Beranda / Fantasi / Warisan Artefak Kuno / Bab 281 - Bab 290

Semua Bab Warisan Artefak Kuno: Bab 281 - Bab 290

412 Bab

Kemunculan Norzin.

Ketika kaki Rong Guo menapak lembut di atas Puncak Anyan Feng, angin dingin yang berhembus dari puncak gunung menyambutnya, membawa serta suara gemerisik daun-daun kering yang berputar di udara.Semua orang yang telah lebih dahulu berada di sana segera memalingkan wajah, menatap dengan tatapan penuh rasa ingin tahu pada sosok Imam muda yang baru saja tiba.Di sekeliling puncak, sekitar lima puluh ahli bela diri telah berkumpul. Mereka semua adalah Grand Master, orang-orang yang dihormati dalam dunia persilatan, setiap tatapannya menyiratkan rasa kagum yang sulit disembunyikan.Imam muda itu mampu membawa dua orang ke Puncak Anyan Feng dengan mudah, ini adalah sebuah prestasi yang di luar dugaan mengingat usianya yang masih sangat belia.Berdiri tegak di antara tiupan angin dingin, adalah para Grand Master yang termasuk dalam dua puluh datuk terbesar Dunia Persilatan di Benua Longhai—dari generasi yang masih hidup.Salah satu di antaranya, Pemimpin Sekte Wudang, dan Pemimpin Sekte Tera
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-10
Baca selengkapnya

Bentrokan Pertama.

Di antara desiran angin dingin yang menghempas puncak Anyan Feng, Rong Guo berdiri tegap, tubuhnya melayang anggun di udara. Tatapannya tajam tertuju pada Norzin, sang Semi Devil, dengan cemoohan yang terpancar jelas di wajahnya."Si Topeng Putih? Mengapa kau masih menanyakannya, padahal senjata ini sudah berada di tanganku? Apa kau sudah melupakan peristiwa di Gurun Hadarac?" ucapnya dengan nada yang penuh ejekan.Rong Guo melambaikan Payung Iblis yang hitam legam, tampak tua dan menakutkan.Gerakan senjata yang terlihat sederhana itu membuat Norzin menyipitkan matanya, berpikir cepat, sementara di sekitarnya, aura tegang semakin terasa. “Dia Si Toeng Putih?” batin Norzin tak percaya.Di langit yang kelam, kedua ahli itu melayang seperti rajawali perkasa, seolah-olah gravitasi tidak lagi mempengaruhi mereka, menatap penuh ancaman.Setiap gerakan mereka di udara membawa gelombang kekaguman dari para penonton di bawah.Namun, yang lebih mengejutkan lagi adalah pernyataan Rong Guo tadi
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-10
Baca selengkapnya

Bentrokan Lagi.

Di puncak Anyan Feng, angin berputar kencang, membawa serta aroma tanah dan dedaunan yang tertiup dari lembah-lembah di bawahnya. Langit tampak suram, dengan awan hitam menggantung rendah, menambah intensitas dari pertarungan yang sedang berlangsung.Ribuan pasang mata penonton, baik dari sekte-sekte terhormat maupun kaum awam yang beruntung hadir, menyaksikan dua sosok melayang di udara.Keduanya, seolah melawan hukum alam, mengapung di atas tanah tanpa penopang, bertarung di antara angin yang meraung."Kamu... kamu!" suara Norzin, sang Semidevil, penuh amarah, menggelegar di udara.Dengan energi Qi yang berkobar di sekelilingnya, ia berhasil mensejajarkan ketinggian terbangnya dengan Rong Guo, sang Imam Tao. Matanya membara penuh kebencian dan kecurigaan.Rong Guo hanya tersenyum. Senyumannya seakan mengusik ketenangan lawannya, sebuah senyuman yang tenang dan bijaksana.Wajahnya sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda kelelahan, bahkan setelah bentrokan keras sebelumnya. Jubah pu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-11
Baca selengkapnya

Tiga Gran Master Tak Tahu Malu.

Dari arah Puncak Anyan Feng, tampak tiga aura pedang melesat cepat, diiringi suara siulan pedangyang tajam, yang membelah udara. Sasaran serangan pedang itu adalah Rong Guo, yang masih melayang di atas ketinggian, di antara awan-awan.Kejadian ini berlangsung sangat cepat, sehingga semua penonton di kaki Gunung Moye terkejut. Tak ada satu pun dari mereka yang mengedipkan mata, terperangah menyaksikan momen berbahaya ini.“Pertempuran masih berlanjut!” desis salah satu kultivator di kaki Gunung Moye, suaranya bergetar penuh antisipasi.“Tiga Grand Master, masing-masing dari Sekte Xuandu, Hehuan, dan Akademi Linchuan bergabung untuk menyerang Si Topeng Putih!” sahut penonton lain dengan nada tak percaya.“Mereka sungguh tak tahu malu, menyerang sosok Imam Tao yang baru saja bertarung hidup dan mati... kini mereka bersatu dalam serangan besar!” kata seorang kultivator lain dengan nada marah, saat ia melihat ketidakadilan di cakrawala.Sementara itu, Rong Guo yang telah kehilangan sebagia
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-11
Baca selengkapnya

Sekte Langit Merah.

Musim panas berlalu dengan cepat, seperti hembusan angin yang membawa kehangatan pergi begitu saja. Perubahan musim mulai terlihat dengan tanda-tanda alam yang tak bisa diabaikan.Daun-daun pohon maple mulai berjatuhan satu per satu, menciptakan hamparan permadani berwarna kuning dan oranye yang indah di bawah kaki pepohonan. Suasana ini menandai bahwa musim gugur telah tiba.Namun, sebelum orang-orang sempat benar-benar menikmati pemandangan itu, hawa dingin mulai merayap perlahan, membawa pesan bahwa musim dingin segera datang.Hari demi hari, suhu semakin turun. Namun peristiwa duel di Gunung Moye tetap menjadi bahan perbincangan hangat di kalangan para ahli beladiri.Nama Si Topeng Putih, yang dulunya hanya dikenal segelintir orang, kini menjadi legenda hidup yang selalu disebut-sebut dalam setiap diskusi.Popularitasnya melonjak drastis, dan berdasarkan daftar terbaru para petarung terkuat di Benua, Si Topeng Putih kini menduduki peringkat ketiga. Hal ini menyebabkan Nyonya Yinfe
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-12
Baca selengkapnya

Kota Xingguang.

Sepuluh jurus berlalu tanpa An Lushan berhasil menyentuh sehelai rambut lawannya.Sebaliknya, ia berulang kali terhempas mundur, tangannya terasa panas dan lecet akibat benturan pedangnya dengan telapak tangan pria Podura yang tampak begitu tenang.Pria Podura itu tersenyum tipis, seolah tidak sedikit pun terpengaruh oleh pertempuran yang baru saja terjadi. "Sudah sepuluh jurus. Tidakkah kau ingin mengundangku masuk dan berbicara lebih lanjut?"An Lushan menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri.Jelas kekuatannya jauh di bawah pria Podura itu. Bahkan, jika dibandingkan dengan dua legenda yang bertarung di Gunung Moye, dia merasa seperti asap yang tak berarti apa-apa.Akhirnya, dengan rasa enggan yang tertahan, An Lushan mengangguk. Ia memutuskan untuk mengundang pria Podura itu masuk ke aula tertutup, penasaran dengan apa yang akan ditawarkan oleh pria penuh misteri itu.Di dalam ruangan yang dipenuhi kesunyian, perundingan dimulai. Pria Podura itu mengungkapkan maksud ked
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-12
Baca selengkapnya

Rumah Lelang Menara Emas Surga.

Dalam sekejap mata, Kota Xingguang yang selama ini tidak begitu menonjol karena lokasinya yang berdekatan dengan ibu kota Tianzhou, tiba-tiba berubah menjadi pusat keramaian yang dipenuhi oleh para kultivator.Hiruk pikuk kehidupan kota yang biasanya tenang, kini diselimuti oleh kehadiran sosok-sosok berbahaya yang berlalu-lalang di sepanjang jalanan berbatu.Para kultivator berjalan berkelompok, ada yang bertiga, bahkan beberapa di antaranya bergerombol hingga lima orang.Semuanya tampak membawa pedang, menggantung di pinggang atau dipunggung mereka, memberi kesan bahwa mereka adalah orang-orang yang harus dihormati sekaligus ditakuti. Aura kekuatan dan bahaya yang terpancar dari mereka begitu nyata, membuat penduduk lokal tak berani sembarangan mendekat.Namun, ada juga yang berjalan seorang diri, tanpa teman atau sekutu. Meski tampak sendirian, tidak ada yang berani mengganggu mereka. Pedang yang berkilauan, tersemat di pinggang atau di punggung, menjadi tanda peringatan yang jelas
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-13
Baca selengkapnya

Pelelangan Hari Pertama.

Ding – ding – ding!Suara lonceng yang digenggam oleh gadis pembawa acara lelang berbunyi nyaring, menggema di seluruh aula dan menandai dimulainya acara pelelangan yang ditunggu-tunggu di Rumah Lelang Menara Emas Surgawi.Ini adalah momen yang dinanti oleh semua tamu yang hadir, dan ketegangan mulai terasa di udara.Keriuhan yang sebelumnya memenuhi ruang tersebut segera meredup saat semua tamu menyadari bahwa lelang akan segera dimulai. Semua mata kini tertuju ke panggung, menanti dengan penuh harap dan rasa ingin tahu.Tak lama setelahnya, langkah kaki lembut terdengar, saat seorang gadis muda melangkah masuk ke panggung dengan anggun.Meskipun kecantikannya tidak dapat disandingkan dengan pesona gadis pembawa acara, kehadirannya berhasil menarik perhatian seisi ruangan.Aura yang terpancar dari dirinya begitu kuat, hingga membuat para tamu, terutama pria-pria yang hadir, terpesona dan menahan napas, seolah-olah waktu berhenti sejenak.“Menara Emas Surgawi memang dikenal mengumpulka
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-14
Baca selengkapnya

Lelang Hari Terakhir.

Pelelangan Hari Kedua oleh Pihak Menara Emas SurgawiMeskipun pihak tuan rumah memamerkan benda-benda seperti artefak, barang antik, atau pil tingkat menengah pada hari kedua, banyak praktisi kelas satu yang merasa belum terpuaskan.Apalagi mereka yang tergolong dalam kelompok Grand Master.Kekecewaan mulai terasa di antara para peserta pelelangan yang datang dengan harapan tinggi. Suara bisik-bisik mulai terdengar, mengiringi tatapan tajam yang dilemparkan ke arah panggung pameran.Pemimpin sekte-sekte terkemuka mulai menunjukkan ketidakpuasan mereka.Beberapa di antaranya menunggu-nunggu penampakan benda legendaris seperti kuku dan sisik naga merah, namun hingga pelelangan hari kedua berakhir, yang dinanti-nantikan tak kunjung muncul.Pemimpin Bai dari Sekte Pedang Tianyi bahkan mengerutkan wajah dengan penuh amarah.Kegelisahan tampak jelas di raut wajahnya, terutama setelah Nona Lan Fei menutup lelang hari kedua tanpa kejutan apapun.Di sepanjang perjalanan pulang menuju penginapa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-14
Baca selengkapnya

Di Gang Kota Xingguang.

Kota Xingguang di malam hari terlihat benderang, bak permata yang bersinar di kegelapan. Lampu-lampu minyak berkelap-kelip dan lampion berwarna-warni menggantung di depan toko-toko, menciptakan pemandangan yang menawan.Perusahaan dagang yang bergerak di bidang wisata—seperti rumah hiburan, restoran, rumah teh, dan kedai arak—menambah daya tarik kota ini. Meskipun hanya sebuah kota kecil, pesonanya tak kalah dibandingkan dengan kemegahan Ibukota Tianzhou yang megah.Meskipun belum menjelang tengah malam, jalanan kota mulai dipenuhi para pemabuk. Mereka berjalan sempoyongan, bernyanyi dalam lantunan lagu yang tak keruan, semakin menambah kesan hidup di kota ini.Suara tawa dan jeritan gembira bersatu dalam senandung malam, menimbulkan atmosfer yang hangat meski dengan aroma alkohol yang menyengat.Di depan rumah hiburan, para pramuria kelas bawah tampak berdiri, berusaha menarik perhatian pelanggan yang ingin menghabiskan satu malam penuh kenikmatan bersama mereka.Dengan anggur murah
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-15
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2728293031
...
42
DMCA.com Protection Status