All Chapters of Pendekar Kera Sakti: Chapter 481 - Chapter 490

534 Chapters

480. Part 9

Sekalipun tubuhnya kurus kering, namun ketika sebuah pukulan menghantam punggungnya dengan keras, orang itu hanya tersentak sedikit. la masih tegak berdiri tanpa mengeluarkan suara mengaduh sedikit pun. Hanya saja, beberapa saat kemudian ia membuka mulutnya, dan mulut itu mengeluarkan asap. Sepertinya ia sengaja menyentakkan asap supaya keluar dari dalam tubuhnya. Dan asap itu adalah asap yang timbul akibat pukulan di punggungnya tadi.Sementara itu lawannya yang tadi berhasil memukul punggung dengan pukulan yang mengandung tenaga dalam cukup besar, segera mundur setindak dan berdiri dengan tegar.Matanya yang memang kecil terkesan sipit itu menatap orang bertubuh kurus kering dengan tajam. Wajah dingin, tanpa keramahan sedikit pun. Orang ini mempunyai tubuh sedikit lebih gemuk dari lawannya. la mengenakan baju berlengan panjang kombor warna hitam dengan bagian tepinya dililit kain kuning emas. Celananya juga hitam dan punya lilitan kain emas. Di pinggangnya terselip s
Read more

481. Part 10

Datuk Marah Gadai menggeram ketika melihat Cadaspati menyeringai bagai mengejek kekuatannya."Jahanam kau! Rupanya kau sudah bosan bernapas. Cadaspati! Tak ada waktu lagi untuk bermain-main denganmu! Sekaranglah saatnya kucabut nyawamu! Hiaaat...!"Datuk Marah Gadai menyentakkan kaki kanannya ke depan dengan satu tendangan miring. Dari telapak kakinya berkelebat sinar putih keperakan yang melesat ke arah Cadaspati. Sinar putih keperakan itu segera dihindari oleh Cadaspati dengan satu lompatan ke atas. Dan bersamaan dengan itu, Cadaspati mengibaskan tangannya bagai merobek angin.Wuuusss...!Lima berkas sinar meluncur dari kuku-kuku tangan kanan Cadaspati. Sinar merah api itu begitu cepat menerjang tubuh Datuk Marah Gadai.Segera orang berpakaian hitam itu berguling-guling ke samping dan akhirnya melesat bangkit dalam satu hentakan tangan kuat.Kelima sinar merah api itu masuk ke dalam telaga hingga airnya berguncang hebat. Sebagian air ada y
Read more

482. Part 11

Pada saat itu, Baraka melepaskan ilmu 'Menyadap Jiwa' dari tubuh Cadaspati.Kini keadaan Cadaspati menjadi dirinya sendiri. Dan ia terkejut menyadari sudah terbaring di bawah pohon dengan dada sakit dan tulang punggung bagai mau patah."Apa yang kualami tadi?" Pikir Cadaspati. la berusaha untuk bangkit. Pelan-pelan ia bangkit dan menyeringai menahan sakit. Melihat keadaan Cadaspati mulai rapuh, Datuk Marah Gadai pun segera memanfaatkan dengan melancarkan pukulan bertenaga dalam yang lebih besar lagi."Hiaaat...!"Tangan kanan disentakkan ke depan dengan otot lengannya mengeras. Pukulan itu mempunyai gelombang panas yang mampu membakar kulit pohon.Cadaspati segera menghadang pukulan itu dengan sentakkan tangan kirinya. Namun, agaknya kekuatan tangan itu tidak sebanding, sehingga pukulan hawa panas itu menerjang telapak tangan kiri Cadaspati.Tangan itu menjadi memar membiru, berkesan hangus sampai di bagian ketiak dan dada sebelah k
Read more

483. Part 12

Sekali lagi Baraka membatin. "Iya. Kurasakan agak berat waktu ilmu 'Menyadap Jiwa' masuk ke raganya. Bagian belakang pakaiannya yang mirip jubah itu sepertinya mempunyai kantong untuk menyimpan Guci Air Mata Malaikat. Atau mungkinkah benda lain yang tak berharga yang ada di kantong jubah belakangnya itu?"Datuk Marah Gadai mengambil sikap siap menyerang. Kedua tangannya mulai dinaikkan sebatas dada. Tapi Peramal Pikun masih tetap tenang dan cengar-cengir saja."Peramal Pikun, terpaksa kau juga perlu kukirim ke neraka karena membela adikmu yang punya urusan denganku!""Tunggu, tunggu...," Peramal Pikun tetap kalem."Bukan soal ke neraka yang kupikirkan, tapi kesia-siaan pertarungan ini yang kupertimbangkan. Sebab menurut ramalanku, Pusaka Air Mata Malaikat itu tidak akan jatuh ke tangan siapa-siapa, kecuali ke tangan murid tunggalnya Setan Bodong.""Ramalanmu semakin tua semakin tak manjur!""Manjur atau tidak, tapi kenyataannya si m
Read more

484. Part 13

Broolll...! Wusss...!Tubuh Peramal Pikun bagai didorong kuat dan dijumpalitkan ke belakang. Mau tak mau manusia keriput berambut putih panjang itu bersalto satu kali. Belum sampai kakinya memijakkan tanah lagi, Datuk Marah Gadai telah kembali mengirimkan pukulan tenaga dalamnya dengan menyentakkan kedua tangannya ke depan.Wuuugh...!Angin besar melesat dari kedua tangan. Peramal Pikun segera menghentakkan tongkatnya ke depan dalam keadaan berdiri. Rupanya ia menahan pukulan Datuk Marah Gadai dengan tenaga dalam yang disalurkan melalui kepala tongkatnya yang berbentuk kepala burung garuda itu.Duub...!Dua tenaga dalam berilmu tinggi saling berbenturan di pertengahan jalan. Satu benturan itu mengakibatkan tubuh Datuk Marah Gadai tersentak ke belakang dan oleng ke kiri, lalu jatuh di atas kayu runcing."Aaauh...!"Datuk Marah Gadai memekik karena pantatnya tertusuk kayu runcing. la segera bangkit dan mencabut ranting kayu yang terbawa
Read more

485. Perebutan Pusaka

PERAMAL Pikun pergi dengan berkelebat bagaikan angin atau hantu siang hari. Baraka tidak peduli lagi dengan kepergian Peramal Pikun. Hasratnya untuk mandi begitu kuat, tak bisa ditahan lagi. Bahkan dalam hatinya ia berkata. "Siapa tahu habis mandi bisa bertemu dengan Hyun Jelita. Setidaknya bunga rindu di hati yang belum pernah bertemu ini akan terpupus habis."Baraka mulai meletakkan sulingnya. Baru saja ia mau membuka baju, tiba-tiba ia dikejutkan oleh suara orang berlari cepat ke arahnya. Baraka buru-buru merapatkan bajunya kembali dengan wajah celingak-celinguk penuh curiga.Dari kerumunan semak di seberang telaga, muncul sesosok tubuh berbaju merah dan bercelana hitam. Baraka menghempaskan napas dan menggeram jengkel dalam hatinya."Kau membuatku terkejut, Paman Giri!"Orang yang dipanggil sebagai Paman Giri itu tak lain adalah Pujangga Kramat, manusia yang tak pernah benar dalam bicaranya. Orang tersebut segera mendekati Baraka dan berkata dengan na
Read more

486. Part 2

"Hah...?l"Pujangga Kramat terkejut. la segera merapatkan kedua pahanya dan menutupkan tangannya ke bawah. Baraka tidak demikian. Baraka hanya tertawa pelan, setengah tidak percaya pada kata-kata Selendang Maut. la berkata. "Jangan menyombongkan ilmu di depanku, Selendang Maut.""Aku tidak menyombongkan ilmu. Memang aku bisa melihat tubuhmu tanpa pakaian walaupun kau mengenakan baju rangkap tujuh dari kulit kerbau sekalipun. Aku mempunyai 'Candra Tembus Pandang'. Dan hanya aku satu-satunya murid Perguruan Merpati Wingit yang menoleh ilmu 'Candra Tembus Pandang'."Senyum Baraka tipis dan masih berkesan tidak percaya."Kau mempunyai tahi lalat di bawah pinggulmu!" Kata Selendang Maut setelah menatap Baraka beberapa saat. Baraka terperanjat kaget, karena kata-kata itu memang benar. Lebih terkejut lagi setelah Selendang Maut berkata. "Ada noda hitam semacam tompel kecil di atas pahamu yang kanan, dekat dengan tulang pinggul."Menggeragap bingung Baraka
Read more

487. Part 3

Selendang Maut masih tetap diam, hanya mengangguk-anggukkan kepalanya."Paman Giri, Pusaka Air Mata Malaikat kutemukan!" Kata Baraka kepada Pujangga Kramat.Orang berperut agak buncit itu memandang tak berkedip dengan perasaan kagum. Hatinya berdebar-debar."Baraka," Kata Pujangga Kramat."Satu ada lagi pusaka terkubur Air Mata Malaikat bersama!""Maksudmu, ada satu pusaka lagi yang terkubur bersama Air Mata Malaikat ini? Oh, ya... aku ingat! Cincin Manik Bidari.""Ya. Ambillah. Majikan Setan Bodong menyuruh menghancurkan pusaka dua-duanya!"Baraka berpikir beberapa saat, kemudian kepalanya mengangguk-angguk. Mulutnya mengeluarkan kata pelan."Ya, satu lagi pusaka milik Guru masih ada di dasar telaga. Sebaiknya kuambil sekarang juga. Aku tadi melihatnya di sana!""Ambillah, orang lain sebelum mengambilnya!""Baik, Paman Giri. Bawalah dulu guci kuno ini, aku akan menyelam kembali ke dasar telaga.""Lama-lama
Read more

488. Part 4

Dulu mereka terlibat bentrokan karena seorang pemuda yang bernama Trenggono. Pemuda yang punya mulut setajam pisau itu telah menyebar fitnah asmara, sehingga Selendang Maut dan Peri Malam saling beradu kekuatan ilmunya. Tetapi setelah diketahui bahwa Trenggono seorang pemuda yang gemar melihat perempuan saling adu kekuatan, maka mereka berdua segera menyerang Trenggono, dan tubuh pemuda itu hancur di tangan mereka sendiri. Tetapi, apakah sekarang mereka bertarung gara-gara seorang pemuda juga? Termakan fitnah asmara juga?"Selendang Maut! Aku tak punya banyak waktu untuk melayanimu!" Seru Peri Malam."Kalau memang kau masih punya dendam padaku dengan persoalan masa lalu kita, sebaiknya sekarang juga kulenyapkan raga dan nyawamu!"Selendang Maut cepat menyahut sebelum Peri Malam melepaskan satu pukulan tenaga dalam yang pasti lebih berbahaya dari yang sudah-sudah."Peri Malam! Urusan kita kali ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan urusan kita tempo
Read more

489. Part 5

Peri Malam mencibir, memuakkan Selendang Maut. Lanjutnya lagi."Ingat, kita pernah mempertaruhkan nyawa demi seorang pria. Tapi apa nyatanya? Pria itu hanya mempunyai kebusukan. Dan setiap pria memang tak lebih dari seonggok daging busuk yang patut dilenyapkan!"Selendang Maut hanya membatin. "Dendamnya kepada lelaki masih membekas di hati, sehingga wajar dia berkata begitu. Tapi apakah benar pengorbananku ini akan sia-sia di mata Baraka? Apakah benar Baraka tidak akan tahu balas budi padaku, walau aku siap mati untuk merebutkan pusaka yang menjadi hak miliknya itu?"Renungan itu segera dibuang jauh, karena kejap berikutnya Selendang Maut telah melihat Peri Malam berkelebat dan hinggap di atas gugusan batu yang lebih tinggi dari batu-batu yang ada di situ. Perempuan berpakaian kuning kunyit itu serukan kata. "Pertimbangkan langkahmu, Selendang Maut. Sudah benarkah kau siap korbankan nyawa untuk lelaki yang belum tentu membalas cintamu?! Sudah benarkah kamu siap
Read more
PREV
1
...
4748495051
...
54
DMCA.com Protection Status