Sekali lagi Baraka membatin. "Iya. Kurasakan agak berat waktu ilmu 'Menyadap Jiwa' masuk ke raganya. Bagian belakang pakaiannya yang mirip jubah itu sepertinya mempunyai kantong untuk menyimpan Guci Air Mata Malaikat. Atau mungkinkah benda lain yang tak berharga yang ada di kantong jubah belakangnya itu?"
Datuk Marah Gadai mengambil sikap siap menyerang. Kedua tangannya mulai dinaikkan sebatas dada. Tapi Peramal Pikun masih tetap tenang dan cengar-cengir saja.
"Peramal Pikun, terpaksa kau juga perlu kukirim ke neraka karena membela adikmu yang punya urusan denganku!"
"Tunggu, tunggu...," Peramal Pikun tetap kalem.
"Bukan soal ke neraka yang kupikirkan, tapi kesia-siaan pertarungan ini yang kupertimbangkan. Sebab menurut ramalanku, Pusaka Air Mata Malaikat itu tidak akan jatuh ke tangan siapa-siapa, kecuali ke tangan murid tunggalnya Setan Bodong."
"Ramalanmu semakin tua semakin tak manjur!"
"Manjur atau tidak, tapi kenyataannya si m
Broolll...! Wusss...!Tubuh Peramal Pikun bagai didorong kuat dan dijumpalitkan ke belakang. Mau tak mau manusia keriput berambut putih panjang itu bersalto satu kali. Belum sampai kakinya memijakkan tanah lagi, Datuk Marah Gadai telah kembali mengirimkan pukulan tenaga dalamnya dengan menyentakkan kedua tangannya ke depan.Wuuugh...!Angin besar melesat dari kedua tangan. Peramal Pikun segera menghentakkan tongkatnya ke depan dalam keadaan berdiri. Rupanya ia menahan pukulan Datuk Marah Gadai dengan tenaga dalam yang disalurkan melalui kepala tongkatnya yang berbentuk kepala burung garuda itu.Duub...!Dua tenaga dalam berilmu tinggi saling berbenturan di pertengahan jalan. Satu benturan itu mengakibatkan tubuh Datuk Marah Gadai tersentak ke belakang dan oleng ke kiri, lalu jatuh di atas kayu runcing."Aaauh...!"Datuk Marah Gadai memekik karena pantatnya tertusuk kayu runcing. la segera bangkit dan mencabut ranting kayu yang terbawa
PERAMAL Pikun pergi dengan berkelebat bagaikan angin atau hantu siang hari. Baraka tidak peduli lagi dengan kepergian Peramal Pikun. Hasratnya untuk mandi begitu kuat, tak bisa ditahan lagi. Bahkan dalam hatinya ia berkata. "Siapa tahu habis mandi bisa bertemu dengan Hyun Jelita. Setidaknya bunga rindu di hati yang belum pernah bertemu ini akan terpupus habis."Baraka mulai meletakkan sulingnya. Baru saja ia mau membuka baju, tiba-tiba ia dikejutkan oleh suara orang berlari cepat ke arahnya. Baraka buru-buru merapatkan bajunya kembali dengan wajah celingak-celinguk penuh curiga.Dari kerumunan semak di seberang telaga, muncul sesosok tubuh berbaju merah dan bercelana hitam. Baraka menghempaskan napas dan menggeram jengkel dalam hatinya."Kau membuatku terkejut, Paman Giri!"Orang yang dipanggil sebagai Paman Giri itu tak lain adalah Pujangga Kramat, manusia yang tak pernah benar dalam bicaranya. Orang tersebut segera mendekati Baraka dan berkata dengan na
"Hah...?l"Pujangga Kramat terkejut. la segera merapatkan kedua pahanya dan menutupkan tangannya ke bawah. Baraka tidak demikian. Baraka hanya tertawa pelan, setengah tidak percaya pada kata-kata Selendang Maut. la berkata. "Jangan menyombongkan ilmu di depanku, Selendang Maut.""Aku tidak menyombongkan ilmu. Memang aku bisa melihat tubuhmu tanpa pakaian walaupun kau mengenakan baju rangkap tujuh dari kulit kerbau sekalipun. Aku mempunyai 'Candra Tembus Pandang'. Dan hanya aku satu-satunya murid Perguruan Merpati Wingit yang menoleh ilmu 'Candra Tembus Pandang'."Senyum Baraka tipis dan masih berkesan tidak percaya."Kau mempunyai tahi lalat di bawah pinggulmu!" Kata Selendang Maut setelah menatap Baraka beberapa saat. Baraka terperanjat kaget, karena kata-kata itu memang benar. Lebih terkejut lagi setelah Selendang Maut berkata. "Ada noda hitam semacam tompel kecil di atas pahamu yang kanan, dekat dengan tulang pinggul."Menggeragap bingung Baraka
Selendang Maut masih tetap diam, hanya mengangguk-anggukkan kepalanya."Paman Giri, Pusaka Air Mata Malaikat kutemukan!" Kata Baraka kepada Pujangga Kramat.Orang berperut agak buncit itu memandang tak berkedip dengan perasaan kagum. Hatinya berdebar-debar."Baraka," Kata Pujangga Kramat."Satu ada lagi pusaka terkubur Air Mata Malaikat bersama!""Maksudmu, ada satu pusaka lagi yang terkubur bersama Air Mata Malaikat ini? Oh, ya... aku ingat! Cincin Manik Bidari.""Ya. Ambillah. Majikan Setan Bodong menyuruh menghancurkan pusaka dua-duanya!"Baraka berpikir beberapa saat, kemudian kepalanya mengangguk-angguk. Mulutnya mengeluarkan kata pelan."Ya, satu lagi pusaka milik Guru masih ada di dasar telaga. Sebaiknya kuambil sekarang juga. Aku tadi melihatnya di sana!""Ambillah, orang lain sebelum mengambilnya!""Baik, Paman Giri. Bawalah dulu guci kuno ini, aku akan menyelam kembali ke dasar telaga.""Lama-lama
Dulu mereka terlibat bentrokan karena seorang pemuda yang bernama Trenggono. Pemuda yang punya mulut setajam pisau itu telah menyebar fitnah asmara, sehingga Selendang Maut dan Peri Malam saling beradu kekuatan ilmunya. Tetapi setelah diketahui bahwa Trenggono seorang pemuda yang gemar melihat perempuan saling adu kekuatan, maka mereka berdua segera menyerang Trenggono, dan tubuh pemuda itu hancur di tangan mereka sendiri. Tetapi, apakah sekarang mereka bertarung gara-gara seorang pemuda juga? Termakan fitnah asmara juga?"Selendang Maut! Aku tak punya banyak waktu untuk melayanimu!" Seru Peri Malam."Kalau memang kau masih punya dendam padaku dengan persoalan masa lalu kita, sebaiknya sekarang juga kulenyapkan raga dan nyawamu!"Selendang Maut cepat menyahut sebelum Peri Malam melepaskan satu pukulan tenaga dalam yang pasti lebih berbahaya dari yang sudah-sudah."Peri Malam! Urusan kita kali ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan urusan kita tempo
Peri Malam mencibir, memuakkan Selendang Maut. Lanjutnya lagi."Ingat, kita pernah mempertaruhkan nyawa demi seorang pria. Tapi apa nyatanya? Pria itu hanya mempunyai kebusukan. Dan setiap pria memang tak lebih dari seonggok daging busuk yang patut dilenyapkan!"Selendang Maut hanya membatin. "Dendamnya kepada lelaki masih membekas di hati, sehingga wajar dia berkata begitu. Tapi apakah benar pengorbananku ini akan sia-sia di mata Baraka? Apakah benar Baraka tidak akan tahu balas budi padaku, walau aku siap mati untuk merebutkan pusaka yang menjadi hak miliknya itu?"Renungan itu segera dibuang jauh, karena kejap berikutnya Selendang Maut telah melihat Peri Malam berkelebat dan hinggap di atas gugusan batu yang lebih tinggi dari batu-batu yang ada di situ. Perempuan berpakaian kuning kunyit itu serukan kata. "Pertimbangkan langkahmu, Selendang Maut. Sudah benarkah kau siap korbankan nyawa untuk lelaki yang belum tentu membalas cintamu?! Sudah benarkah kamu siap
Baraka nekat melangkah masuk ke pintu gerbang itu. Namun tiba-tiba kedua tombak penjaga beradu menyilang di depan langkah Baraka. Kaki pemuda tampan itu diam. Mata memandang ke kiri dan ke kanan. Kedua penjaga itu bertampang angkuh, berlagak acuh tak acuh dengan ketampanan pria asing. Baraka tahu kepurapuraan itu. Baraka tertawa tanpa suara. Kedua penjaga itu pun tetap acuh tak acuh."Bolehkah aku masuk?" Sapa Baraka bersikap ramah."Tidak!" Tanpa disengaja kedua penjaga itu menjawab serentak."Mengapa aku tak boleh masuk? Aku punya niat baik!"Penjaga berambut panjang berkata ketus. "Sebutkan niatmu!""Aku ingin bertemu Selendang Maut."Sejurus kedua perempuan itu saling pandang, lalu kembali bersikap angkuh dan berlagak tegas. Yang berambut pendek bertanya."Ada hubungan apa kau dengan Selendang Maut?""Teman," Jawab Baraka dengan tegas tapi suaranya menawan."Teman baik atau teman jahat?" Tanya yang berambut pendek la
"Selendang Maut tidak ada. Dia belum pulang," Kata Dewi Murka."Kalau begitu, aku mau bicara dengan gurumu!""Tidak perlu. Cukup kau bicara padaku!"Dewi Murka semakin memperbesar ketegasannya untuk menutupi hatinya yang berbunga-bunga saat itu."Tak bisa aku bicara denganmu. Aku perlu bicara dengan ketua perguruan ini!""Nyai Guru sedang sakit! Semua urusan diserahkan padaku!"Tetapi, tiba-tiba dari arah belakang Dewi Murka terdengar suara yang lebih bernada tegas dan berwibawa."Biarkan dia menemuiku, Dewi!"Malu hati Dewi Murka melihat gurunya sudah ada di belakangnya. Nyai Guru Betari Ayu kelihatan tenang berkharisma tinggi.Dewi Murka menyisih, membuat pandangan mata Baraka ke arah Betari Ayu menjadi lebih jelas dan lebih langsung lagi. Dalam hati Baraka membatin. "O, ini guru mereka? Cantik juga. Tapi tidak sebegitu menarik dengan kecantikan Hyun Jelita, idaman hatiku itu!"Betari Ayu memerintahkan kepada De
"Sayang sekali sewaktu Baraka ada di tempat kita, aku dan Pita Biru sedang menjalankan tugas ke Pulau Gayung, sehingga aku dan Pita Biru tidak melihat seperti apa ketampannya.” Desah resah Kesuma Sumi"Sudah, sudah..., jangan bicara soal ketampanannya. Nanti kalian terkulai lemas membayangkannya!" sergah Rindu Malam. "Sebaiknya kita pergi temui Sumbaruni di pantai semberani!""Apakah Sumbaruni alias Pelangi Sutera itu mengenal Pendekar Kera Sakti?!"Rindu Malam menjawab dengan mulut runcing, "Bukan hanya kenal, tapi juga jatuh cinta kepada Pendekar Kera Sakti!"Kesuma Sumi menyahut. "Kalau begitu, ku rasa Pendekar tampan itu sedang terlena dalam pelukan Sumbaruni!?"Rindu Malam tarik napas dalam-dalam, karena masih ada sisa kecemburuan yang bikin dia deg-deg-an. Betapa pun juga ia harus bisa sisa kecemburuan itu karena takut melanggar peringatan dari ratunya."Jangan bayangkan dia ada dalam pelukan Sumbaruni. Bayangkan saja dia ada dal
Dari semadi yang dilakukannya, Ratu Asmaradani mendapatkan petunjuk kalau kalau Baraka adalah sang pewaris para dewa. Maka, Ratu Asmaradani pun mengirim ilmu 'merambah bhatin' untuk hadir ke alam mimpi Baraka. Tetapi sudah beberapa kali hal itu dilakukan, ternyata Baraka belum datang juga. Terpaksa tiga utusan diperintahkan mencari Pendekar tampan yang namanya sering menjadi bahan pembicaraan para tokoh rimba persilatan itu. Sebab Ratu Asmaradani curiga, pasti ada kesulitan yang di alami Baraka sehingga pemuda itu tidak bisa datang ke negeri Samudera Kencana. Karenanya, sang Ratu berpesan kepada Rindu Malam, jika ada sesuatu yang menyulitkan sang Pendekar Kera Sakti, Rindu Malam bergegas membantu melepaskan si Pendekar tampan itu dari kesulitan tersebut. Kesulitan apa yang dihadapi Baraka sebenarnya?Titik pangkal kesulitan itu terletak pada hilangnya Pedang Kayu Petir yang sebenarnya sudah ada di tangan Angon Luwak, bocah penggembala kambing itu namun pedang tersebut jatuh k
Kapak bergagang panjang dicabut dari selipan sabuk, lalu tubuh Roh Gepuk berkelebat menerjang Pita Biru. Tapi mendadak tubuh itu terpental ke samping. Baru saja melompat belum jauh dari tempat, sebuah pukulan jarak jauh tanpa sinar dilepaskan dari tangan Kusuma Sumi. Roh Gepuk terpekik pendek. Lalu jatuh tak tentu keseimbangan.Pita Biru memandang Kusuma Sumi dengan sikap masih berdiri tegak dan kedua kaki sedikit merenggang. Saat itu Kusuma Sumi segera melangkah maju dan berkata dengan tegas. “yang ini biar kutangani, mundurlah!”Pita Biru segera melompat ke samping. Kejap berikut sudah berdiri tak jauh dari Rindu Malam, yang bersidekap dengan tenang di bawah pohon. Dan ketika Roh Gepuk bangkit kembali, ia terkesiap melihat lawannya sudah berganti pakaian. Tapi segera sadar, bahwa lawannya bukan berganti pakaian, tetapi berganti orang.“Kau yang akan menggantikan nyawa temanmu itu untuk menebus nyawa temanku, ha?!”Kusuma Sumi dia
“Ya, kami tahu. Tapi Nila Cendani sudah mati, kabarnya dibunuh Pendekar Kera Sakti. Entah benar atau tidak, kami tidak ikut terbunuh waktu itu. Tapi kami tahu, Ratu Samudera Kencana pernah terlibat bentrokan dengan Nila Cendani dan mengejarnya sampai ke Teluk Sumbing. Tentunya ratumu tahu dimana Teluk itu berada. Tentu ratumu pun tahu bahwa disana terpendam harta karun rampasan Nila Cendani semasa menjadi ketua Rompak Samudera. Dan tentunya sebagai anak buah Ratu Asmaradani, kalian juga diberitahu letak Teluk itu, untuk sewaktu-waktu menggali harta karun disana”.“Ratu kami tidak pernah memikirkan harta yang bukan miliknya. Kami sudah cukup kaya tanpa merampas harta yang bukan milik kami!” Kata Rindu Malam.Roh Gepuk segera menyahut, “Begini saja nona-nona cantik. Aku akan membuka sayembara. Barang siapa di antara kalian ada yang bisa menyebutkan dimana letak Teluk Sumbing. Akan mendapat hadiah dikawinkan dengan temanku ini, si Cucur Sangi
MEREKA baru saja mendarat di pantai dengan gunakan sebuah sampan. Tiga wanita berambut cepak, seperti potongan rambut lelaki itu mempunyai paras ayu yang berbeda nilai kecantikannya. Namun ketiganya sama-sama menggiurkan seorang lelaki yang memandang dari sisi kemesuman. Karena ketiganya mempunyai bentuk tubuh nan elok, bak lambaian perawan menunggu pelukan.“Ingat ciri-cirinya!” kata wanita muda yang berpakaian putih bertepian benang emas. “Tampan, rambut poni, pakaian rompi kulit ular emas tanpa lengan, memiliki rajah naga emas melingkar di punggung lengannya”.Si cantik berpakaian putih yang mempunyai pedang di punggung bergagang balutan kain beludru merah itu menyebutkan ciri-ciri seorang pendekar tampan yang tak lain adalah Pendekar Kera Sakti, Baraka.Si cantik berdada seksi dan berkulit kuning langsung memberi isyarat dengan tangan agar kedua gadis seusianya itu bergerak mengikuti langkahnya jauh ke dalam hutan. Sesekali ia berpali
"Bocah bodoh kau! Gurumu saja tak mampu kalahkan aku, apalagi kau yang hanya muridnya!" geram Tengkorak Liar."Mendiang Guru tidak mempunyai ilmu 'Pedang Bintang', tapi aku punya jurus itu dari seorang guru pedang tersohor: Ki Argapura alias si Penggal Jagat! Tentunya kau kenal, Tengkorak Liar!""Persetan dengan Argapura!" geram Tengkorak Liar."Buktikan kehebatannya di depanku! Hiaaah...!"Tengkorak Liar sentakkan kedua tangannya ke depan. Dua larik sinar merah yang melingkar-lingkar pada ujungnya bagaikan mata bor itu melesat ke arah Angin Betina. Kecepatannya amat tinggi, membahayakan sekali bagi Angin Betina. Dihindari akan terlambat, ditangkis akan telat. Untung Baraka selalu siap siaga. Begitu sinar merah itu terlepas, sinar biru berkelok-kelok bagai lidah petirpun keluar dari sentakan kedua tangan Baraka.Claaap...!Jurus 'Cahaya Kilat Biru' warisan Ki Ageng Buana yang biasanya membuat lawan hangus dan keropos itu menghantam sinar mer
Blaaar...!Gelombang ledakan menghentak sangat kuat membuat tubuh Pendekar Kera Sakti sebelum sempat mendarat sudah terlempar lagi bagaikan terbuang ke arah belakang.Wuuus...! Brrukk...!Benturan tersebut bukan saja hasilkan gelombang ledakan tinggi, namun juga kerliapan cahaya merah yang lebar dan menyilaukan. Tongkat itu sendiri pecah dan terpotong-potong tidak beraturan. Pandangan mata Baraka menjadi gelap bagaikan menemui kebutaan.Ketika ia jatuh terpuruk dan mencoba untuk bangkit, ia tak melihat apa-apa kecuali kegelapan yang pekat. Tetapi suling mustika masih ada di tangannya, sehingga Baraka buru-buru menyalurkan hawa murni ‘Kristal Bening’-nya!Maka dalam beberapa kejap saja pandangan matanya sudah kembali seperti semula. Kesesakan dadanya mulai lancar, dan rasa sakit pada sekujur tubuh serta tulang-tulangnya yang merasa patah telah pulih segar seperti semuia."Edan! Kekuatannya begitu tinggi. Hampir saja aku celaka!" p
Orang pertama yang menghadapi Baraka adalah Tongkang Lumut yang bersenjata rencong terselip di depan perutnya. Yang lain mundur, memberikan tempat untuk pertarungan maut itu. Tongkang Lumut mulai buka kuda-kudanya, tapi Baraka malahan menggaruk-garuk pantatnya dengan seenaknya saja. Ketenangan itu sengaja dipamerkan Baraka untuk membuat ciut nyali lawannya, sekalipun hanya sedikit saja kedutan nyali itu dialami oleh lawan, tapi punya sisi menguntungkan bagi Baraka.Tongkang Lumut rendahkan kakinya. Kedua tangan terangkat, yang kanan ada di atas kepala dengan bergetar pertanda tenaga dalam mulai disalurkan pada tangan tersebut. Tangan kirinya menghadang di depan dada. Menggenggam keras dan kuat sekali.Slaaap...!Tiba-tiba Tongkang Lumut bagai menghilang dari hadapan Baraka. Tahu-tahu dia sudah berpindah tempat di belakang Baraka dalam jarak satu jangkauan tangan. Tentu saja punggung Pendekar Kera Sakti dijadikan sasaran tangan yang sudah berasap itu. Menyadari h
JUBAH hitam berambut putih panjang terurai sebatas punggung adalah tokoh sakti dari Nusa Garong. Biar badannya kurus, wajahnya bengis, matanya cekung, tapi kesaktiannya tak diragukan lagi. Ia dikenal sebagai ketua perguruan aliran hitam, yaitu Perguruan Lumbung Darah. Namanya cukup dikenal di kalangan aliran sesat sebagai Tengkorak Liar. Anak buahnya pernah berhadapan dengan Baraka ketika Baraka selamatkan Sabani, kakak Angon Luwak dalam peristiwa Keris Setan Kobra. Orang kurus bersenjata cambuk pendek warna merah itu berdiri tepat berhadapan dengan Baraka. Usianya diperkirakan sama dengan orang yang berpakaian serba hijau, sampai ikat kepalanya juga hijau, sabuknya hijau, gagang rencongnya hijau dan pakaian dalamnya hijau lebih tua dari jubah lengan panjangnya. Orang itu dikenal dengan nama Tongkang Lumut, dari Perguruan Tambak Wesi.Dalam usia sekitar delapan puluh tahun ke atas ia masih mempunyai mata tajam dan rambut serta kumisnya abu-abu. Badannya masih tegap, walau tak