"Sayang, kamu dimana, aku kangen," lirihnya. Berharap suatu saat ia bisa bertemu lagi dengan Ressa, dan mengungkapkan segala kerinduannya yang telah membuncah di hati.Dea berdiri di depan pintu, matanya mengembun saat mendengar suara kesedihan sang ayah. Dad Tian, sosok yang selama ini dikenalnya sebagai pria tegar, kini menangis dalam kesendirian. Ia merasa bertanggung jawab atas semua ini.Karena dia membenci Tante Ressa hingga membuat Dad Tian menjadi begini. Andai saja dia bisa menerima Tante Ressa dengan tulus, mungkin Dad Tian akan bahagia seperti Mom Aru"Hey, kenapa masih berdiri di tengah pintu," tegur Denis pada putri sambungnya yang terdiam."Dea sedih lihat Dad Tian diam-diam menangis sendirian," jawab Dea dengan suara lirih.Denis menghampiri Dea dan menepuk lembut kedua bahu gadis itu. "Nggak usah sesali yang sudah berlalu ya, Dad Tian juga sudah memaafkan Dea. Kita masih usaha mencari Tante Ressa," ucap Denis memberi semangat.Dea mengangguk, berusaha menenangkan hatin
Baca selengkapnya