Bab 165: Peziarah**“Ee.., ini, jujur saja, Fat. Abang khawatir kejadian yang sama terulang lagi. Idah diculik Josep, dan.., dan..”Aku menghela nafas lagi.“Iya, Bang. Aku juga sering berpikir begitu.”“Kemarin, Abang ada bercakap-cakap dengan Pak Latif.”“Nah, tentang apa itu?”“Mmm, begini. Apa yang Abang bilang tentang kekhawatiran tadi, itu juga dirasakan oleh Pak Latif. Bahkan dia yang pertama mengungkapkan hal ini pada Abang. Jadi, sekarang dia sedang memikirkan rencana untuk hijrah ke Bukit Tinggi. Dengan kata lain, pulang ke kampung halamannya.”Aku bangkit dari kursi yang sedari tadi kududuki. Tujuh langkah berjalan aku sampai di jendela kamar hotelku dan lantas membukanya. Berjalan keluar, menyambut cercah-cercah cahaya dari lampu kendaraan di jalan raya yang beberapa saat menampar-nampar wajahku. Keterangan dari Bang Idris itu membuatku merasa sedang berada di dalam proses penelantaran oleh masa lalu.Idah yang wajahnya mirip almarhumah Ainun, yang menjadi jembatan masa
Baca selengkapnya