101 - 챕터 110

115 챕터

BAB 101.

Gadis cantik ini meletakkan garpunya di sisi pinggan dan langsung bangun ketika Aiswa menghampiri. Aiswa masih mengulas senyum saat menarik Habrizi ke sisinya. "Kak, yang sopan dong," omelnya sembari menepuk pundak Reezi agar menunduk.Jika bukan karena rasa sayang, mungkin Habrizi enggan menuruti wanita ini. Ibunya saja kadang menyerah bila memintanya berkenalan dengan seorang gadis.Tapi, Aiswa memiliki tempat khusus di hatinya. Reezi tak bisa membantah jika wanita salihah ini sudah menurunkan titah. Dokter muda itu sedikit membungkuk sembari menyapa sang gadis yang sudah berdiri di samping Farhan. "Hai ... aku Reezi," ujarnya dengan nada malas.Sang gadis pun menunduk, menangkupkan tangannya di depan dada. "Virlyana," balasnya dengan suara lembut. 'Ehm, bener. Ini gadis yang manggil Farhan tadi.'Hanya beberapa detik saling sapa, Aiswa pun menyilakan Virlyana untuk melanjutkan makan lalu dia menggiring Reezi pada Mehru. Gadis itu sedang haha hihi dengan Mifyaz.Si bocah es te em
더 보기

BAB 102.

"Lah apanya?" tanya Ahmad sembari menoleh ke arah putranya yang mendekat.Farhan menarik kursi di sebelah sang ayah lalu duduk dengan wajah kesal. Dia menyandarkan punggungnya sambil menggembungkan pipi."Padahal enyak dulu nikah pas co-as. Mana langsung hamidun pula. Kenapa ane nggak boleh, Beh?" ketus Farhan mendelik ke arah Ahmad yang juga sedang menatapnya."Tanya sama enyakmu langsung sana," imbuhnya datar sembari mengendikkan bahu."Kalau ada jodoh yang baik, bagusnya segera," sambung Mahendra, dia ikut duduk menegakkan tubuhnya. "Lagipula Farhan sudah siap," katanya lagi diangguki sepuh lainnya."Ada, Mas. Tapi menurut pandanganku," ucap Ahmad sambil melirik Farhan yang cemberut di sisinya.Dokter muda itu lalu bangun dari duduknya dan keluar ruangan. Entah kemana tujuannya tapi dia ingin mendinginkan suasana hati.Beberapa keluarga Tazkiya dan Kusuma terlihat mulai meninggalkan gedung. Pun dengan Geisha yang barusan mengambil Gauri dari Mahendra. Hanya tersisa personil inti sa
더 보기

BAB 103.

Farhan memaksakan diri bangkit meski meringis menahan rasa tersengat di sebujur kakinya.Langkah dia tertatih saat membuka pintu ruang cuci. Farhan masih menyeret kakinya ketika dia mencari keberadaan mereka.Merasa lambat bergerak, dia mulai panik takut terlambat dan memilih berteriak. "NONOOOOOOO!"Pandangan semua orang yang masih berkumpul di teras juga ruang tengah tertuju padanya. Mereka keheranan, sekaligus mengira Farhan sedang drama.Farhan berdiri di ambang pintu dapur, celingukan mencari kembarannya."NONOOOOO!" serunya lagi, mulai dilanda cemas berlebihan."Hana di bawah, Par, ada apa?" kata Mahendra yang muncul dari bawah tangga belakang, satu-satunya yang menyahuti teriakannya. Dia menunjuk ke arah bale bambu di bawah pohon mangga.Farhan berjalan cepat meski sedikit terpincang-pincang. "Om, bahaya Om. Nono bakal diracuni!" Mahendra yang melihat kepanikan di wajah Farhan, buru-buru balik badan. Dia ikut berseru di undakan ketika Farhan menyenggolnya saat menuruni tangga
더 보기

BAB 104.

Ini adalah malam pertama bagi Hana tinggal di kediaman Kemal. Arsha masih lelap sehingga dia bisa berlama-lama di kamar mandi memanjakan tubuhnya yang penat setelah acara seharian ini.Ketika keluar dari kamar mandi, dia tidak sadar jika salah kostum. Hana memakai setelan daster di atas lutut tanpa lengan, berjalan sembari mengusap rambutnya yang basah dengan handuk.Hana berdiri menghadap buffet custom, yang merangkap sebagai meja kerja dan meja rias. Dia terus menggosok rambut panjangnya sambil mencari hairdryer, masih membelakangi suaminya.Putra Khadijah baru saja selesai mengganti seprei, tapi urung membawa linen kotor itu keluar kamar setelah melihat Hana. Matanya tertuju menyusuri setiap jengkal tubuh istrinya dari bawah sampai ke atas.Senyumnya pun muncul. Selama beberapa hari tinggal di kediaman Tazkiya, meski ada dalam satu ruangan, Hana tidak pernah seperti ini.Ibun selalu memakai daster panjang juga kerudung instan sebatas dada, bahkan ketika tidur. Kemal tidak melarang
더 보기

BAB 105.

"Bukan siapa?" tanya Aiswa. Dia mendorong pintu ruang baca hingga terbuka lebar. Aiswa sedang mencari Ahmad, berniat pamit pulang ke Cirebon. Tapi, dia malah mendengar suara tinggi Dewiq yang berasal dari ruang baca. Kebetulan, pintu bilik itu tidak tertutup rapat sehingga Aiswa tak sengaja mendengar percakapan mereka. Ahmad mengajaknya masuk tapi Aiswa enggan. Inginnya tidak ikut campur terlalu dalam. Tapi, apabila kakaknya ini mengulang kesalahan yang sama, dia takkan tinggal diam. "Bukan siapa-siapa," kata Ahmad sambil menarik lengan adiknya masuk. Aiswa menghela napas. Dia merasa harus menyampaikan pendapatnya sebelum pergi. Mungkin bisa menjadi pertimbangan mereka. Pandangan Aiswa masih menatap lekat Ahmad. Dia ingat bagaimana sikap sang kakak dulu yang memilih diam hingga dirinya nelangsa menjalani pernikahan. "Kakak masih ingat 'kan, apa yang menimpaku dulu karena sikap kakak?" Deg! Dewiq langsung terlihat gelisah, begitupun dengan Ahmad. Sang yai memilih duduk dan me
더 보기

BAB 106.

(Senyum dulu boleh? ... katanya pasrah siapa jodoh Farhan, makanya Ayang ... kalau rikues tuh yang betul ... jangan serah serah mulu xixixi)Udah di clue, fokus sama Farhan. Artinya, fokuslah pada apa yang dikerjakannya, yang menimpanya, kesibukannya dsb. Di bab kemarin, poin dipegang Ahmad : Iya Sayang, iya. Brati? Gagal dijodohkan dong ... ye kan?Wokeh, mari kita buka.... ***Farhan seketika merasa lemas, bahkan sekadar menggerakkan tubuhnya pun dia tak mampu.Sedahsyat itukah efek patah hati, pikirnya. Selemah inikah dirinya? Padahal baru diuji perkara cinta? Farhan berkali membatin.Dia jadi teringat kaidah di Raudhatul Muhibbin, yang sering Kemal bawakan jika kajian pekanan.Tinggalkan bila itu kurang baik dan akan Allah ganti dengan yang lebih baik. Padahal, tidak ada obat bagi kedua insan yang saling jatuh cinta selain menikah.Dalam asbabul wurud Raudhatul Muhibbin disebutkan bahwa ketika dihadapkan pada dua pilihan. Menikah ... harus mengikuti keinginan orang tua atau denga
더 보기

BAB 107.

Mehru melangkah tegap meninggalkan taman penghubung antar cluster itu. Kepalanya menunduk, menyembunyikan senyum getir.Dia mawas diri. Mehru sempat mencari tahu silsilah keluarga Reezi dari Mifyaz. Pemuda itu memang tak bercerita banyak, dia hanya mengatakan bahwa sang dokter adalah cucu dari tokoh terpandang nan alim di daerahnya.Habrizi juga merupakan putra pertama Raden Hasbi, seorang pebisnis ulung di Singapura. Ibunya adalah putri pemilik salah satu perusahaan penyuplai obat-obatan dan alat medis. Posisi dokter itu terlalu tinggi untuknya. Bahkan jika Reezi menunduk pun, belum tentu keluarga besarnya setuju.Jika saja ayahnya masih hidup, mungkin Mehru bisa sedikit menegakkan kepala. Dulu, saat pabrik kerupuk mereka masih berjaya, keluarganya dipandang mampu lagi disegani. Namun, semua itu cuma masa lalu. Mehru buru-buru menepis kekecewaannya dengan menggeleng kepala sembari terus melangkah ke suster station.Satu pekan berlalu begitu saja. Sikap Farhan masih sama. Dan sudah
더 보기

BAB 108.

Ahmad keluar dari ruang baca dan langsung diberondong pertanyaan oleh Farhan."Dalem, Kak, daleeeeemmmm ...." kata Ahmad, menyahuti panggilan putranya yang terlihat gusar. (Dalem bentuk sangat halus dari iya, selain nggih, dalam budaya Jawa)Farhan menarik lengan Ahmad untuk duduk di ruang tengah. "Babeh ingkar janji?" Dahi sang yai mengernyit. "Janji apa?""Janjiku kepadamu, kek lagu lawas." Farhan merengut sebal, entah kemana larinya emosi tadi. Begitu melihat wajah teduh Ahmad semua seketika sirna. "Yang tentang jodohin itu, loh!" "Enggak. Ayah memang masih menerima beberapa proposal baru. Tapi semuanya dikembalikan ... termasuk milik donatur Banten itu," beber Ahmad sambil menunjuk ke arah meja console tempat biasa dia menaruh map-map proposal. "Tuh, kosong."Farhan mendadak termenung. Jadi, penolakan Mehru tadi apakah dia sedang menyembunyikan sesuatu? Ucapan Dewiq yang mengatakan pada Mehru bahwa dirinya akan menggelar lamaran ... jadi ditujukan pada gadis mana? Pikir Farhan.
더 보기

BAB 109.

Farhan menarik kaca spion dalam. Dia memastikan penampilannya sudah rapi. "Apeeeee?" sambar Dewiq kali ini tak kalah judes. Farhan menunjuk ke arah saudaranya juga keluarga Kusuma yang hadir. Mereka tampak membawa kotak hias berisi beberapa barang."Itu apaan?" cicit Farhan. Jantungnya sudah berdebar kencang tapi Dewiq malah keluar dari mobil tanpa menjawab pertanyaannya, begitupun dengan sang ayah.Ahmad hanya menaik-turunkan alisnya ketika Farhan turun dari mobil. Sang ayah menepuk pundak putranya lalu menggamit lengan Farhan.Farhan bertanya pada Mahendra dan Aiswa tapi mereka bilang tidak tahu apa-apa. Hanya diminta datang ke sini pagi ini.Sang dokter mulai gugup ketika melihat kediaman Mehru. Teras rumah gadis itu dipenuhi pria sepuh yang menyambut kedatangan keluarganya.Netra jeli putra Ahmad sibuk melihat sana sini, barangkali ada sosok yang bisa memberi penjelasan singkat, tapi harapannya kosong. Bahkan kembarannya pun entah kemana.Rombongan dipersilakan masuk hunian. Set
더 보기

BAB 110.

Kemal menjawab Kamala hanya dengan gelengan kepala, dia mengejar Hana yang masuk ke kamar mandi belakang.Tok. Tok."Zaa, buka bentar," pinta Kemal mengetuk pintu, saat mendengar suara mual muntah dari dalam kamar mandi. "Sayang ...."Beberapa detik kemudian, panel itu terbuka. Hana menyembulkan kepalanya di celah pintu.Kemal mendorong pelan, kuatir istrinya kenapa-napa di dalam. "Buka, Sayang."Hana menggeleng sembari menahan pintu. "Kak, bawa daleman aku nggak di mobil?"Dia ingat, pernah melihat satu kontainer di bagasi Innova Zenix milik suaminya. Ketika Hana tanya apa isinya, sang suami menjawab itu adalah pakaian mereka.Untuk berjaga-jaga jika mendadak menginap di suatu tempat. Semua perlengkapan pribadi sudah tertata rapi dalam satu box."Bawa, kenapa?" tanyanya sembari merapikan rambut Hana yang menyembul dari ujung pashmina.Hana menarik lengan sang suami agar mendekat. "Ada pembalut juga?" bisiknya.Kemal mengernyit, sedang mengingat apakah dirinya sudah membeli barang sa
더 보기
이전
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status