Semua Bab Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan: Bab 101 - Bab 110

164 Bab

101. Kesibukan Syakila

Hari demi hari berlalu. Syakila masih disibukkan dengan kegiatan barunya menemani Maharani di rumah sakit. Sesekali ia bahkan menginap di sana, mengabaikan Devan dan Aira yang terkadang merengek meminta ditemani."Mommy ... Nanti Aira minta dibacakan dongeng sebelum tidur, ya. Sudah lama Mommy tidak membacakannya untuk Aira," rengek Aira saat makan malam."Maaf, Sayang. Lain kali saja ya. Malam ini Mommy harus menjaga Bude Rani lagi di rumah sakit."Aira berubah murung. Nasi yang masih separuh di piringnya ia tinggalkan begitu saja, berlalu ke kamarnya."Aira ... Nak," panggilan dari Syakila tak diresponnya. Ia terus berjalan melampiaskan kekecewaannya."Sayang, tidak bisa kah cukup dokter dan beberapa perawat yang menjaga Tante Rani? Kau juga perlu memperhatikan dirimu dan Aira," tegur Devan."Tidak bisa, Mas. Kasus ini belum selesai. Ray bisa saja berkeliaran dan melakukan hal buruk pada Kak Rani. Aku tidak mau hal itu sampai terjadi," sahut Syakila."Tapi sudah banyak polisi juga y
Baca selengkapnya

102. Penolakan Aira

"Ada apa, Nak?" tanya Amber."Ah, tidak, Oma. Ini Mas Devan kirim pesan," kilah Syakila berpura-pura bersikap biasa."Owh, mungkin dia kangen sama kamu. Pulanglah dulu, Sayang. Barangkali suamimu sedang membutuhkan kamu," ujar Amber."Iya, sebentar lagi Parveen pulang, kok." Syakila berusaha mengukir senyum menutupi kegelisahannya."Bagaimana kalau kita bersama-sama ke rumahmu? Opa dan Oma mu juga sudah lama tidak berkunjung ke sana.""Ide yang bagus." Amber ikut menimpali."Emmmm, boleh deh." Syakila menyerah. Istri dari Devan itu memutuskan untuk pulang sejenak, sekaligus mengecek kebenaran foto yang baru saja ia lihat.Namun tiba-tiba ...Dertt. Derrtt!Sebuah panggilan dari pengacara berhasil menghentikan langkah Syakila."Ya, halo ..." Sapanya pada si penelpon."Bagaimana, Nona? Apakah Anda jadi datang ke kantor polisi sekarang?" sahut kuasa hukumnya."Eum ... Jadi, Pak. Tapi sepertinya akan datang terlambat, mendadak saya ada urusan penting.""Baik, kalau begitu saya tunggu di k
Baca selengkapnya

103. Masalah Baru

Dengan tingkah congkak seraya tersenyum miring, Renata yang masih menggendong Aira berjalan melewati Syakila yang mematung. Pundaknya sengaja disenggol oleh Renata untuk menunjukkan bahwa Syakila tidak ada apa-apanya dibandingkan dirinya.Ingin rasanya Syakila menangis, tetapi dia sudah bertekad untuk tidak menjadi cengeng lagi. Dia adalah wanita kuat yang akan menghadapi ujian apapun yang menerpa.Memejamkan matanya sejenak, Syakila menghirup udara panjang dan menghembuskannya perlahan, lalu meneruskan langkah ke ruang tamu."Opa, Oma, Ibu, sepertinya aku tinggal sebentar, ya. Ada urusan penting." Syakila sengaja langsung berpamitan karena tak ingin bersedih dengan perlakuan putrinya barusan."Kamu baru pulang, Nak. Memangnya penting sekali?" tanya Sukoco seakan keberatan."Iya, Bu. Aku harus ke kantor polisi supaya masalah Kak Maharani cepat selesai," jawab Syakila."Oh masih tentang hal itu. Ya sudah, jangan terlalu fokus. Kamu juga perlu memikirkan keluarga," lanjut mertuanya meng
Baca selengkapnya

104.

"Astaghfirullah!" Jantung Syakila seakan hampir keluar dari dadanya. Denyutnya semakin kencang seiring ketukan pada kaca mobilnya yang bersahutan. "Nona, apa kau baik-baik saja." "Hai, keluarlah." Beberapa teriakan dan ketukan membuat Syakila terkesiap. Masih memegang dadanya yang kaget Syakila kemudian membuka pintu mobilnya perlahan. "Apa yang terjadi?" lirihnya. "Apa Nona tidak apa-apa? Mobilmu menabrak trotoar," terang salah satu warga. "Astaghfirullah, pantas saya seperti merasa ada benturan. Alhamdulillah saya baik-baik saja, Pak," ujar Syakila sembari melirik bodi mobil depannya yang rusak. "Syukurlah kalau begitu. Sebaiknya Nona istirahat saja dulu sebelum kembali melakukan perjalanan." Seseorang yang lainnya ikut mengingatkan. "Saya memang sedang mencari restoran, Pak. Tempatnya sudah tidak terlalu jauh dari sini," timpal Syakila. "Kalau begitu mobilnya dibawa ke bengkel saja di dekat sini. Nanti Nona cari restoran yang dekat. Takutnya kalau dipaksa jalan,
Baca selengkapnya

105. Fitnah

Hari sudah sore ketika Syakila sampai di halaman rumah keluarga Sukoco. Pikirannya sedikit lebih baik setelah bercerita banyak hal pada Nita.Apa yang dikatakan oleh sahabatnya itu memang benar. Selama ini setiap permasalahan yang ia hadapi tidak pernah tuntas. Khususnya pada keluarga Kamil. Untuk itu terlebih dahulu ia akan menyelesaikan satu persatu masalahnya dengan anggota keluarga itu agar beban pikirannya tidak menumpuk.Terutama dengan Jasmin yang sudah terang-terangan mengibarkan bendera perang padanya melalui Dion."Assalamualaikum," ucap Syakila memasuki rumahnya.Sepi. Tak ada sahutan yang menjawab salamnya.Rasa lelah membuatnya tak ingin ambil pusing. Segera dirinya berjalan ke arah kamarnya. Biasanya jam segini suaminya sudah pulang. Syakila sudah tidak sabar ingin bertemu dengan lelaki halalnya.Benar saja ketika memasuki kamar, Devan sudah duduk santai di sofa panjang dekat dengan balkon.Syakila mengukir senyum lalu mendekat. "Assalamualaikum, Mas," sapanya."Wa'alaik
Baca selengkapnya

106

'Kenapa semua jadi seperti ini? Kenapa mudah sekali mereka membuang kepercayaan padaku? Apakah secepat ini rumah tanggaku akan hancur?' Hati Syakila menjerit pilu.Dia terus melangkah ke luar dengan telapak tangan yang terus mengusap kasar pipinya, menghilangkan jejak air mata yang tak hentinya berlomba untuk menetes.Sampai di depan mobilnya, Syakila menghirup udara sebanyak-banyaknya sembari terus menguatkan diri."Kamu kuat, Sya. Kamu pasti kuat. Please, air mata ... Berhentilah mengalir," gumamnya.Setelah merasa cukup kuat, wanita berkulit putih dengan rasa lelahnya bersiap memasuki mobil dan meninggalkan rumah yang beberapa bulan ia tempati. Akan tetapi sebuah panggilan beserta tepukan lembut dari belakang berhasil membuatnya berhenti."Ibu percaya padamu, Nak," tuturnya terdengar lembut.Syakila membalikkan badannya perlahan. Bu Sukoco sudah berdiri, tersenyum hangat dan mengangguk kecil.Seketika tubuh ringkih yang sudah kelelahan itu merengkuh kencang Bu Sukoco. Menumpahkan
Baca selengkapnya

107

"Kenapa menatapku seperti itu? Apa yang aku katakan benar, bukan?" ucap Syakila. "Kamu hanya wanita kedua di kehidupan Mas Devan. Aku yakin setelah bosan Mas Devan pasti akan mencampakkan mu. Jadi jangan sok berkuasa di sini. Aku sudah lebih dulu keluar masuk rumah ini dari pada kamu. Ngerti!" Mata Renata kembali melotot. "Keluar masuk, ya? Itu dulu 'kan sewaktu mommy kandung Aira masih hidup? Sekarang sudah berbeda. Kuharap kamu tahu diri dan tidak bertingkah. Aku bisa membuatmu tidak diijinkan menginjakkan kaki lagi di rumah ini selamanya." "Oh ya? Takut ... Ha ha ha." Renata tertawa sumbang membalas peringatan yang dilayangkan Syakila. Wanita berusia 23 tahun itu tidak sama sekali takut. "Kau boleh tertawa sepuas yang kamu mau sekarang, tetapi esok kau juga harus menyiapkan hati untuk kuat melihat keharmonisan keluarga kecilku," ujar Syakila. "Cih! Belum apa-apa aku sudah berhasil membuat Mas Devan membelaku di depanmu. Justru kamu yang harus bersiap-siap untuk diusir dari rum
Baca selengkapnya

108

Setelah menuntaskan hasratnya, Devan berlalu begitu saja meninggalkan Syakila dengan pilu yang mendera.Masih tanpa sehelai benang pun, Syakila menangis tanpa suara. Akan tetapi cairan bening itu tak hentinya mengalir begitu deras. Sakit jiwa raganya melebihi apa yang Kamil lakukan dulu padanya. Hatinya terkoyak. Harga dirinya tercabik. Dia ibarat sampah tak berguna yang telah selesai digunakan lalu dicampakkan begitu saja.***Keesokan harinya ...Syakila bersikap biasa saja di depan meja makan saat keluarga itu sarapan. Namun, mata sembabnya tak bisa menutupi betapa dia lelah menangis sepanjang malam.Renata yang menyadari hal itu tertawa puas dalam hati sembari mengumpat, 'Belum apa-apa sudah nangis sepanjang malam. Bagaimana kalau dia sudah dibuang Mas Devan? Dasar cengeng! Sok kuat!''Syakila kenapa matanya sembab, ya? Apa yang sudah terjadi.' Sukoco pun ikut membatin. Dipandanginya sang menantu yang sabar mengambil perhatian pada Devan dan Aira, meski diabaikan keduanya."Mas
Baca selengkapnya

109

"Oh ya? Syakila, Syakila ... Kamu pikir aku tidak tahu kalau kamu baru saja menangis sepanjang malam. Kamu pasti begitu khawatir dan ketakutan dengan keberadaanku di sini, bukan? Apalagi Aira langsung jatuh dalam genggamanku." Sembari bersedekap dada, Renata dengan sombongnya berkata seolah ia telah menang. "Aku, takut padamu?" Syakila menunjuk diri sendiri, memasang wajah polos dan lanjut berkata, "Memangnya kamu siapa? Hanya bibit pelakor yang sama sekali tidak penting bagiku." "Apa kamu bilang?!" Renata melotot pada Syakila dengan tangan terkepal ke bawah. "CALON PE-LA-KORRR, sayangnya akan gagal merebut Mas Devan dariku. Sudah jelas sekarang?" ujar Syakila menohok sengaja mengeja kata 'pelakor' dengan begitu jelasnya. "Kamu!" Renata geram. Dia menunjuk wajah Syakila dengan jari telunjuknya. "Kenapa?" balas Syakila tetap santai. "Cih! Sok kuat kamu. Jangan kamu pikir aku tidak tahu kalau rumah tanggamu saat ini tidak sedang baik-baik saja. Itu tandanya Mas Devan sudah mu
Baca selengkapnya

110

"Aira sayang, yuk sama Tante lagi. Bagaimana kalau kita cari makan di luar saja?" ucap Renata.Di tengah ketegangan yang mendera wanita itu begitu pandai memanfaatkan situasi.Tangis Aira pun mereda. Gadis cilik itu tampak berubah riang menyambut ajakan tantenya."Mau Tante. Yuk kita pergi," ucap Aira."Tante pesan taksi online dulu, ya. Kan Tante gak ada mobil di sini." Renata lalu mengambil ponsel miliknya di saku celana pendek yang ia kenakan."Pakai mobil Daddy saja, Tan," ujar Aira mulai masuk perangkap Renata."Aduh, Tante gak bisa pakai mobil itu, Sayang. Tante takut.""Kalau begitu ajak Daddy aja, ya.""Gak pa-pa, Sayang, gak usah. Kan Daddy kamu baru pulang, pasti masih capek." Renata berpura-pura menolak, padahal itu adalah tujuan utamanya."Daddy mau 'kan makan di luar?" Aira langsung bertanya pada Devan dengan muka memelasnya."Boleh. Kebetulan Daddy belum makan malam," jawab Devan sembari masih memandang Syakila penuh arti.Seketika lengkungan tipis tercipta di bibir Rena
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
910111213
...
17
DMCA.com Protection Status