All Chapters of Pendekar Kera Sakti: Chapter 471 - Chapter 480

534 Chapters

470. Part 19

Pada saat itu batin Baraka sampai berkata, "Kayak tokek panik kalau gini?"Lolos dari kepungan para prajurit, Baraka segera melesat ke atas tembok benteng. Dari sana ia seperti seekor harimau kumbang yang melompat dan bersalto beberapa kali di udara. Dalam sekejap sudah berada di stamping Payung Cendana.Jlegg..!"Baraka...!" Payung Cendana terkejut dengan suara pelan, karena ia sedang menahan sakit di bagian dadanya yang ingin memuntahkan darah untuk yang kedua kalinya. Ki Parma Tumpeng pun terbatuk-batuk walau ia sadar bahwa Baraka sudah ada di situ.Bunga Taring Liar menarik napas begitu melihat Baraka, merasa lega. Tapi matanya segera mengarah kepada Ratu Cadar Jenazah penuh waspada. Pedangnya masih di tangan dan siap serang jika sang Ratu Membahayakan keselamatan gurunya.Kecurigaan mulai membakar murka sang Ratu. Suaranya terlepas lantang kepada Baraka. "Baraka, kembali ke kamar.""Untuk apa?" ujar Baraka dengan seenaknya. Ia berplkir,
Read more

471. Part 20

"Celaka! Cincin itu sudah ada di tangan Saliyem!" pikir Baraka penuh keheranan."Kapan ia mengambilnya dariku? Oh, mungkin.. mungkin pada saat ia berlagak memelukku, ia sempatkan diri untuk mencopet cincin itu dari pinggangku! Kurang ajar babu satu itu! Pantas dia tadi bilang aku akan sial. Rupanya ia sudah berhasil mencopet cincin itu dari pinggangku! Benar-benar sialan pelayan bergigi mancung itu.""Saliyem, serahkan cincin itu! Lekas serahkan!"Wuttt...!Saliyem melompat dalam gerakan salto mundur. Lincah sekali babu bergigi keriting duren itu. Dengan senyum yang nggak pernah bisa dibilang manis itu, Saliyem berkata keras, "Kalahkan Pendekar Kera Sakti itu, baru saya serahkan cincin ini!""Kau jangan main-main, Saliyem!" bentak sang Ratu.Rembulan Pantai muncul langsung berseru, "Gusti, cincinnya sedang dicari oleh Saliyem dan.. dan.. lho, kok dia sudah ada di sini!" Rembulan Pantai menatap Saliyem dengan heran dan terperanjat bingung.
Read more

472. Air Mata Malaikat

SEORANG pemuda berwajah ganteng bin tampan tampak tengah duduk bersemadi diatas sebuah batu putih. Di hadapannya terbentang gugusan jurang tanpa dasar. Gelap gulita. Karena memang keadaan waktu tengah malam. Melihat ciri dan perawakannya, pemuda yang berusia sekitar dua puluh dua tahun ini tak lain adalah Baraka, si Pendekar Kera Sakti adanya. Wajahnya tampak tegang. Entah ada apa gerangan?Sebenarnya sudah dua hari dua malam Baraka melakukan tapa semadinya, hal ini berawal dari beberapa malam yang lalu. Baraka bermimpi bertemu dengan Hyun Jelita, sosok bidadari yang kecantikannya nggak ada yang menyamai di alam semesta ini. Anehnya, dalam pertemuan kali ini. Sang bidadari jelita tampak menangis tanpa mengucapkan apa-apa. Yang membuat Baraka heran pada sosok bidadari jelita itu adalah tidak adanya sekuntum bunga mawar asli yang biasanya ada di belahan dadanya yang menyembul dengan indahnya. Hampir setiap malam Baraka bermimpi yang sama, hingga di malam terakhir, Hyun Jelita m
Read more

473. Part 2

Dengan langkah seenaknya Setan Bodong mendekati sang murid. Matanya memandang tajam dan penuh curiga. Karena pada saat itu, Baraka tidak segera menyelesaikan semadinya, melainkan melanjutkan semadinya dengan cara memejamkan mata, dan kedua tangan tetap terletak lurus di kedua lututnya yang bersila. Kedua tangan itu sama-sama menggenggam walau tak terlalu kencang."Baraka, berhentilah! Aku mau bicara padamu!"Baraka masih diam, sepertinya tidak mendengar ucapan sang Guru. Tiga kali kata-kata itu dilontarkan dengan nada semakin keras, tapi Baraka tetap diam tak bergerak sedikit pun kecuali pernapasannya."Keras kepala kau ini, hah?!" Bentak Setan Bodong.Baraka masih tidak bergeming bagaikan patung batu. Setan Bodong bergerak ke depan, jaraknya tujuh langkah dari tempat Baraka bersila. Dengan jengkel ia lemparkan tongkatnya ke arah dada Baraka.Tongkat itu meluncur dengan ujung bagian bawahnya terarah ke dada Baraka seperti anak panah.Tiba-ti
Read more

474. Part 3

"Sejujurnya saya katakan, sukma saya telah bertemu dangan seorang wanita cantik yang sangat menarik hati. Wanita itu berwajah duka. Tapi dia tidak mau menyebutkan apa penyebab dukanya itu. Dia sempat menangis ketika jatuh dalam pelukan saya. Dan saya biarkan dia menangis sambil menyandarkan kepalanya di dada saya. Hati saya menjadi turut berduka, seakan merasakan kesedihan yang lebih dalam dari kesedihan yang disandangnya. Apa artinya itu, Kek?"Setan Bodong terkekeh-kekeh menertawakan kata-kata Baraka. Sang murid menjadi berkerut dahi ditertawakan demikian. Hatinya menjadi dongkol dan ingin berontak karena merasa dilecehkan oleh sang Guru.Beberapa saat setelah sang Guru puas tertawa, ia pun berkata. "Itulah perempuan yang bakal menjadi jodohmu kelak, Baraka. Rupanya sukmamu yang nakal menerobos sejarah hidupmu di masa mendatang, dan menemukan wanita yang menjadi jodohmu.""Begitukah?""Ya," Jawab Setan Bodong sambil melirik ke samping, memandangi sang m
Read more

475. Part 4

"Aku mengerti, Dewi Murka. Baiklah kalau kau menghendaki kita bersatu."Masih ingatkah para pembaca dengan kedua gadis cantik jelita ini. Selendang Maut dan Dewi Murka. Keduanya adalah murid Nyai Guru Betari Ayu dari Perguruan Merpati Wingit. Keduanya memang diutus oleh Nyai Betari Ayu ke Bukit Kayangan untuk menemui Setan Bodong, guna menjernihkan suatu masalah. Tapi keduanya tak menyangka jika kehadirannya di Bukit Kayangan akan disambut oleh sikap bermusuhan dari seorang lelaki yang dikenal dengan nama julukan Pujangga Kramat. Pelayan setia Setan Bodong itu adalah orang yang mudah curiga.Tak satu pun manusia yang berada di sekitar wilayah air terjun itu yang luput dari sasaran kecurigaan. Bahkan seorang penggembala kambing pun pernah menjadi sasaran kecurigaan, sehingga penggembala kambing itu nyaris mati di tangan Pujangga Kramat.Dan, kali ini kehadiran Selendang Maut serta Dewi Murka pun dianggapnya suatu niat yang jahat, walaupun di ujung pertem
Read more

476. Part 5

Selendang Maut sendiri berkata kepada Dewi Murka saat berdiri di sampingnya."Dia punya pelapis di dalam dadanya. Pasti dia melapisi dengan suatu gelombang berkekuatan baja. Mestinya dia punya dada sudah hangus dan terbakar, tapi nyatanya hanya membekas merah saja!""Apakah kau sudah menyerah?" Tanya Dewi Murka berkesan mengejek."Kalau kau sudah kewalahan menghadapi dia, biarlah aku yang maju!""Selendang Maut tak pernah mengenal kata menyerah!" Geram Selendang Maut yang mempunyai nama asli Larasati."Kalau begitu, silakan kau lanjutkan pertarunganmu. Aku akan menjadi penonton yang baik."Dewi Murka tersenyum sinis, meremehkan kemampuan Selendang Maut. Tetapi sikapnya itu tidak dihiraukan oleh Selendang Maut. Perempuan itu segera bergerak maju dengan selendang putih dikalungkan di lehernya."Pujangga Kramat, satu kali lagi kau menentang kemauanku bertemu dengan Setan Bodong, kupatahkan batang lehermu memakai Selendang Mautku ini!"
Read more

477. Part 6

Buuk... buukkk...!Kedua tubuh perempuan itu berjatuhan saling tindih. Dewi Murka terkulai tak mampu bergerak untuk sesaat. la ditertawakan oleh Pujangga Kramat. Dan tawa itu tiba-tiba berhenti melihat Selendang Maut telah berdiri tegak dalam sekejap."Edan! Perempuan itu tidak merasakan pusing sedikit pun?! Dia masih bisa berjalan dengan lurus!"Pujangga Kramat terkesiap melihat Selendang Maut tidak terbujur lemas seperti Dewi Murka. Bahkan kini Selendang Maut menyabetkan kain selendangnya ke bagian kaki.Wuusss...! Sreett...!Terperangkap sudah kedua kaki Pujangga Kramat, bagai terikat kuat dengan selendang putih itu.Brukkk...!Tubuh Pujangga Kramat jatuh karena selendang disentakkan oleh pemiliknya. Lelaki bergeleng akar hitam itu sempat menggeragap sebentar. Tubuhnya terasa mulai terseret tanpa mendapat pegangan apa pun.Lalu, ia juga merasakan tubuhnya mulai melayang. Selendang Maut telah berhasil menarik tubuh itu dan ki
Read more

478. Part 7

"Apakah temanmu itu juga seorang perempuan muda berkuda hitam?""Benar!" Jawab Selendang Maut."O, dia yang pernah mencuri dengar percakapanku dengan guruku itu?""Buk... bukan... buk... bukan...,'' Dewi Murka ingin ikut bicara tapi menjadi gagap karena hatinya berdebar-debar menikmati ketampanan seraut wajah lelaki yang belum pernah ia jumpai di mana pun juga. Jantungnya gemetar, sehingga ia tak bisa melontarkan kata-kata dengan baik. Tetapi, Selendang Maut yang sengaja tak memperhatikan Baraka segera menjelaskan maksud temannya."Temanku itu bukan menyadap percakapanmu dengan Setan Bodong. Hanya secara kebetulan saja ia mendengar Pusaka Air Mata Malaikat sedang kalian bicarakan. Tapi sebenarnya temanku itu hanya... hanya merasa tertarik padamu dan ingin melihat lebih jelas ketampananmu."Untuk mengetahui tentang peristiwa itu, baca kisahnya di : Perkumpulan Matahari Merah."Jadi dia hanya ingin mengintip ketampananku? Apa benar begitu? Apa
Read more

479. Part 8

"Manusia yang tak berperasaan adalah kamu, Baraka!" Geram Selendang Maut dengan mata memandang menyipit, memancarkan benci."Mengapa kau berkata begitu, Selendang Maut?""Karena aku tahu kau bisa memberi pertolongan pada diri temanku, tapi kau tidak mau melakukannya.""Apakah kau percaya betul bahwa aku sanggup menolongnya?""Aku percaya!" Sentak Selendang Maut."Kalau kau percaya, baiklah! Aku akan menolong menyembuhkannya."Selendang Maut menghempaskan napas, sedikit merasa lega. Tapi kecemasan masih ada di hatinya, karena ia melihat wajah Dewi Murka semakin membiru, parahnya benar-benar beku."Baringkan tubuhnya," Kata Baraka kepada Selendang Maut."Bagaimana dengan jarum di punggungnya?""O, iya! Jarum itu harus dicabut dulu!" ucap Baraka lagi-lagi dengan polosnya.Dengan satu kali sentak, jarum itu pun dicabut oleh tangan Baraka.Cuuur...!Darah hitam muncrat dari lubang bekas jarum. Baraka mena
Read more
PREV
1
...
4647484950
...
54
DMCA.com Protection Status