Home / Fantasi / Warisan Artefak Kuno / Chapter 371 - Chapter 380

All Chapters of Warisan Artefak Kuno: Chapter 371 - Chapter 380

412 Chapters

Dungeon Kedua

Akhirnya, untuk mereset dungeon yang mereka masuki, Rong Guo dan kawan-kawannya harus keluar dari mulut gua tempat pertama kali mereka masuk.“Setelah ini, kita harus menunggu sekitar satu jam,” jelas Ayong dengan nada hati-hati.“Dungeon secara otomatis akan melakukan pembersihan, memulihkan energi semua monster yang sudah kita habisi, dan kemudian menciptakan monster baru yang lebih kuat dari sebelumnya.”Mereka berdiri di sebuah jalan sepi di Kota Hantu, tepat di depan gua pintu gerbang dungeon yang masih terbuka lebar. Dari kejauhan, hanya tampak bayangan gelap dan kosong, seolah-olah dunia ini telah berhenti berputar.Suasana malam itu terasa sangat hening. Rembulan yang menggantung tinggi di langit memberi cahaya lembut, menyinari jalan kosong yang mereka pijak.Tidak ada satupun hunter yang tampak di sana; semua masih sibuk di dalam dungeon yang penuh tantangan, menyelesaikan misi yang membutuhkan waktu lama.Yizhan tertawa pelan, suaranya menggema lembut di tengah keheningan m
last updateLast Updated : 2024-12-02
Read more

Ketegangan DI Warung Si Janggut Putih.

Di sebuah kedai arak, tempat istirahat para hunter di lantai satu Hundun Yaosai...Ketika kelompok Akeng dari Organisasi Tangan Besi memasuki Warung Arak si Janggut Putih, mereka menarik perhatian. Tubuh mereka penuh luka, pakaian compang-camping, dan berlumuran darah kering. Wajah-wajah lelah menunjukkan perjuangan berat yang baru saja mereka alami.Namun, yang paling mencolok adalah jumlah mereka yang berkurang drastis. Dari rombongan besar yang biasanya mendominasi, kini hanya tersisa sebagian kecil, langkah mereka berat, seolah bayangan kehilangan masih menghantui.“Akeng!” Yizhan memanggil dengan suara lantang, berusaha memecah keheningan yang menyelimuti kedatangan kelompok itu.“Kenapa kalian terlihat begitu lesu? Mana anggota Organisasi Tangan Besi yang lain? Apakah sesuatu yang buruk terjadi?” tanyanya sambil berlari ke arah Akeng dan kelompoknya. Ia berbicara dengan nada penuh perhatian, walau hatinya dihantui keraguan tentang hubungan mereka yang rumit.Meskipun Akeng perna
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

Pelatihan DI Dungeon.

Dalam sekejap, berita tentang duel antara Ayong dan Akeng di Arena Kota Hantu menyebar luas ke seluruh penjuru Hundun Yaosai. Dari lantai pertama hingga lantai kelima benteng megah itu, percakapan mengenai duel mendatang menggema di setiap sudut.Namun, yang benar-benar menarik perhatian para hunter peringkat tinggi di lantai dua hingga lima bukanlah duel itu sendiri, melainkan sesumbar yang terucap dari mulut Yizhan.“Apa? Gadis liar itu bilang mereka menyelesaikan satu dungeon jauh lebih cepat daripada para jagoan Organisasi Tangan Besi? Sungguh omong kosong!”“Tak masuk akal! Jangan-jangan gadis itu hanya mencari perhatian!”Sindiran-sindiran ini menjadi menu harian bagi Ayong, Yizhan, dan bahkan Rong Guo selama masa menunggu duel di Arena Kota Hantu.Suatu ketika, saat mereka bertiga berjalan menuju dungeon yang baru terbuka, cemoohan datang secara bertubi-tubi.“Lihat! Yizhan si pembual, bersama dua kawannya yang suka omong besar itu!”“Ayong, menyerahlah sebelum terlambat! Arena
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

Persiapan Akeng.

Di sudut lain Kota Hantu, tepatnya di lantai satu Hundun Yaosai, Akeng duduk di dalam kemah kecilnya. Pancaran redup lampu minyak yang bergoyang pelan memantulkan bayangan aneh di dinding kain, menciptakan suasana yang mencekam.Ia tersenyum tipis, nyaris seperti seringai, sambil mengeluarkan sebuah eliksir dari kantongnya. Pil itu berwarna emas pudar, sedikit kusam, tetapi di bawah sinar lampu minyak yang remang, tampak kilauan lembut keemasan yang memikat.“Pil ini akan menambah kekuatan seranganku sebesar sepuluh persen. Kamu akan menyesal karena telah menentangku,” gumam Akeng dengan nada penuh dendam, bibirnya menipis membentuk garis tajam.Eliksir tersebut bukanlah barang biasa. Baru-baru ini, saat berburu bersama timnya di dungeon, Akeng menemukan pil itu secara tidak sengaja. Eliksir tingkat tiga yang berwarna emas ini adalah pusaka berharga yang seharusnya dilaporkan kepada pemimpin Organisasi Tangan Besi di lantai pertama untuk dibagi secara adil.Namun, Akeng telah memiliki
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more

Memasang Taruhan.

Namun, waktu terus berlalu dengan cepat. Dari arena yang awalnya sepi dan sunyi, kini situasinya sudah jauh berbeda. Hanya ada Rong Guo, Ayong, dan Yizhan yang berdiri di tengah arena.Tapi sekarang, arena Kota Hantu sudah setengah penuh dengan para hunter yang berdatangan, antusias untuk menyaksikan pertarungan yang segera dimulai.Tidak hanya para hunter dari lantai pertama yang memenuhi arena, tetapi juga mereka yang berasal dari lantai dua, tiga, dan empat. Bahkan, beberapa dari lantai lima yang lebih tinggi pun terlihat mengintip dari balik pagar pembatas.Bagi sebagian orang yang bertanya-tanya, mengapa orang dari lantai yang lebih tinggi bisa memasuki arena yang berada di lantai lebih rendah, dan begitu pula sebaliknya, ada alasan di balik kejadian ini.Arena Kota Hantu memang dikenal sebagai area bebas, tempat di mana siapa pun, terlepas dari lantai mana mereka berasal, dapat masuk dengan menggunakan pintu portal khusus yang menghubungkan setiap lantai.Sementara itu, Ayong da
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more

Duel Dua Hunter.

Ketika Sima Chen mendengus dingin dan mencela "manusia sampah", seorang pria berpakaian mewah yang tampak seperti keturunan bangsawan segera mendekat. Dengan langkah terburu-buru, ia menghampiri Sima Chen, pemimpin Organisasi Tangan Besi, dan mulai menjilat.“Boss Sima, kenapa terlihat kesal? Apakah ada yang tidak berkenan di sini?” tanya pria itu dengan nada penuh perhatian. Ia adalah Zhang Fen, sepupu Akeng.Zhang Fen sering disebut-sebut sebagai calon pemimpin Organisasi Tangan Besi yang berikutnya, menggantikan posisi Sima Chen jika masa kepemimpinannya di Hundun Yaosai berakhir. Itu sebabnya dia selalu melakukan penjilatan, agar posisinya tidak goyah.Sima Chen hanya menggelengkan kepalanya, tetapi tetap menjelaskan,"Ada seorang hunter pemula yang berani menatap mataku lebih dari dua detik. Sungguh lancang!" Wajahnya tetap dingin, tidak menunjukkan rasa emosi yang berlebihan."Siapa itu? Tolong beri tahu aku, Boss Sima. Aku akan mengajarkan pelajaran kepadanya. Tangan dan kakinya
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more

Kemenangan Dan Kelicikan.

“Ayo, mengaku kalah!” teriak Ayong, ujung pedangnya mengancam langsung ke nyawa Akeng dengan ketegasan yang tak terbantahkan.Akeng terkejut. Ia tak menyangka, meskipun baru-baru ini meminum eliksir yang meningkatkan kekuatannya hingga level kultivasinya, tapi kenyataannya kemampuannya tetap tak mampu menandingi kehebatan seni pedang Ayong yang aneh dan mematikan.“Aku... aku...” Akeng terbata-bata, kata-katanya terbenam dalam kesulitan yang tak dapat diungkapkan. Sebuah kekalahan yang sulit diterima, mendorong egonya yang besar ke dalam kehampaan.Rasa malu mulai membakar hati Akeng, tetapi ia berusaha menahan diri, bertekad untuk tidak mengaku kalah.“Memalukan! Kamu benar-benar bikin malu, Akeng!” teriak salah satu penonton di arena, suaranya penuh kecaman. “Aku bertaruh seluruh hartaku, dan sekarang semua hilang tanpa sisa!”“Ayo, mengaku kalah saja!” seru orang lainnya, nada ejekan semakin jelas.“Akeng benar-benar pengecut! Kalah di tangan seorang pemburu yang bahkan tak terikat
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more

Campur Tangan Zhang Fen.

Ayong melangkah dengan langkah panjang meninggalkan arena pertarungan yang kini sunyi. Dalam hatinya, ia merasakan kelegaan mendalam; kemenangan atas Akeng bukan sekadar melumpuhkan lawan, tetapi juga meruntuhkan keangkuhan sahabat yang kini telah bertransformasi menjadi musuh.Akeng, yang dulunya sering kali membuli kelompoknya, akhirnya tumbang di tangannya.Angin dingin berhembus perlahan, menciptakan desiran yang seolah meredam kegembiraan menyelimuti kemenangan itu. Suasana hening sejenak menyelimuti Ayong saat ia melangkah semakin jauh, terlena dalam keheningan yang melingkupi dirinya.Namun, lirikan matanya tertumbuk pada wajah Yizhan yang duduk di tribun. Ekspresi Ayong seketika berubah.Yizhan tampak berteriak, tetapi suara teriakannya tenggelam oleh gemuruh angin yang semakin kencang, disertai hawa dingin yang semakin menusuk.Mulut Yizhan bergerak, tetapi tak ada suara yang terdengar. Ayong menajamkan indera pendengarannya, lalu dengan insting tajam membaca gerakan bibir Yi
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more

Manager Lim Yang Malang.

"Aku? Namaku Guo. Ada masalah?" Rong Guo menjawab dengan acuh tak acuh. Jubahnya yang berwarna gelapnya melambai diterpa angin yang menusuk tulang.Wajah Zhang Fen berubah menjadi jelek, urat-urat di pelipisnya menonjol seperti akar pohon tua. "Jelas ada masalah. Mengapa kamu lancang mencampuri urusan keluargaku?""Apa? Aku mencampuri urusan keluargamu?" Rong Guo mendengus, tatapannya setajam pedang."Apa kamu sadar? Bukankah kamu yang lancang, mencampuri urusan di arena? Sepupumu itu sudah keok, diberi ampun dengan murah hati. Tapi malahan membokong pemenang seperti pengecut. Dan kamu..." ia mengambil jeda, "kamu bilang urusan ini urusan keluarga. Tolong jelaskan padaku, apa hukuman bagi pelanggar aturan di arena!"Wajah Rong Guo semakin datar, sedingin es abadi dari Gunung Kunlun. Nada suaranya pun semakin dingin, menyatu dengan tiupan angin yang membekukan tulang. Qi-nya berpendar samar, menciptakan tekanan yang membuat udara terasa berat.Seluruh penonton di arena tercengang melih
last updateLast Updated : 2024-12-07
Read more

Amukan Amarah DI Emerald.

“Apa? Kamu bilang kamu tidak punya cukup energy stone untuk membayarkan padaku?" Ekspresi Rong Guo berubah menjadi dingin.Pada saat itu, ia sudah berada di rumah judi Emerald, bersama Ayong dan Yizhan.“Benar. Itu berarti uang kami tak akan kembali? Ini rumah judi macam apa?” Suara Ayong bergema, ikut memaki dengan nada yang terdengar keras, penuh cibiran.“Kamu penipu! Mengakali semua orang dan dengan mudah berkata bahwa tidak punya uang lagi?” Yizhan menambahi dengan amarah yang meluap.Saat itu, suasana di Emerald, rumah judi, sedang kacau balau. Semua penjaga di sana tampak bersiap siaga. Tombak dan pedang sudah terhunus. Mereka bersiap menghadapi amukan Rong Guo dan kawan-kawannya.Tampaknya, dari ribuan orang yang memasang taruhan, semua orang di Kota Hantu telah memasang taruhan untuk Akeng, sementara hanya kelompok Rong Guo dan kawan-kawannya yang memasang taruhan untuk Ayong.Namun, meski mereka kalah, mereka tetap menuntut pengembalian uang mereka. Tak ada seorang pun yang
last updateLast Updated : 2024-12-07
Read more
PREV
1
...
3637383940
...
42
DMCA.com Protection Status