All Chapters of Kontrak Pernikahan Rahasia Sang Presdir: Chapter 151 - Chapter 160

350 Chapters

Bab 151

Kiki yang mendapati pertanyaan itu langsung terdiam. Dia bingung harus menjawab apa. Tapi, dari bagaimana Naven tampak bersungguh-sungguh, sepertinya memang Naven akan datang.“Pak Naven akan datang, Bu. Percaya saja.” Kiki berusaha untuk meyakinkan Nerissa.Nerissa berusaha untuk percaya, walaupun sejujurnya sulit baginya. Ada perasaan takut jika Naven tidak datang ke bandara atau lebih mengerikan lagi tidak bisa mengakhiri hubungan.Nerissa dan Kiki melakukan perjalanan yang cukup melelahkan. Jalanan siang ini macet sekali. Mungkin karena ini penerbangan akhir tahun, jadi banyak orang yang pergi ke luar negeri atau luar kota. Alhasil jalanan macet.Sampai di bandara, Kiki segera menurunkan koper Naven dan Nerissa. Karena Naven belum datang, mereka memilih untuk menunggu lebih dulu.Nerissa terus melihat ponselnya. Tidak ada kabar sama sekali dari Naven. Hal itu membuatnya cemas. Apalagi sebentar lagi pesawat akan berangkat.“Ki, apa dia tidak mengabarimu?” Nerissa menatap Kiki yan
last updateLast Updated : 2024-06-03
Read more

Bab 152

Nerissa membulatkan matanya ketika melihat siapa yang membuka pintu. “Kamu sudah di sini?” tanya Nerissa dengan wajahnya yang kebingungan. “Iya, aku sudah sampai sini. Kamu ke mana saja? Kenapa baru sampai?” Naven menatap Nerissa dengan senyum di wajahnya. “Aku mengajak Nerissa ke toko kue tadi.” Dya yang menjawab pertanyaan yang diberikan pada Nerissa itu. “Baiklah, ayo masuk dulu kalau begitu.” Naven melebarkan pintu untuk membiarkan istri dan suaminya untuk masuk ke dalam apartemen. Nerissa masih bingung. Kenapa bisa suaminya itu sampai di rumah lebih dulu. Padahal tadi pesawat, dia hanya sendiri dan suaminya itu tidak ada. “Sayang kamu masih mau di depan pintu terus?” Naven menegur sang istri yang tidak beranjak dari depan pintu. Nerissa masih diam saat suaminya menegurnya. Pikirannya masih melayang memikirkan bagaimana caranya suaminya sampai di Singapura lebih dulu. Naven yang melihat Nerissa tak bergerak sama sekali pun langsung bergerak untuk menarik sang istri. Mengaj
last updateLast Updated : 2024-06-04
Read more

Bab 153

Beberapa waktu sebelumnya ….Naven dan Evelyn duduk di sofa bersama. Kali ini Naven berusaha untuk menjelaskan dengan pelan-pelan pada Evelyn. Berharap wanita itu mau mengerti. Naven tidak mau ada masalah setelah ini. “Setiap keputusan selalu ada konsekuensi yang didapat. Saat kamu menolak untuk menikah, berpisah denganku adalah konsekuensi yang harus kamu terima. Jujur aku begitu terluka sekali saat kamu menolak menikah denganku. Aku tidak melihat keseriusanmu dalam menjalin hubungan ini. Aku bisa saja mengakhiri semua sejak itu, tapi aku mengurungkan niatku karena aku tidak mau mengganggu konsetrasimu saat syuting.”Kesalahan itu jelas membuat Evelyn tidak bisa mengelak. Tapi, bukan perpisahan yang diinginkannya.“Lalu kenapa kamu mengakhiri sekarang? Jika kamu mengakhiri dari kemarin karena kesalahanku, mungkin aku bisa terima. Tapi, sekarang kamu mengakhiri karena kamu mencintai istrimu itu.”“Cinta yang aku rasakan adalah satu alasan dari alasan yang lain.”“Maksudmu ada alasan
last updateLast Updated : 2024-06-04
Read more

Bab 154

“Kalian mau pergi ke mana malam tahun baru?” Mama Ruby menatap Nerissa dan Dya.“Aku mau di sini saja, Tante.” Dya menjawab pertanyaan itu, kemudian beralih pada Nerissa. “Mungkin Nerissa dan Naven akan pergi.”Mendapati ucapan Dya itu Nerissa bingung. “Mungkin aku akan di sini juga.” Nerissa merasa jika tidak ada acara.“Jika mau pergi, pergi saja. Jangan merasa tidak enak. Lagi pula kapan lagi kalian menikmati tahun baru di sini.” Mama Ruby menatap Nerissa dan Dya. Dia pernah muda juga, menikmati waktu seperti ini pastinya adalah hal yang tidak boleh dilewatkan.“Iya, Tante. Kami akan jalan-jalan nanti.” Dya mengangguk, kemudian menyenggol Nerissa. “Iya, Ma. Nanti kita akan pergi untuk menikmati tahun baru.” Nerissa langsung menjawab.Mereka menikmati memasak untuk makan malam. Naven yang disuruh membeli bumbu akhirnya kembali juga. Wajah Naven sudah tidak bersahabat sekali. Muram karena disuruh beli bumbu.“Kamu kenapa?” tanya Nerissa ketika melihat Naven sedang minum di depan lem
last updateLast Updated : 2024-06-04
Read more

Bab 155

Naven menuju ke resepsionis. Hati Nerissa semakin berdebar-debar sekali. Dia tidak tahu harus berbuat apa-apa. Di depan resepsionis Naven meminta access card untuk masuk ke kamar. Dia memang sudah memesan kamar sejak lama. Jadi dia bisa langsung meminta access card. Naven segera mengajak Nerissa untuk ke kamar mereka. Ramainya orang di lift membuat mereka harus menunggu lift sedikit kosong. Saat banyak orang, Nerissa tidak dapat bertanya pada Naven. Harus menunggu momen di mana tidak banyak orang. Ekor mata Naven menangkap wajah cemas Nerissa. Hal itu membuatnya merasa gemas. Akhirnya pintu lift terbuka, Naven dan Nerissa segera keluar dari dalam lift. Sayangnya, tidak hanya mereka saja yang keluar dari dalam lift. Hal itu membuat Nerissa tidak bisa bicara dengan Naven. Langkah mereka terus diayunkan sampai ke pintu kamar yang dipesan oleh Naven. Tepat di depan pintu, Naven menempelkan access card yang dibawanya. “Tunggu.” Saat Naven hendak membuka pintu, N
last updateLast Updated : 2024-06-04
Read more

Bab 156

“Maaf aku tidak tahu jika kamu memesan itu.” Nerissa yang merasa bersalah pun langsung mengakui kesalahannya. Mendapati permintaan maaf dari Nerissa, Naven langsung tersenyum. Dia tidak marah. Justru merasa lucu dengan apa yang dilakukan oleh istrinya. Dengan langkah tenang, dia menghampiri sang istri. Tepat di depan Nerissa, dia tersenyum. Ketika ditatap Naven dengan senyuman penuh arti, Nerissa benar-benar tidak nyaman sama sekali. “Kenapa menatapku seperti itu?” Nerissa pun segera bertanya saat Naven tak kunjung berhenti menatapnya. “Kenapa bisa berpikir sampai ke sana?” tanya Nerissa. “Iya. Karena aku pikir kita ke hotel dan kamu ....” Nerissa menggantung ucapannya saat bingung harus menjawab apa. Naven meraih tangan Nerissa. “Apa kamu belum siap?” tanyanya. Nerissa langsung menganggukkan kepalanya. “Kamu mengatakan cinta secara mendadak. Kamu juga baru membuktikan jika kamu benar-benar mencintai aku. Jadi aku belum bisa. Lagi pula, aku belum memiliki perasaan padamu.” N
last updateLast Updated : 2024-06-05
Read more

Bab 157

Saat tautan bibir dilepas, wajah Nerissa langsung merona. Dia malu sekali membalas ciuman Naven. Karena tak kuasa menahan malu, dia memilih menyembunyikan wajahnya di dada Naven.Naven langsung mendekat tubuh Nerissa. Senyumnya menghiasi wajah tampannya. Dia benar-benar gemas sekali melihat istrinya yang malu-malu seperti itu. Rasanya senang sekali bisa melihat sang istri yang seperti itu.“Apa kamu berniat bersembunyi terus dan tidak melihat kembang api?” Naven membelai rambut panjang Nerissa.Perlahan Nerissa menjauhkan tubuhnya dari tubuh Naven. Dia berusaha untuk menenangkan diri agar tidak salah tingkah di depan Naven.Dengan segera Nerissa memutar tubuhnya. Melihat ke arah langit di mana masih dihiasi kembang api. Padahal sudah lama, tapi kembang api masih saja terus dinyalakan.Tepat jam satu malam, akhirnya kembang api berhenti. Langit mulai gelap lagi. Suara pun kembali sunyi.“Ayo, masuk. Udara malam sepertinya semakin dingin.” Naven tak mau sampai sang istri sakit, jadi men
last updateLast Updated : 2024-06-05
Read more

Bab 158

Tubuh Nerissa yang ditarik, membuat menempel sempurna di tubuh Naven. Naven segera memeluk sang istri agar tidak pergi ke mana-mana.“Setelah kita pulang ke Indonesia, kamu harus tidur di kamarku.”Mendapati permintaan itu Nerissa tersenyum malu. Artinya mereka akan tidur bersama selamanya. Rasanya, dia tidak sabar untuk menjadi pasangan suami-istri sesungguhnya.“Baiklah.” Nerissa mengangguk.Mendapati jawaban itu Naven langsung mendaratkan ciuman di pipi Nerissa. Satu di pipi kanan dan satu di pipi kiri.Tentu saja apa yang dilakukan Naven itu membuat Nerissa terus merona.Naven segera membawa Nerissa ke dalam pelukannya. Perasaannya sedang berbunga-bunga. Sampai-sampai dia tidak bisa mengungkapkan dengan kata-kata.Saat dipelukan sang suami Nerissa pun membalas dengan memeluk sang suami. Tentu saja itu membuatnya membalas dengan memeluk lagi.Bersama Naven membuat Nerissa sangat bahagia. Dia yakin, jika perasaan ini akan perlahan menjadi perasaan cinta.“Bukankah kita harus segera
last updateLast Updated : 2024-06-06
Read more

Bab 159

Nerissa hanya tersenyum saja ketika melihat Naven yang manja. Memang terlihat begitu lucu ketika Naven bermanja-manja seperti itu. Di kantor, Naven terlihat garang, tapi di rumah dia terlihat manja. Memang sedikit aneh bagi Nerissa. “Bagaimana jika kamu tidur di sini saja?” Naven melihat ke arah sofa. Dahi Nerissa langsung berkerut dalam ketika mendengar apa yang dikatakan Naven. Pandangannya segera beralih ke sofa. Sofa cukup kecil jika ditempati berdua. Tentu saja dia bingung. “Ini sempit. Bagaimana bisa kita tidur di sini berdua?”“Bukannya semakin sempit semakin enak.” Naven menyerigai. Pipi Nerissa langsung menghangat. Malu ketika Naven membahas itu. Entah kenapa otakanya Nerissa berpikir ke sana ketika Naven membahas hal sempit. “Kita bisa saling menempel jika tidur di sini.” Naven membayangkan sofa yang sempit membuat mereka tidur begitu menempel. Pastinya akan sangat enak. Rasanya Nerissa ragu untuk melakukan hal itu. Takut jika mereka tidak akan nyaman tidur. “Sudah a
last updateLast Updated : 2024-06-06
Read more

Bab 160

Nerissa langsung melihat layar ponsel untuk tahu siapa yang menghubungi. Untuk sesaat dia diam saat melihat layar ponselnya. Naven melihat reaksi sang istri yang berbeda. Tentu saja itu membuatnya merasa aneh. Dia curiga jika Evelyn yang menghubunginya. “Mama.” Naven juga ikut terkejut ketika mendengar jika mamanya menghubungi. “Berikan padaku.” Naven meminta Nerissa untuk memberikan ponselnya. Nerissa langsung memberikan ponsel pada Naven. Segera setelah ponsel di tangan, Naven langsung menerima panggilan telepon mamanya. “Kenapa Mama telepon hanya di sebelah?” Naven heran sekali dengan sang mama. “Mama malas melihat pengantin baru mesra-mesra. Nanti mama ke situ kamu lagi peluk-pelukan.” Naven merasa mamanya tahu saja kalau dia peluk-pelukan dengan Nerissa. Pantas mamanya memilih menghubungi lewat telepon. “Ada apa mama menghubungi?” “Cepat bangun dan bersiap. Operasi nanti jam sebelas.” “Iya, aku akan bangun, Ma.” Setelah selesai bicara, Naven segera mematikan sambungan
last updateLast Updated : 2024-06-06
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
35
DMCA.com Protection Status