All Chapters of SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH: Chapter 71 - Chapter 80

376 Chapters

BOOMERANG

71“Lihat apa yang dilakukan Mentari, Pa. Ia bahkan tidak mengenal tempat, rumah sakit pun dipakai untuk berselingkuh.” Telunjuk Novita mengerah wajah Mentari yang memucat. Wanita itu tampak berapi-api.“Lihat, Bas. Setelah tidak berhasil merebutmu dariku, ia kini mencari korban lainnya. Atau memang ia mencari korban beberapa pria dalam sekali waktu.” Novita makin menggila. Mulutnya terus menghamburkan kata-kata yang menyudutkan Mentari.Benny, Bastian dan Esther yang datang bersama-sama menyusul Novita, berdiri mematung memindai wajah pucat Mentari dan laki-laki di sampingnya yang kini ikut berdiri. Mata ketiganya hampir tak berkedip memancarkan tatapan penuh selidik dan penuh penilaian.Sementra Mentari hanya bisa terpaku menatap satu per satu keluarga Hanggara yang tengah menilainya bagai seorang maling yang tertangkap basah.Novita beralih ke dekat ibu mertuanya dengan raut penuh kemenangan.“Ma, lihatlah perbuatan menantu kesayangan Nenek itu. Di depan Nenek saja ia terlihat lugu
Read more

TEKAD KUAT

72Samudra menelan ludahnya sebelum duduk di hadapan wanita sepuh yang sejak kedatangannya memasang wajah tidak bersahabat. Bahkan saat menerima uluran tangannya tadi, sang ibu hanya mengembus napasnya.Pria itu melirik ke arah asisten sang ibu yang berdiri di dekat dinding. Sang ibu yang mengerti jika anaknya tidak nyaman karena di sana ada orang lain, meminta asistennya keluar dengan isyarat mata.Keheningan menyelimuti mereka sepeninggal asisten. Baik Samudra maupun ibunya belum ada yang memulai percakapan.Samudra tahu jika cepat atau lambat sang ibu akan memanggilnya ke sana. Sebenarnya, sang ibu ingin Mentari juga ikut datang, tetapi wanita itu berkeras tetap bertahan di rumah sakit. Mentari memintanya menyampaikan maaf. Dan bersiap menerima keputusan apa pun yang akan diberikan keluarga Hanggara setelah ini.Samudra tidak bisa memaksa. Ia terpaksa datang sendiri. Secepat ini keluarga kakaknya menyampaikan berita kepada ibunya.“Mentari tidak ikut?” tanya sang ibu setelah bebera
Read more

LUCY

73 “Apa yang kamu lakukan di sini?” pekik Samudra setelah sebelumnya melirik ke arah rumah tiga lantai yang tampak sepi terlihat dari depan. Lucy melepaskan tangannya yang dicekal Samudra. Wajahnya memerah, dan bibirnya cemberut. “Seharusnya aku yang bertanya, apa yang kamu lakukan, Sam. Kau menyakitiku.” Lucy balas memekik di depan wajah Samudra. Wanita itu mengacungkan pergelangan tangannya yang merah. Tadi, Samudra langsung menarik tangannya dan membawanya ke samping bangunan pos yang tersembunyi jika dilihat dari halaman rumah besar itu. “Maaf Lucy, tapi perbuatan kamu sudah di luar batas.” Samudra mendesis. “Untuk apa kamu datang ke sini? dan mengaku sebagai kekasihku segala?” “Habisnya kamu bohong, Sam.” Lucy semakin cemberut. “Kamu bilang akan selalu mengunjungiku, tapi sejak kemarin kamu tidak datang. Teleponku tidak diangkat, pesan tidak balas. Aku juga sudah ke apartemenmu, tapi di sana tidak ada—” “Apa? Kamu ke apartemenku?” Kedua bola mata Samudra melebar nyaris kelu
Read more

MASA LALU

74“Lucy, mengertilah. Apa yang terjadi di antara kita, itu dulu. Semua sudah berakhir.” Suara Samudra melunak. Ia sangat mengerti karakter wanita itu. Semakim keras ia bicara, semakin keras juga pemberotakan wanita itu.“Semua sudah berakhir saat kamu pergi, Lucy,” lanjut Samudra.“Tidak!” Wanita itu membantah cepat. “Tidak ada yang berakhir, Sam. Tidak ada kata putus di antara kita. Dan kamu berjanji menungguku kembali.”“Itu dulu. Janji itu batal dengan sendirinya saat aku tahu kalau kamu sudah pernah menikah, Lucy.”“Apa?” Lucy memekik. Kedua bola matanya seakan ingin loncat dari rongganya. Mulutnya terbuka lebar. Tubuhnya mematung bak batu.Sementara Samudra menanggapi dengan santai reaksi Lucy yang kentara sangat kaget.“Jangan tanya aku tahu dari mana berita itu. Kamu model internasional, Lucy, tidak sulit mencari tahu beritamu.” Samudra tersenyum tipis.“Kamu juga pasti tahu pasti aku orang seperti apa, Lu. Jadi, mulai sekarang, ayo kita bekerja sama agar tidak saling merugika
Read more

KEPUTUSAN SAMUDRA

75Samudra menarik selimut dan menutupi tubuh yang meringkuk di sofa dengan kain tebal itu hingga hanya menyisakan kepala yang kini matanya terpejam. Ia sendiri duduk di tepi sofa yang lain. Ditatapnya nanar wajah lelah yang masih menyisakan sisa isak itu.Tadi, Lucy mendadak histeris saat ia hendak pergi. Menangis menjerit-jerit seraya melemparkan barang apa pun di dekatnya ke arah Samudra, hingga terpaksa ia mengurungkan niatnya dan bertahan di sana. Setelah beberapa lama dibujuk, akhirnya wanita itu tenang juga dan kini tertidur di sofa karena kelelahan.Samudra memejam dan mengusap wajahnya berkali-kali. Rasanya seperti baru saja terbebas dari kejaran binatang buas. Padahal hanya menenangkan wanita histeris yan kalaf. Ternyata, setelah belasan tahun berlalu, Lucy belum sepenuhnya pulih. Bahkan ia yakin jika penyakit wanita itu semakin memburuk. Buktinya barusan histeris sampai di luar batas.“Bukahkah kamu bilang sudah menemui dokter dan psikiater selama di luar negeri sana? Kenap
Read more

KAMU TIDAK BERARTI

76Dengan rambut dalam jambakan Lucy, tubuh Mentari didorong masuk hingga terhuyung-huyung masuk ruang tamu. Sementara wanita yang sudah diliputi amarah itu menutup pintu dengan kakinya. Tangannya tak melepaskan rambut Mentari sekejap pun.Mentari menjerit nyaring karena merasakan panas di kulit kepalanya. Bahkan yakin berhelai-helai rambut sudah tercerabut dari akarnya. Ia sepenuhnya belum mengerti apa salahnya hingga wanita yang baru datang itu langsung menyerangnya seperti ini.“Lepas … apa yang kau lakukan …? Apa kau sudah gila?” Di antara jeritannya, Mentari berusaha bertanya. Tangannya menangkap pergelangan tangan wanita yang tengah menarik rambutnya. Berharap wanita itu melepaskan jambakannya.“Ya, aku sudah gila! Dan aku akan perlihatkan betapa gilanya aku, Anak kecil!” Lucy berteriak meningkahi jeritan Mentari. Tangannya semakin menarik rambut panjang dalam genggamannya. Bukan hanya itu. Sebelah tangan lainnya masih juga melayang dan mendarat di wajah Mentari, hingga jeritan
Read more

APA KAU TERTULAR GILA?

77“Apa yang terjadi, Sam?” tanya wanita berambut hampir putih semua begitu sampai di hadapan Samudra. Wajah wanita itu dipenuhi raut khawatir. Ia bahkan berjalan setengah berlari untuk mencapai Samudra padahal asisten sudah mengingatkannya.Tangan sang wanita meraih lengan Samudra dan mengguncangnya cukup kuat. Lengan yang telapak dan punggung tangannya masih tersisa noda darah di sana. Ditatapnya lekat wajah sang anak yang tampak sangat frustrasi.“Wanita itu kembali dan dia menyakiti menantuku?” cecar sang wanita dengan kesal karena Samudra tak kunjung menjawab. Wajah sang anak bahkan semakin terlihat frustrasi.“Apa yang kamu pikirkan, Sam? Kenapa memasukkan lagi wanita gila itu ke dalam kehidupanmu? Apa kamu sudah tertular gila?” Lagi sang wanita mengejar seakan ingin meluapkan kemarahan. Tangannya mengguncang lengan Samudra semakin kuat.“Kalau terjadi sesuatu dengan menantuku, aku tidak akan memaafka
Read more

APA YANG HARUS AKU LAKUKAN?

78Mentari mengerjap dan memaksa membuka matanya yang terasa sangat berat. Sebenaranya rasa tidak nyaman di beberapa bagian tubuhnya sangat mengganggu. Memerintahkan untuknya tetap berbaring. Namun, ia penasaran sedang berada di mana dirinya saat ini.Ruangan yang terlampau dingin, aroma khas obat-obatan, suara detak jarum jam yang dinamis, dan yang terpenting usapan lembut di punggung tangan kanannya yang terus-menerus membuatnya ingin segera membuka mata.“Tari, kamu sudah bangun?” Sebuah pertanyaan terdengar seiring usapan di punggung tangan yang berhenti. Lalu derit kursi yang sepertinya ditinggal bangkit. Mungkin pergerakan tubuhnya membuat seseorang yang ada di sana reaktif.Mentari memang menggerakkan tangan dan berusaha menyingkirkan sesuatu yang menempel di lubang hidung dan membuat tidak nyaman.Wanita itu semakin memaksa matanya agar terbuka hingga mendapari searut wajah kusut dengan kantung mata menghitam, tetapi menatap antusias di depannya. Seulas senyum kelegaan tersung
Read more

BERLEBIHAN

79“Tari ….” Suara Samudra bercampur getar. Tatapannya nanar, dan tangannya terulur ingin meraih Mentari.“Apa Om? Mau minta maaf lagi? Tidak perlu. Aku tidak butuh. Aku hanya ingin terlepas dari semua ini.” Mentari menegaskan walaupun dengan suara lemah. Kini, wanita itu duduk bersandar di brangkarnya yang sengaja sandarannya dibuat tinggi.Samudra menggeleng dengan bibir terkatup. Seolah kehabisan kata-kata. Tangannya lagi-lagi ditepis dengan kasar.Sementara Mentari menggigit bibir dengan kuat seiring dadanya yang semakin sesak.“Aku hanya ingin kita bercerai, Om. Tidak ada yang lain …,” ujar Mentari lagi. Kali ini sudah bercampur tangisan yang sudah tak dapat lagi ditahannya. Tangisan yang awalnya hanya linangan air mata, semakin lama semakin membesar. Ia tergugu dengan pundak yang berguncang. Air mata menganak sungai di pipinya dan mengalir berjatuhan di bawah dagu.Samudra menelan saliva. Mentari yang menangis, tapi hatinya yang teriris. Karena tidak tahan melihat air mata yang
Read more

KECEMASAN

80“Tari, sudah selesai?” tanya pria yang keningnya mengernyit. Dilihatnya Mentari bersandar di dinding dengan wajah pucat pasi.Mentari membuka mata, menelan ludah, dan mengangguk samar.Tidak perlu meminta izin atau bicara apa pun lagi, sang pria langsung mengambi alih tubuh itu ke dalam bopongannya seperti biasa. Dibawanya dengan sangat ringan seolah itu hanya sebuah bantal. Lalu diletakkan tubuh itu di atas brangkar dengan posisi bersandar. Mengaitkan botol infus ke tiangnya, dan terakhir menarik selimut untuk menutupi tubuh Mentari hingga sebatas perutnya.“Kamu mau apa?” tanya Samudra selanjutnya.Mentari menggeleng karena memang tidak menginginkan apa pun.“Apa kamu mau makan camilan?”Lagi Mentari menggeleng.“Wajahmu pucat, mungkin lapar. Dan karena belum tiba jam makan, sebaiknya makan camilam saja, ya biar tidak terlalu pucat.” Samudra membujuk seperti seorang ayah yang tengah membujuk anaknya agar mau makan. Setelahnya pria itu berjalan ke arah rak tertutup tempat menaruh
Read more
PREV
1
...
678910
...
38
DMCA.com Protection Status