Semua Bab SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH: Bab 141 - Bab 150

376 Bab

RUNYAM

141“Apa maksud kamu, Bastian?” Nenek Widya memekik. Perubahan wajahnya sangat kentara. Pun dengan Samudra yang kedua bola matanya seakan ingin loncat dari rongganya. Detak jantungnya bahkan terasa berhenti. Tubuhnya membeku bagai patung batu.Sementara Bastian menghampiri sang nenek, lalu bersimpuh di samping tempat tidur. Wajahnya menunduk dalam. Dengan tak mempedulikan perubuhan sikap Nenek Widya yang kaget karena ucapannya, laki-laki muda itu bersuara.“Maafkan jika aku membuat keluarga ini malu dan kesal, Nek. Tapi aku bersumpah sangat mencintai Mentari. Dari dulu hingga sekarang cintaku tidak pernah berubah untuknya. Aku tetap mencintainya meskipun ia menikah dengan orang lain,” katanya seraya mengangkat wajah sebentar.“Aku pikir hanya aku saja yang selama ini mendamba. Aku pikir hanya aku yang bertepuk sebelah tangan. Tanpa aku tahu ternyata Mentari juga merasakan hal yang sama. Ternyata selama ini kami sama-sama tersiksa memendam ini sendirian. Makanya aku seperti mimpi saat M
Baca selengkapnya

KELUARGA MACAM APA?

142“Kalau sampai terjadi sesuatu dengan ibuku, aku akan membuaat perhitungan dengan kalian semua.” Samudra menunjuk wajah Benny dan Bastian bergantian. Kemarahan tertahan di dadanya. Sang ibu jatuh pingsan lagi, dan semua itu karena ulah ayah dan anak itu yang dengan tega bicara hal buruk.Samudra tidak habis pikir degan keluarga kakaknya itu. Kenapa mereka bisa memiliki sifat yang begitu buruk padahal sejak kecil orang tua mereka mendidik dengan sangat baik. Kakak dan keponakannya bahkan masuk sekolah kepribadian. Namun, lihatlah kini, mereka seolah menjelma menjadi manusia-manusia tak punya hati.Bukannya ikut menjaga agar kesehatan ibu mereka tetap stabil dengan menutupi rahasia itu, malah dengan sengaja mengumbar di hadapannya.Kini, mereka semua tengah menunggu di luar kamar pribadi Nenek Widya. Sengaja memanggil dokter pribadi. Biarlah menunggu diagnose dokter Rena saja jika harus ke rumah sakit.Samudra berjalan mondar-mandir dengan wajah tegangnya. Tadi ia ingin menemani di d
Baca selengkapnya

BAYANGAN

143“Shit!” Samudra mengumpat pelan setelah mematikan sambungan telepon yang berulang kali hanya dijawab operator. Ia sangat yakin jika Mentari sudah tidak lagi menggunakan nomor itu. Begitu kuat tekadnya untuk tak lagi terhubung dengannya. Padahal walaupun kata cerai sudah terucap dan status mereka hanya tinggal bergelar mantan, tetapi masih banyak urusan di antara mereka. Masih banyak yang harus mereka bicarakan. Samudra juga berharap wanita itu bertemu dulu dengan sang ibu. Menyampaikan secara baik-baik jika ia akan menikah dengan Bastian setelah putusan cerai secara resmi keluar.Baginya, Mentari keterlaluan. Langsung lari begitu saja setelah kedapatan selingkuh. Pergi setelah berkhianat dengan meninggalkan banyak permasalahan. Paling tidak, pamitlah dengan sang ibu yang begitu menyayangi dan mempercayainya. Katakan baik-baik jika ia akan tetap menjadi menantu ibunya dan juga memberikan keturunan untuk keluarga itu walaupun bukan anaknya.Rasa perih kembali menggodanya bila mengin
Baca selengkapnya

SENTUH HATINYA

144Pundak Samudra meluruh saat tak mendapati Mentari di mana pun. Mungkin wanita itu sudah pergi sebelum ia datang. Atau mungkin masih di sana, hanya sengaja tidak menampakkan diri. Sengaja menghindar darinya.Pria itu kembali menuju ruangannya. Melewati OB yang menatapnya dengan tatapan bercampur aduk. Antara heran dan iba. Mungkin mengira pasangan itu tengah bertengkar.“Kenapa mejanya belum dikeluarkan, Mang?” Sebelum benar-benar masuk ruangannya, Samudra menyempatkan diri menoleh. Lalu menuju mejanya dan duduk di sana dengan menutup wajahnya menggunakan kedua tangan yang sikunya bertumpu di meja. Sungguh, lelah jiwa raga menghadapi permasalahan tak terduga ini. Tidak menyangka jika hidupnya akan kembali ke titik di mana hatinya hampa.Sejak hubungannya dengan Mentari membaik, ia menyangka jika penggalan kisah kelam hidupnya telah berakhir. Semua akan berganti bahagia selamanya. Siapa sangka kini kembali dihadapkan dengan permasalahan yang membuatnya merasa tak memiliki apa pun la
Baca selengkapnya

KEJUTAN?

145“Bagaimana, Bas, apa kamu sudah menemukan Mentari?”Setelah berhari-hari Benny tidak bertemu dengan anak semata wayangnya itu, hari ini sang pria mendatangi ruangannya. Sudah beberapa hari ini Bastian tidak terlihat di meja makan. Baik sarapan maupun makan malam. Hanya ada Novita di sana yang menyampaikan jika Bastian jarang pulang ke rumah. Sekali pun pulang sudah lewat tengah malam.Laki-laki muda yang duduk di belakang meja, menurunkan tangannya yang sedang menutup wajah. Hingga tampak dalam pandangan Benny, wajah laki-laki muda itu begitu pucat.“Kamu kenapa?” Kening Benny berkerut saat mendudukkan diri di hadapan Bastian. Diperhatikan dengan seksama wajah anak laki-lakinya yang sama sekali tak memiliki garis wajah serupa dengannya.Benny sadar sejak Bastian lahir, anak itu sama sekali tak ada mirip-miripnya dengannya. Bahkan lebih banyak gen bule yang dibawa Bastian. Namun, Benny sama sekali tidak mempermasalahkan. Esther memang memiliki darah campuran karena ibunya seorang pr
Baca selengkapnya

ANTUSIASME

146 Dengan bersemangat, sepasang ayah dan anak turun dari kendaraan roda empat yang mengantar mereka hingga di depan teras rumah. Seorang pelayan langsung membukakan pintu sebelum mereka mendekat. “Aku tidak sabar kejutan apa yang akan diberikan nenek tua itu, Pa.” Bastian tersenyum berjalan di samping Benny. “Berhenti memanggilnya seperti itu, Bas. Sekali saja tangannya bergerak menghapus nama Papa dari daftar ahli waris, maka tamat riwayat kita.” “Dan itu tidak akan terjadi, kan, Pa. Papa satu-satunya anaknya yang mengelola perusahaan. Papa juga satu-satunya anak nenek yang punya keturunan. Memangnya kalau bukan Papa, siapa yang akan mengelola aset nenek sebaik ini? Si Payah itu?” Dengan terus mengobrol, keduanya berjalan memasuki rumah. Pelayan yang tadi membukakan pintu membimbing mereka menuju ruangan di mana Nenek Widya menunggu. “Sekarang ini kita tidak bisa meremehkan Samudra, Bas. Lihatlah, bahkan perusahaan yang mati suri bisa ia hidupkan.” “Tapi tetap dia tidak
Baca selengkapnya

KEJUTAN YANG SESUNGGUHNYA

147Mata Benny memicing tajam memperhatikan benda di tangannya. Pun dengan Bastian. Keduanya saling melempar tatapan sebelum kompak mengalihkan pandangan ke arah Esther yang masih dengan posisi sama. Duduk tanpa berani mengangkat kepala.“Mama?” Bastian bergumam, kemudian mengambil alih benda di tangan Benny. Memisahkan satu per satu karena ternyata benda itu adalah setumpuk foto-foto ukuran 4R.Mata Bastian yang semula memicing, pelan-pelan kian melebar seiring pemandangan di foto-foto itu. Pun dengan mulutnya yang ikut menganga. Tanganya yang semula bergerak pelan memisahkan setumpuk foto itu kian cepat seiring gemuruh di dadanya.“Pa …,” panggilnya pelan pada pria di sampingnya yang justru berdiam. Ditatapanya wajah pria yang sangat ia sayangi dan banggakan itu dengan tatapan nanar. Setelahnya, karena Benny masih mengatupkan mulutnya, ia beralih menatap sang ibu. Tatapannya jelas menuntut penjelasan.“Apa ini, Ma …?” tanyanya dengan suara bergetar. Tangannya menyodorkan foto-foto d
Baca selengkapnya

AKU ANAK PAPA

148Keheningan masih memerangkap mereka di ruangan yang cukup luas itu. Beberapa raga hanya dapat berkedip dan menghirup oksigen tanpa beraksi apa pun. Semua sibuk dengan pikiran masing-masing.Ekspresi dua laki-laki yang mengerubungi Esther, serupa. Keduanya masih dikuasai kekagetan. Tatapan mereka tak lepas dari wanita yang barusan bicara, sama-sama menyiratkan penyangkalan. Raut tak terima tergambar jelas di wajah-wajah itu. Hingga terdengar suara tawa sumbang Bastian. Jelas sangat dipaksakan.“Jangan ngelantur, Ma. Mama bicara apa? Apa karena pukulan Papa, Mama jadi mabuk? Atau otak Mama sudah bergeser?”“Mama tidak mabuk, Bas. Mama bicara apa adanya. Ayah kamu—”“Ayahku jelas-jelas Papa Benny Hanggara. Itu kenyataannya.” Bastian kukuh.Esther menggeleng. “Ayahmu laki-laki dalam foto itu, Bastian! Bukan dia!” Esther memekik, suaranya penuh penekanan. Telunjuknya menuding wajah Benny yang masih menarik kerah baju dan menjambak rambutnya.“Jangan mengada-ngada, Ma! Sepertinya Mama b
Baca selengkapnya

FRUSTRASI

Suami149Wanita itu mengerjap berkali-kali hingga pandangannya dapat melihat jelas. Setidaknya dapat mengenali di mana ia berada. Sedetik berikutnya ia meringis, merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Bahkan bibirnya begitu perih, padahal hanya dipakai untuk meringis.Mata wanita itu kembali memejam. Ingin menggerakkan tubuh, tapi ngilu di setiap inci tubuh melarangnya. Pada akhirnya hanya desisan pelan yang keluar dari mulutnya.Terdengar suara langkah kaki menjauh.“Tuan, Nyonya Esther sudah bangun.” Terdengar suara wanita melapor. Meski tidak keras, tetapi cukup bagi wanita yang tergolek lemah itu mencerna situasi. Ia yakin jika pria yang membuat luka di sekujur tubuhnya ada di ruangan itu juga. Dan yang melapor barusan pelayan pribadinya. Mereka kini berada di kamar pribadi Esther.Tadi, meski dalam keadaan lelembut belum terkumpul, tetapi ia merasakan seseorang mengobati lukanya.Ternyata hanya ini yang dilakukan Benny setelah menyiksanya. Hanya menyuruh pelayan membersihkan dan me
Baca selengkapnya

SEMUA TINGGAL KENANGAN

150“Aku belum bisa ke sana, Lu, tolonglah handle dulu semuanya. Aku percaya sama kamu.” Samudra memasang handfree di telinganya. Sebenarnya ia sudah menunda mengangkat panggilan dari orang kepercayaannya itu karena toh sebentar lagi tiba di apartemen. Namun, ponselnya yang tergeletak di dashboard mobil terus saja meraung-raung.Ia tahu dirinya salah karena sudah membebankan segala sesuatu terhadap orang kepercayaan juga sahabat lamanya itu. Namun, kondisinya memang belum memungkinkan dirinya untuk datang ke sana. Saat ini perusahaan ayah Mentari membutuhkan lebih banyak perhatian walaupun belum tahu mau dibawa ke mana nantinya mengingat hubungan dengan pemiliknya sudah berantakan. Belum lagi urusan pribadi dan keluarganya menyita waktu dan pikiran Samudra. Semua membuatnya kacau.“Iya, nanti kalau Bumi Jaya sudah stabil, aku akan percayakan untuk di-handle orang juga. Yang pasti untuk sekarang ini aku belum bisa datang ke sana. Kamu yang sabar dulu, ya.”Dengan mengemudikan mobil dal
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1314151617
...
38
DMCA.com Protection Status