146 Dengan bersemangat, sepasang ayah dan anak turun dari kendaraan roda empat yang mengantar mereka hingga di depan teras rumah. Seorang pelayan langsung membukakan pintu sebelum mereka mendekat. “Aku tidak sabar kejutan apa yang akan diberikan nenek tua itu, Pa.” Bastian tersenyum berjalan di samping Benny. “Berhenti memanggilnya seperti itu, Bas. Sekali saja tangannya bergerak menghapus nama Papa dari daftar ahli waris, maka tamat riwayat kita.” “Dan itu tidak akan terjadi, kan, Pa. Papa satu-satunya anaknya yang mengelola perusahaan. Papa juga satu-satunya anak nenek yang punya keturunan. Memangnya kalau bukan Papa, siapa yang akan mengelola aset nenek sebaik ini? Si Payah itu?” Dengan terus mengobrol, keduanya berjalan memasuki rumah. Pelayan yang tadi membukakan pintu membimbing mereka menuju ruangan di mana Nenek Widya menunggu. “Sekarang ini kita tidak bisa meremehkan Samudra, Bas. Lihatlah, bahkan perusahaan yang mati suri bisa ia hidupkan.” “Tapi tetap dia tidak
Baca selengkapnya