Beranda / Fantasi / Warisan Artefak Kuno / Bentrokan Pertama.

Share

Bentrokan Pertama.

Penulis: Jimmy Chuu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-10 18:05:11

Di antara desiran angin dingin yang menghempas puncak Anyan Feng, Rong Guo berdiri tegap, tubuhnya melayang anggun di udara. Tatapannya tajam tertuju pada Norzin, sang Semi Devil, dengan cemoohan yang terpancar jelas di wajahnya.

"Si Topeng Putih? Mengapa kau masih menanyakannya, padahal senjata ini sudah berada di tanganku? Apa kau sudah melupakan peristiwa di Gurun Hadarac?" ucapnya dengan nada yang penuh ejekan.

Rong Guo melambaikan Payung Iblis yang hitam legam, tampak tua dan menakutkan.

Gerakan senjata yang terlihat sederhana itu membuat Norzin menyipitkan matanya, berpikir cepat, sementara di sekitarnya, aura tegang semakin terasa. “Dia Si Toeng Putih?” batin Norzin tak percaya.

Di langit yang kelam, kedua ahli itu melayang seperti rajawali perkasa, seolah-olah gravitasi tidak lagi mempengaruhi mereka, menatap penuh ancaman.

Setiap gerakan mereka di udara membawa gelombang kekaguman dari para penonton di bawah.

Namun, yang lebih mengejutkan lagi adalah pernyataan Rong Guo tadi
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (5)
goodnovel comment avatar
Shofiyudin Musthofa
mantap.... lanjutkan... Terima kasih Thor. #5
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
mantap bah
goodnovel comment avatar
sambel teri
tambahin lagi bab nya thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Warisan Artefak Kuno   Bentrokan Lagi.

    Di puncak Anyan Feng, angin berputar kencang, membawa serta aroma tanah dan dedaunan yang tertiup dari lembah-lembah di bawahnya. Langit tampak suram, dengan awan hitam menggantung rendah, menambah intensitas dari pertarungan yang sedang berlangsung.Ribuan pasang mata penonton, baik dari sekte-sekte terhormat maupun kaum awam yang beruntung hadir, menyaksikan dua sosok melayang di udara.Keduanya, seolah melawan hukum alam, mengapung di atas tanah tanpa penopang, bertarung di antara angin yang meraung."Kamu... kamu!" suara Norzin, sang Semidevil, penuh amarah, menggelegar di udara.Dengan energi Qi yang berkobar di sekelilingnya, ia berhasil mensejajarkan ketinggian terbangnya dengan Rong Guo, sang Imam Tao. Matanya membara penuh kebencian dan kecurigaan.Rong Guo hanya tersenyum. Senyumannya seakan mengusik ketenangan lawannya, sebuah senyuman yang tenang dan bijaksana.Wajahnya sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda kelelahan, bahkan setelah bentrokan keras sebelumnya. Jubah pu

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-11
  • Warisan Artefak Kuno   Tiga Gran Master Tak Tahu Malu.

    Dari arah Puncak Anyan Feng, tampak tiga aura pedang melesat cepat, diiringi suara siulan pedangyang tajam, yang membelah udara. Sasaran serangan pedang itu adalah Rong Guo, yang masih melayang di atas ketinggian, di antara awan-awan.Kejadian ini berlangsung sangat cepat, sehingga semua penonton di kaki Gunung Moye terkejut. Tak ada satu pun dari mereka yang mengedipkan mata, terperangah menyaksikan momen berbahaya ini.“Pertempuran masih berlanjut!” desis salah satu kultivator di kaki Gunung Moye, suaranya bergetar penuh antisipasi.“Tiga Grand Master, masing-masing dari Sekte Xuandu, Hehuan, dan Akademi Linchuan bergabung untuk menyerang Si Topeng Putih!” sahut penonton lain dengan nada tak percaya.“Mereka sungguh tak tahu malu, menyerang sosok Imam Tao yang baru saja bertarung hidup dan mati... kini mereka bersatu dalam serangan besar!” kata seorang kultivator lain dengan nada marah, saat ia melihat ketidakadilan di cakrawala.Sementara itu, Rong Guo yang telah kehilangan sebagia

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-11
  • Warisan Artefak Kuno   Sekte Langit Merah.

    Musim panas berlalu dengan cepat, seperti hembusan angin yang membawa kehangatan pergi begitu saja. Perubahan musim mulai terlihat dengan tanda-tanda alam yang tak bisa diabaikan.Daun-daun pohon maple mulai berjatuhan satu per satu, menciptakan hamparan permadani berwarna kuning dan oranye yang indah di bawah kaki pepohonan. Suasana ini menandai bahwa musim gugur telah tiba.Namun, sebelum orang-orang sempat benar-benar menikmati pemandangan itu, hawa dingin mulai merayap perlahan, membawa pesan bahwa musim dingin segera datang.Hari demi hari, suhu semakin turun. Namun peristiwa duel di Gunung Moye tetap menjadi bahan perbincangan hangat di kalangan para ahli beladiri.Nama Si Topeng Putih, yang dulunya hanya dikenal segelintir orang, kini menjadi legenda hidup yang selalu disebut-sebut dalam setiap diskusi.Popularitasnya melonjak drastis, dan berdasarkan daftar terbaru para petarung terkuat di Benua, Si Topeng Putih kini menduduki peringkat ketiga. Hal ini menyebabkan Nyonya Yinfe

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-12
  • Warisan Artefak Kuno   Kota Xingguang.

    Sepuluh jurus berlalu tanpa An Lushan berhasil menyentuh sehelai rambut lawannya.Sebaliknya, ia berulang kali terhempas mundur, tangannya terasa panas dan lecet akibat benturan pedangnya dengan telapak tangan pria Podura yang tampak begitu tenang.Pria Podura itu tersenyum tipis, seolah tidak sedikit pun terpengaruh oleh pertempuran yang baru saja terjadi. "Sudah sepuluh jurus. Tidakkah kau ingin mengundangku masuk dan berbicara lebih lanjut?"An Lushan menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri.Jelas kekuatannya jauh di bawah pria Podura itu. Bahkan, jika dibandingkan dengan dua legenda yang bertarung di Gunung Moye, dia merasa seperti asap yang tak berarti apa-apa.Akhirnya, dengan rasa enggan yang tertahan, An Lushan mengangguk. Ia memutuskan untuk mengundang pria Podura itu masuk ke aula tertutup, penasaran dengan apa yang akan ditawarkan oleh pria penuh misteri itu.Di dalam ruangan yang dipenuhi kesunyian, perundingan dimulai. Pria Podura itu mengungkapkan maksud ked

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-12
  • Warisan Artefak Kuno   Rumah Lelang Menara Emas Surga.

    Dalam sekejap mata, Kota Xingguang yang selama ini tidak begitu menonjol karena lokasinya yang berdekatan dengan ibu kota Tianzhou, tiba-tiba berubah menjadi pusat keramaian yang dipenuhi oleh para kultivator.Hiruk pikuk kehidupan kota yang biasanya tenang, kini diselimuti oleh kehadiran sosok-sosok berbahaya yang berlalu-lalang di sepanjang jalanan berbatu.Para kultivator berjalan berkelompok, ada yang bertiga, bahkan beberapa di antaranya bergerombol hingga lima orang.Semuanya tampak membawa pedang, menggantung di pinggang atau dipunggung mereka, memberi kesan bahwa mereka adalah orang-orang yang harus dihormati sekaligus ditakuti. Aura kekuatan dan bahaya yang terpancar dari mereka begitu nyata, membuat penduduk lokal tak berani sembarangan mendekat.Namun, ada juga yang berjalan seorang diri, tanpa teman atau sekutu. Meski tampak sendirian, tidak ada yang berani mengganggu mereka. Pedang yang berkilauan, tersemat di pinggang atau di punggung, menjadi tanda peringatan yang jelas

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-13
  • Warisan Artefak Kuno   Pelelangan Hari Pertama.

    Ding – ding – ding!Suara lonceng yang digenggam oleh gadis pembawa acara lelang berbunyi nyaring, menggema di seluruh aula dan menandai dimulainya acara pelelangan yang ditunggu-tunggu di Rumah Lelang Menara Emas Surgawi.Ini adalah momen yang dinanti oleh semua tamu yang hadir, dan ketegangan mulai terasa di udara.Keriuhan yang sebelumnya memenuhi ruang tersebut segera meredup saat semua tamu menyadari bahwa lelang akan segera dimulai. Semua mata kini tertuju ke panggung, menanti dengan penuh harap dan rasa ingin tahu.Tak lama setelahnya, langkah kaki lembut terdengar, saat seorang gadis muda melangkah masuk ke panggung dengan anggun.Meskipun kecantikannya tidak dapat disandingkan dengan pesona gadis pembawa acara, kehadirannya berhasil menarik perhatian seisi ruangan.Aura yang terpancar dari dirinya begitu kuat, hingga membuat para tamu, terutama pria-pria yang hadir, terpesona dan menahan napas, seolah-olah waktu berhenti sejenak.“Menara Emas Surgawi memang dikenal mengumpulka

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-14
  • Warisan Artefak Kuno   Lelang Hari Terakhir.

    Pelelangan Hari Kedua oleh Pihak Menara Emas SurgawiMeskipun pihak tuan rumah memamerkan benda-benda seperti artefak, barang antik, atau pil tingkat menengah pada hari kedua, banyak praktisi kelas satu yang merasa belum terpuaskan.Apalagi mereka yang tergolong dalam kelompok Grand Master.Kekecewaan mulai terasa di antara para peserta pelelangan yang datang dengan harapan tinggi. Suara bisik-bisik mulai terdengar, mengiringi tatapan tajam yang dilemparkan ke arah panggung pameran.Pemimpin sekte-sekte terkemuka mulai menunjukkan ketidakpuasan mereka.Beberapa di antaranya menunggu-nunggu penampakan benda legendaris seperti kuku dan sisik naga merah, namun hingga pelelangan hari kedua berakhir, yang dinanti-nantikan tak kunjung muncul.Pemimpin Bai dari Sekte Pedang Tianyi bahkan mengerutkan wajah dengan penuh amarah.Kegelisahan tampak jelas di raut wajahnya, terutama setelah Nona Lan Fei menutup lelang hari kedua tanpa kejutan apapun.Di sepanjang perjalanan pulang menuju penginapa

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-14
  • Warisan Artefak Kuno   Di Gang Kota Xingguang.

    Kota Xingguang di malam hari terlihat benderang, bak permata yang bersinar di kegelapan. Lampu-lampu minyak berkelap-kelip dan lampion berwarna-warni menggantung di depan toko-toko, menciptakan pemandangan yang menawan.Perusahaan dagang yang bergerak di bidang wisata—seperti rumah hiburan, restoran, rumah teh, dan kedai arak—menambah daya tarik kota ini. Meskipun hanya sebuah kota kecil, pesonanya tak kalah dibandingkan dengan kemegahan Ibukota Tianzhou yang megah.Meskipun belum menjelang tengah malam, jalanan kota mulai dipenuhi para pemabuk. Mereka berjalan sempoyongan, bernyanyi dalam lantunan lagu yang tak keruan, semakin menambah kesan hidup di kota ini.Suara tawa dan jeritan gembira bersatu dalam senandung malam, menimbulkan atmosfer yang hangat meski dengan aroma alkohol yang menyengat.Di depan rumah hiburan, para pramuria kelas bawah tampak berdiri, berusaha menarik perhatian pelanggan yang ingin menghabiskan satu malam penuh kenikmatan bersama mereka.Dengan anggur murah

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-15

Bab terbaru

  • Warisan Artefak Kuno   EPILOG.

    Tiga bulan telah berlalu sejak peristiwa besar yang mengguncang dunia persilatan. Di Puncak Wudang, keramaian tak biasa memenuhi setiap sudut.“Pemimpin Sekte Wudang akan menikah!” teriak seseorang di kerumunan dengan semangat.“Mari kita saksikan! Ini peristiwa yang jarang terjadi!” sahut yang lain, ikut terbawa antusias.“Pemimpin Rong akan menikahi Penatua Xiao, sahabat semasa kecilnya!”Kabar ini telah menyebar ke seluruh penjuru negeri, membuat semua orang berbondong-bondong datang, meskipun tanpa undangan.Setelah kemenangan besar melawan Kekaisaran Matahari Emas, reputasi Sekte Wudang berada di puncaknya. Dipimpin oleh Rong Guo, seorang Abadi, Sekte ini kini menjadi pusat dunia persilatan.Pagi itu, Puncak Wudang terasa hidup. Murid-murid sibuk mempersiapkan segala sesuatu dengan teliti, sementara tokoh-tokoh dari dunia persilatan turut hadir untuk menyaksikan momen bersejarah ini. Para pemimpin sekte aliran putih, datuk sekte sesat, dan praktisi independen berkumpul, meningga

  • Warisan Artefak Kuno   Sosok Dibalik Topeng.

    Peristiwa pertarungan itu menyisakan kepedihan yang mendalam. Bau darah masih memenuhi udara, bercampur dengan aroma tanah basah yang terhantam ledakan energi.Langit di atas Puncak Gunung Wudang kini mulai cerah, namun suasana di bawahnya tetap mencekam.Sosok Khaganate dari Benua Podura terbaring diam di atas tanah yang hancur.Armornya yang hitam pekat kini penuh retakan, memancarkan kilau redup seperti batu obsidian yang kehilangan cahayanya.Tubuhnya yang sebelumnya memancarkan aura menakutkan kini terlihat rapuh, seperti sisa abu dari api besar yang telah padam.Dalam sekejap mata, Rong Guo melesat, gerakannya begitu cepat hingga hanya meninggalkan bayangan samar di udara.Ketika orang-orang mengedipkan mata, ia sudah berdiri di sisi jasad Khagan, seperti bayangan yang muncul dari kehampaan.Semua ahli di puncak Wudang segera berkerumun, namun tidak ada yang berani terlalu dekat.Mereka berhenti beberapa langkah di belakang Rong Guo, mata mereka penuh dengan rasa ingin tahu berc

  • Warisan Artefak Kuno   Pertempuran Final – Part II.

    Getaran ledakan meruntuhkan tebing-tebing di kejauhan, sementara retakan-retakan dalam menjalar liar di tanah, melahap apa saja yang dilewatinya.“Langit akan runtuh! Kita semua akan mati!” teriak seorang pria tua, tubuhnya gemetar ketakutan.“Lari! Jangan lihat ke atas!” jerit seorang ibu sambil menarik anaknya yang menangis, wajahnya penuh kecemasan.Penduduk berlarian kacau, beberapa terjatuh akibat guncangan, sementara yang lain terus mencari tempat berlindung.Percikan energi dari ledakan di langit jatuh seperti hujan meteor, membakar apa saja yang disentuhnya.Di langit, tubuh kedua Abadi itu terlempar jauh ke belakang akibat dampak besar serangan mereka. Rong Guo tersungkur ke tanah, tubuhnya memar dan dipenuhi luka.Napas Rong Guo tersengal, darah mengalir di sudut bibirnya, tubuhnya bergetar karena energi yang hampir habis.Napas Rong Guo tersengal, darah mengalir di sudut bibirnya. Tubuhnya tampak melemah, tetapi auranya tetap menguasai langit. Ia melayang dengan stabil di u

  • Warisan Artefak Kuno   Pertempuran Final – Part I.

    Langit tampak seperti tercabik-cabik, retakannya menjalar seperti guratan api yang membakar langit malam.Setiap lapisan atmosfer bergetar hebat, seolah tak mampu lagi menahan kekuatan dahsyat dari dua ahli peringkat Abadi yang bertarung di cakrawala.Matahari memerah, cahayanya memudar seperti nyala lilin yang hampir padam.Dunia seolah berubah menjadi tua.Udara dipenuhi energi gelap dan terang yang saling bertabrakan, menciptakan ledakan menggema yang membuat tanah retak dan sungai meluap.Dua sosok raksasa, perwujudan energi mereka, melesat berpindah-pindah. Ke Utara, Selatan, Barat, dan Timur, setiap langkah mereka mengguncang bumi dan menghancurkan gunung.Bayangan mereka memanjang di atas tanah, menebar teror yang membuat semua makhluk di bawah langit merasa kecil dan tak berdaya.Di seluruh penjuru Benua Longhai, penduduk keluar dari rumah mereka.Wajah-wajah pucat pasi mendongak ke langit, menatap pemandangan apokaliptik yang terjadi di atas mereka.Napas mereka tertahan, dad

  • Warisan Artefak Kuno   Awal Kejadian.

    Secara alami, pertarungan antara dua Abadi di cakrawala adalah sesuatu yang sangat luar biasa.Pertarungan yang terjadi antara Rong Guo dan Khagan dari Benua Podura mengguncang cakrawala. Kedua sosok abadi itu bertarung dengan kekuatan luar biasa, memecah langit dan menggoncangkan bumi di sekitar mereka.Kedatangan Rong Guo yang terlambat membuatnya terkejut, melihat apa yang terjadi di puncak Gunung Wudang.“Terlambat! Kita terlambat,” tangis Biarawati Fear tak tertahankan.Ia merunduk di tanah puncak gunung, sambil menangisi satu demi satu jenazah murid-murid dari Sekte Gurun Gobi yang tergeletak kaku.Sementara Rong Guo hanya diam.Meski emosinya bergejolak, namun dengan tingkat kultivasi yang telah mencapai puncak dunia, yaitu Yongheng—atau abadi—dia tidak mudah hanyut dalam perasaan sedih yang mendalam.Sambil memindai dengan energi spiritualnya yang tajam, Rong Guo menemukan jejak aura ribuan tentara Kekaisaran Matahari Emas yang menyebar di Puncak Terlarang.Sedetik sorot mata

  • Warisan Artefak Kuno   Keajaiban di Cakrawala.

    "Apa yang terjadi?" suara seseorang bergetar memecah keheningan."Siapa yang melakukan ini? Siapa yang menghabisi semua tentara Matahari Emas?"Tidak ada yang mampu menjawab. Keheningan kembali menyelimuti, berat dan penuh tanda tanya.Zhang Long Yin memandang pemandangan itu dengan dahi berkerut tajam. Ia mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi, tapi pikirannya dipenuhi kebingungan. Siapa yang memiliki kekuatan sebesar ini, yang mampu menyingkirkan ribuan tentara dalam sekejap?Xiao Ning menggigit bibir, emosinya bercampur aduk.Keajaiban ini mungkin telah menyelamatkan mereka, tetapi muncul pertanyaan besar: keajaiban macam apa yang terjadi di Puncak Terlarang malam tadi?>>> Di langit...Dua sosok bertarung dalam bentuk yang melampaui nalar manusia.Pemuda berbaju putih longgar berdiri di udara dengan ketenangan yang menusuk, seperti puncak gunung es yang tersembunyi.Senjata di tangannya adalah sebuah payung istimewa yang memancarkan aura magis. Angin berputar di sekelilingny

  • Warisan Artefak Kuno   Fenomena Aneh.

    Malam yang panjang berlalu dengan cepat.Di dalam array Puncak Terlarang, semua orang terdiam, menutup mata, berusaha mengabaikan hiruk pikuk di luar. Ada yang tenggelam dalam meditasi, ada pula yang sibuk mencoba menyembuhkan luka dengan sisa obat seadanya.Kesibukan itu membuat tak seorang pun memperhatikan keanehan yang muncul di luar.Di langit yang kelam, sebuah kilat tiba-tiba menyala, hanya sekejap. Namun, efeknya sungguh menggetarkan.Saat kilat itu lenyap, ribuan tentara Kekaisaran Matahari Emas tergeletak, saling bertumpuk di atas tanah Puncak Terlarang.Tubuh-tubuh mereka tidak bergerak tak bernyawa, nyaris menyatu dengan ribuan jasad yang sudah lebih dulu menjadi korban perang.Tak lama kemudian, matahari mulai bersinar lembut.Cahayanya menyelinap melalui celah array, menyentuh permukaan tanah yang dingin dengan kehangatan samar.Zhang Long Yin, pemimpin Sekte Wudang, membuka mata perlahan setelah semalaman bermeditasi untuk memulihkan energi Qi-nya.Di dekatnya, Xiao Nin

  • Warisan Artefak Kuno   Puncak terlarang - Kedua.

    Jauh sebelum perang ini pecah, dalam sebuah diskusi, Zhang Long Yin pernah mengungkapkan bahwa mereka masih memiliki tempat persembunyian, jika keadaan mendesak.“Aku akan bersiul sebagai kode, dan semua orang harus segera bergegas menuju Puncak Terlarang Sekte Wudang. Di sana, kita akan aman!” ujarnya dengan tegas, suaranya penuh keyakinan.Namun, siapa yang bisa membayangkan bahwa saat ini, kata-katanya akan menjadi kenyataan yang mengerikan?“Array dan formasi sihir di Puncak Terlarang sangat kuat. Tidak ada yang bisa menembusnya jika kita berlindung di sana!” jelas Zhang Long Yin lebih lanjut, seperti mengingatkan dirinya sendiri bahwa satu-satunya harapan adalah puncak terlarang itu.Para pemimpin sekte, bersama datuk-datuk dunia persilatan, bahkan telah melakukan simulasi tentang cara evakuasi ke Puncak Terlarang jika keadaan semakin genting.Namun, mereka tidak menyangka bahwa hari itu akan datang dengan begitu cepat.“Tapi semoga ini tak terjadi. Kita akan berperang mati-matia

  • Warisan Artefak Kuno   Puncak terlarang - Pertama.

    Di belakang Sekte Wudang, terdapat satu puncak yang belum pernah tersentuh oleh siapapun. Puncak itu dikenal sebagai "Puncak Terlarang", dan hanya pemimpin sekte yang diperbolehkan menginjakkan kaki di sana.Desas-desus beredar bahwa di puncak daerah terlarang tersebut terdapat sebuah jurang yang sangat dalam, yang disebut-sebut sebagai neraka dunia.Jurang itu mendapat juluka "Neraka Dunia" karena di sanalah para praktisi Sekte Wudang yang sesat dan melanggar aturan golongan putih dibuang.Tempat itu menyimpan penderitaan yang tak terbayangkan, dan tak seorang pun yang pernah kembali untuk menceritakan kisahnya.Pagi mulai menjelang, cahaya matahari menyemburat lembut di ufuk timur, namun pertempuran yang berkecamuk tak juga mereda.Di atas Puncak Sekte Wudang, bukanlah pemandangan yang biasanya terlihat—sekarang lebih tepat disebut puncak pemakaman daripada puncak sekte dari dunia persilatan aliran putih. Lantaran darah yang berceceran, dan tubuh yang berserakan, udara terasa begit

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status