Share

477. Part 6

last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-20 01:04:31

Buuk... buukkk...!

Kedua tubuh perempuan itu berjatuhan saling tindih. Dewi Murka terkulai tak mampu bergerak untuk sesaat. la ditertawakan oleh Pujangga Kramat. Dan tawa itu tiba-tiba berhenti melihat Selendang Maut telah berdiri tegak dalam sekejap.

"Edan! Perempuan itu tidak merasakan pusing sedikit pun?! Dia masih bisa berjalan dengan lurus!"

Pujangga Kramat terkesiap melihat Selendang Maut tidak terbujur lemas seperti Dewi Murka. Bahkan kini Selendang Maut menyabetkan kain selendangnya ke bagian kaki.

Wuusss...! Sreett...!

Terperangkap sudah kedua kaki Pujangga Kramat, bagai terikat kuat dengan selendang putih itu.

Brukkk...!

Tubuh Pujangga Kramat jatuh karena selendang disentakkan oleh pemiliknya. Lelaki bergeleng akar hitam itu sempat menggeragap sebentar. Tubuhnya terasa mulai terseret tanpa mendapat pegangan apa pun.

Lalu, ia juga merasakan tubuhnya mulai melayang. Selendang Maut telah berhasil menarik tubuh itu dan ki

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pendekar Kera Sakti   478. Part 7

    "Apakah temanmu itu juga seorang perempuan muda berkuda hitam?""Benar!" Jawab Selendang Maut."O, dia yang pernah mencuri dengar percakapanku dengan guruku itu?""Buk... bukan... buk... bukan...,'' Dewi Murka ingin ikut bicara tapi menjadi gagap karena hatinya berdebar-debar menikmati ketampanan seraut wajah lelaki yang belum pernah ia jumpai di mana pun juga. Jantungnya gemetar, sehingga ia tak bisa melontarkan kata-kata dengan baik. Tetapi, Selendang Maut yang sengaja tak memperhatikan Baraka segera menjelaskan maksud temannya."Temanku itu bukan menyadap percakapanmu dengan Setan Bodong. Hanya secara kebetulan saja ia mendengar Pusaka Air Mata Malaikat sedang kalian bicarakan. Tapi sebenarnya temanku itu hanya... hanya merasa tertarik padamu dan ingin melihat lebih jelas ketampananmu."Untuk mengetahui tentang peristiwa itu, baca kisahnya di : Perkumpulan Matahari Merah."Jadi dia hanya ingin mengintip ketampananku? Apa benar begitu? Apa

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-21
  • Pendekar Kera Sakti   479. Part 8

    "Manusia yang tak berperasaan adalah kamu, Baraka!" Geram Selendang Maut dengan mata memandang menyipit, memancarkan benci."Mengapa kau berkata begitu, Selendang Maut?""Karena aku tahu kau bisa memberi pertolongan pada diri temanku, tapi kau tidak mau melakukannya.""Apakah kau percaya betul bahwa aku sanggup menolongnya?""Aku percaya!" Sentak Selendang Maut."Kalau kau percaya, baiklah! Aku akan menolong menyembuhkannya."Selendang Maut menghempaskan napas, sedikit merasa lega. Tapi kecemasan masih ada di hatinya, karena ia melihat wajah Dewi Murka semakin membiru, parahnya benar-benar beku."Baringkan tubuhnya," Kata Baraka kepada Selendang Maut."Bagaimana dengan jarum di punggungnya?""O, iya! Jarum itu harus dicabut dulu!" ucap Baraka lagi-lagi dengan polosnya.Dengan satu kali sentak, jarum itu pun dicabut oleh tangan Baraka.Cuuur...!Darah hitam muncrat dari lubang bekas jarum. Baraka mena

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-21
  • Pendekar Kera Sakti   480. Part 9

    Sekalipun tubuhnya kurus kering, namun ketika sebuah pukulan menghantam punggungnya dengan keras, orang itu hanya tersentak sedikit. la masih tegak berdiri tanpa mengeluarkan suara mengaduh sedikit pun. Hanya saja, beberapa saat kemudian ia membuka mulutnya, dan mulut itu mengeluarkan asap. Sepertinya ia sengaja menyentakkan asap supaya keluar dari dalam tubuhnya. Dan asap itu adalah asap yang timbul akibat pukulan di punggungnya tadi.Sementara itu lawannya yang tadi berhasil memukul punggung dengan pukulan yang mengandung tenaga dalam cukup besar, segera mundur setindak dan berdiri dengan tegar.Matanya yang memang kecil terkesan sipit itu menatap orang bertubuh kurus kering dengan tajam. Wajah dingin, tanpa keramahan sedikit pun. Orang ini mempunyai tubuh sedikit lebih gemuk dari lawannya. la mengenakan baju berlengan panjang kombor warna hitam dengan bagian tepinya dililit kain kuning emas. Celananya juga hitam dan punya lilitan kain emas. Di pinggangnya terselip s

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-21
  • Pendekar Kera Sakti   481. Part 10

    Datuk Marah Gadai menggeram ketika melihat Cadaspati menyeringai bagai mengejek kekuatannya."Jahanam kau! Rupanya kau sudah bosan bernapas. Cadaspati! Tak ada waktu lagi untuk bermain-main denganmu! Sekaranglah saatnya kucabut nyawamu! Hiaaat...!"Datuk Marah Gadai menyentakkan kaki kanannya ke depan dengan satu tendangan miring. Dari telapak kakinya berkelebat sinar putih keperakan yang melesat ke arah Cadaspati. Sinar putih keperakan itu segera dihindari oleh Cadaspati dengan satu lompatan ke atas. Dan bersamaan dengan itu, Cadaspati mengibaskan tangannya bagai merobek angin.Wuuusss...!Lima berkas sinar meluncur dari kuku-kuku tangan kanan Cadaspati. Sinar merah api itu begitu cepat menerjang tubuh Datuk Marah Gadai.Segera orang berpakaian hitam itu berguling-guling ke samping dan akhirnya melesat bangkit dalam satu hentakan tangan kuat.Kelima sinar merah api itu masuk ke dalam telaga hingga airnya berguncang hebat. Sebagian air ada y

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-21
  • Pendekar Kera Sakti   482. Part 11

    Pada saat itu, Baraka melepaskan ilmu 'Menyadap Jiwa' dari tubuh Cadaspati.Kini keadaan Cadaspati menjadi dirinya sendiri. Dan ia terkejut menyadari sudah terbaring di bawah pohon dengan dada sakit dan tulang punggung bagai mau patah."Apa yang kualami tadi?" Pikir Cadaspati. la berusaha untuk bangkit. Pelan-pelan ia bangkit dan menyeringai menahan sakit. Melihat keadaan Cadaspati mulai rapuh, Datuk Marah Gadai pun segera memanfaatkan dengan melancarkan pukulan bertenaga dalam yang lebih besar lagi."Hiaaat...!"Tangan kanan disentakkan ke depan dengan otot lengannya mengeras. Pukulan itu mempunyai gelombang panas yang mampu membakar kulit pohon.Cadaspati segera menghadang pukulan itu dengan sentakkan tangan kirinya. Namun, agaknya kekuatan tangan itu tidak sebanding, sehingga pukulan hawa panas itu menerjang telapak tangan kiri Cadaspati.Tangan itu menjadi memar membiru, berkesan hangus sampai di bagian ketiak dan dada sebelah k

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-22
  • Pendekar Kera Sakti   483. Part 12

    Sekali lagi Baraka membatin. "Iya. Kurasakan agak berat waktu ilmu 'Menyadap Jiwa' masuk ke raganya. Bagian belakang pakaiannya yang mirip jubah itu sepertinya mempunyai kantong untuk menyimpan Guci Air Mata Malaikat. Atau mungkinkah benda lain yang tak berharga yang ada di kantong jubah belakangnya itu?"Datuk Marah Gadai mengambil sikap siap menyerang. Kedua tangannya mulai dinaikkan sebatas dada. Tapi Peramal Pikun masih tetap tenang dan cengar-cengir saja."Peramal Pikun, terpaksa kau juga perlu kukirim ke neraka karena membela adikmu yang punya urusan denganku!""Tunggu, tunggu...," Peramal Pikun tetap kalem."Bukan soal ke neraka yang kupikirkan, tapi kesia-siaan pertarungan ini yang kupertimbangkan. Sebab menurut ramalanku, Pusaka Air Mata Malaikat itu tidak akan jatuh ke tangan siapa-siapa, kecuali ke tangan murid tunggalnya Setan Bodong.""Ramalanmu semakin tua semakin tak manjur!""Manjur atau tidak, tapi kenyataannya si m

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-22
  • Pendekar Kera Sakti   484. Part 13

    Broolll...! Wusss...!Tubuh Peramal Pikun bagai didorong kuat dan dijumpalitkan ke belakang. Mau tak mau manusia keriput berambut putih panjang itu bersalto satu kali. Belum sampai kakinya memijakkan tanah lagi, Datuk Marah Gadai telah kembali mengirimkan pukulan tenaga dalamnya dengan menyentakkan kedua tangannya ke depan.Wuuugh...!Angin besar melesat dari kedua tangan. Peramal Pikun segera menghentakkan tongkatnya ke depan dalam keadaan berdiri. Rupanya ia menahan pukulan Datuk Marah Gadai dengan tenaga dalam yang disalurkan melalui kepala tongkatnya yang berbentuk kepala burung garuda itu.Duub...!Dua tenaga dalam berilmu tinggi saling berbenturan di pertengahan jalan. Satu benturan itu mengakibatkan tubuh Datuk Marah Gadai tersentak ke belakang dan oleng ke kiri, lalu jatuh di atas kayu runcing."Aaauh...!"Datuk Marah Gadai memekik karena pantatnya tertusuk kayu runcing. la segera bangkit dan mencabut ranting kayu yang terbawa

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-22
  • Pendekar Kera Sakti   485. Perebutan Pusaka

    PERAMAL Pikun pergi dengan berkelebat bagaikan angin atau hantu siang hari. Baraka tidak peduli lagi dengan kepergian Peramal Pikun. Hasratnya untuk mandi begitu kuat, tak bisa ditahan lagi. Bahkan dalam hatinya ia berkata. "Siapa tahu habis mandi bisa bertemu dengan Hyun Jelita. Setidaknya bunga rindu di hati yang belum pernah bertemu ini akan terpupus habis."Baraka mulai meletakkan sulingnya. Baru saja ia mau membuka baju, tiba-tiba ia dikejutkan oleh suara orang berlari cepat ke arahnya. Baraka buru-buru merapatkan bajunya kembali dengan wajah celingak-celinguk penuh curiga.Dari kerumunan semak di seberang telaga, muncul sesosok tubuh berbaju merah dan bercelana hitam. Baraka menghempaskan napas dan menggeram jengkel dalam hatinya."Kau membuatku terkejut, Paman Giri!"Orang yang dipanggil sebagai Paman Giri itu tak lain adalah Pujangga Kramat, manusia yang tak pernah benar dalam bicaranya. Orang tersebut segera mendekati Baraka dan berkata dengan na

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-23

Bab terbaru

  • Pendekar Kera Sakti   1045. Part 3

    Sebuah senjata rahasia telah terselip di antara jemari Baraka. Citradani terperanjat dan segera menyadari apa sebenarnya yang dilakukan oleh Baraka. Ternyata Pendekar Kera Sakti baru saja menyelamatkan jiwa Citradani dari ancaman senjata rahasia yang dilemparkan oleh seseorang dari tempat yang tersembunyi. Senjata rahasia itu berupa sepotong bulu landak yang tajam dan beracun ganas. Jika tangan Baraka tidak menutup ujung bukit dada Citradani maka senjata rahasia itu yang akan menancap di sana. Tapi dengan gerakan tangan Baraka menutup ujung bukit dada Citradani, maka senjata rahasia itu hanya terselip di sela jari Baraka dan dijepit kuat agar tak menyentuh kulit dada gadis itu."Kau mengenal siapa pemilik senjata ini?" tanya Baraka."Tidak. Tapi aku melihat sekelebat bayangan lari ke sana. Aku akan mengejarnya!""Tunggu dulu, aku akan...."Wuuusss...!Citradani sudah melesat lebih dulu sebelum Baraka selesai bicara. Kecepatan gerakannya yang menyer

  • Pendekar Kera Sakti   1044. Part 2

    Brrug...!Jaraknya hanya empat langkah dari tempat Pendekar Kera Sakti berdiri. Kalau saja Baraka mau menyerangnya, itu bukan pekerjaan yang sulit. Tapi ternyata Baraka tidak mau memberikan serangan balasan. Ia hanya melangkah satu tindak lagi dan si gadis buru-buru bangkit dari kejatuhannya. Kuda-kuda terpasang lagi, mata semakin tajam, napas kian menderu."Tulangku terasa ngilu semua," pikir gadis itu. "Kekuatan apa yang ada pada senjata itu, sehingga tenaga dalamku menjadi berbalik menyerangku? Rupanya pemuda ini bukan manusia hutan sembarangan. Aku tak boleh menganggap remeh kepadanya. Hmmm... tapi ketampanannya membuat keberanianku sempat susut beberapa kali. Kurang ajar! Persetan dengan ketampanan itu. Aku harus bisa melupakannya kalau tak ingin mati di ujung senjatanya itu!""Tahan seranganmu, Nona," kata Baraka dengan kalem. "Aku bukan musuhmu. Toh aku telah melepaskanmu dan tak jadi menyantapmu," tambah Baraka karena ia yakin gadis itu jelmaan dari keli

  • Pendekar Kera Sakti   1043. IBLIS RAJA NAGA

    SEKELEBAT bayangan melintasi hutan di kaki bukit. Orang mengenal bukit itu dengan nama Bukit Mata Langit. Tak ada orang yang berani melintasi hutan di Bukit Mata Langit itu, karena mereka takut terperosok ke sebuah lubang yang amat dalam. Lubang itu tertutup oleh tanaman rambat sehingga tidak mudah diketahui oleh siapa pun. Tanaman rambat yang menutup rapat lubang tersebut seolah-olah berguna sebagai tanaman penjebak. Kelihatannya tempat itu datar dan bertanaman rambat biasa, tapi sebenarnya di bawah tanaman rambat itu terdapat lubang besar yang mengerikan. Lubang itu dikenal orang dengan nama Sumur Tembus Jagat.Hanya orang-orang yang tersesat saja yang berani masuk dan melintasi hutan Bukit Mata Langit itu. Salah satu orang yang tersesat adalah pemuda berpakaian keemasan. Pemuda itu mempunyai ketampanan menghebohkan kaum wanita. Di kedua pergelangan tangannya, tampak barisan gelang yang juga berwarna keemasan. Sebuah rajah naga emas melingkar juga tampak terlihat jelas dipu

  • Pendekar Kera Sakti   1042. Part 17

    Kini pedang emas sudah ada di tangan Baraka. Dan tubuh Rangka Cula yang terkena jurus 'Yudha' itu menjadi terpotong-potong dengan sendirinya setiap ruasnya, sampai terakhir kepalanya jatuh ke tanah dalam keadaan sudah tidak sempurna lagi.Brukk...!Tubuh Rangka Cula rubuh dalam keadaan paha dan lutut sudah terpisah. Dan itulah kehebatan jurus 'Yudha', yang menjadi satu dengan jurus 'Manggala', pemberian dari seorang ratu di alam gaib, yaitu Ratu Hyun Ayu Kartika Wangi."Baraka...! Kau berhasil...!" teriak Kirana dengan girangnya, ia segera memeluk Pendekar Kera Sakti yang sudah memegangi pedang emas bersama sarungnya. Yang lain pun tersenyum merasa lega bercampur kagum. Terutama Ratna Prawitasari, tak henti-hentinya ia tersenyum memandangi kehebatan Baraka, tak henti-hentinya ia terkesima memandangi ketampanan Baraka, hingga lupa berkedip sejak tadi.Namun, kegembiraan itu segera susut setelah mereka mendengar suara ringkik kuda. Mata mereka berpaling ke

  • Pendekar Kera Sakti   1041. Part 16

    "Memenggal dengan hanya melihat...!" gumam Nyai Cungkil Nyawa sambil merenung dalam kebimbangan."Jubah itu... pasti jubah itu yang membuatnya dapat begitu!"Pendekar Kera Sakti segera ikut bicara, "Apa kelemahan jubah itu, Nyai?""Kelemahannya...!" Nyai Cungkil Nyawa berpikir beberapa saat, kemudian menjawab, "Tidak ada kelemahannya! Kecuali jika jubah itu dilepas, baru orang itu menjadi lemah!""Kalau begitu, biarlah aku yang menghadapinya," kata Pendekar Kera Sakti dengari tegas dan mantap. Semua mata memandang ke arah Baraka, termasuk Ratna Prawitasari.Tiba-tiba terdengar suara menyahut, "Aku yang menghadapi!"Semua berpaling ke arah orang yang menyahut pembicaraan itu. Ternyata Rangka Cula sudah berdiri dalam jarak tujuh tombak dari tempat mereka. Nyai Cungkil Nyawa menggeram benci, ia ingin bergerak maju, tapi tangan Baraka menahannya dan berkata, "Mundurlah semua! Ini bagianku...!"Semua menuruti kata Baraka. Mereka mundur den

  • Pendekar Kera Sakti   1040. Part 15

    "Gandarwo! Sekarang giliran kau bertarung melawanku secara jantan! Serahkan jubah itu atau kulenyapkan nyawamu sekarang juga!"Gandarwo diam saja, tapi matanya memandang dan mulutnya menyeringaikan senyum. Dan tiba-tiba kepala Mandraloka jatuh sendiri dari lehernya bagai ada yang memenggalnya dalam gaib. Gandarwo tertawa terbahak-bahak, karena ia membayangkan kepala Mandraloka terpenggal, dan ternyata menjadi kenyataan.Tiba-tiba tubuh Gandarwo tersentak jatuh dari kuda karena punggungnya ada yang menendangnya dengan kuat. Gandarwo terguling-guling di tanah, dan begitu bangkit ternyata Marta Kumba sudah berdiri di depannya, pedangnya pun dicabut dengan cepat.Gandarwo menggeram dengan pancaran mata kemarahannya, "Kau juga ingin memiliki jubah ini, Anak Dungu!""Ya! Untuk kekasihku, aku harus bertarung melawanmu!""Kasihan...!""Uhg...!" Marta Kumba tiba-tiba menghujamkan pedangnya sendiri ke perutnya dengan sentakan kuat.Gandarwo mem

  • Pendekar Kera Sakti   1039. Part 14

    "Ha ha ha ha...! Kalau sudah begini, siapa yang akan melawanku? Siapa yang akan mengalahkan Gandarwo, hah! Huah ha ha...! O, ya... aku akan membuat nama baru! Bukan Gandarwo lagi namaku! Biar wajahku angker menurut orang-orang, tapi aku punya jubah keramat begini, aku menjadi seperti malaikat! Hah...! Tak salah kalau aku memakai nama Malaikat Jubah Keramat! Ya... itu nama yang cocok untukku! Malaikat Jubah Keramat! Huah ha ha ha...!"Clapp...!Seekor kuda muncul di depan Gandarwo. Karena ia memang membayangkan seekor kuda yang akan dipakainya mengelilingi dunia persilatan dan mengalahkan jago-jago silat dari mana saja. Sesuai dengan apa yang ada dalam bayangan pikirannya, kuda itu adalah kuda jantan berbulu hitam yang kekar, dengan pelana indah berlapis emas pada tepian pelananya.Gandarwo naik di atas punggung kuda dengan gagahnya. Tapi pada saat itu, dua pasang mata ternyata sedang memperhatikan dari kejauhan. Dua pasang mata itu adalah milik Ratna Prawitasari

  • Pendekar Kera Sakti   1038. Part 13

    Crakk...!Ujung-ujung tombak itu mengenai lantai marmer, dan sebagian lantai ada yang gompal. Tetapi tubuh Gandarwo selamat dari hujaman tombak-tombak itu. Kalau ia tak cepat bergerak dan berguling ke depan, matilah ia saat itu juga."Jebakan!" ucap Gandarwo sambil matanya membelalak tapi mulutnya menyunggingkan senyum kegirangan."Pasti ini jebakan buat orang yang tak hati-hati dalam perjalanannya menuju makam itu! Ah, tak salah dugaanku! Pasti ini jalan menuju makam Prabu Indrabayu!"Semakin beringas girang wajah Gandarwo yang angker. Semakin banyak ia menghadapi jebakan-jebakan di situ, dan masing-masing jebakan dapat dilaluinya, sampai ia tiba di jalanan bertangga yang arahnya menurun. Setiap langkah sekarang diperhitungkan betul oleh Gandarwo. Tangga yang menurun berkelok-kelok itu tidak menutup kemungkinan akan ada jebakannya pula.Ternyata benar. Salah satu anak tangga yang diinjak membuat dinding lorong menyemburkan asap hitam. Gandarwo bur

  • Pendekar Kera Sakti   1037. Part 12

    "Aku tidak membawa almari! Untuk apa aku bawa-bawa almari!"Nyai Cungkil Nyawa berteriak jengkel, "Kataku, mau apa kau kemari!""Ooo... mau apa kemari?" Hantu Laut nyengir sambil menahan sakit. Nyai Cungkil Nyawa tidak tahu bahwa Hantu Laut adalah orang yang agak tuli, karena dulunya ketika ikut Kapal Neraka, dan menjadi anak buah Tapak Baja, ia sering digampar dan dipukul bagian telinganya, jadi sampai sekarang masih rada budek. (Baca serial Pendekar Kera Sakti dalam episode: "Tombak Kematian")."Aku ke sini tidak sengaja, Nek. Tujuanku cuma mau cari orang yang bernama Baraka! Dia harus segera pergi mengikutiku, karena aku mendapat perintah untuk menghubungi dia dari kekasihnya, bahwa....""Nanti dulu jangan cerita banyak-banyak dulu...!" potong Nyai Cungkil Nyawa, "Apakah kau teman Baraka?""Aku anak buahnya Baraka! Aku diutus oleh Gusti Mahkota Sejati Ratu Ayu Sejagat untuk menyusul dia, sebab akan diadakan peresmian istana yang sudah selesai di

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status