Semua Bab Pesona Istri Sementara Tuan Muda : Bab 191 - Bab 200

419 Bab

191. Permintaan Queen

Sebuah kebahagiaan yang tidak bisa Ageng gambarkan saat membuka mata, orang yang dia cintai masih berada di sampingnya. Dipandanginya sejenak wajah polos sang istri yang masih terlelap, Ageng melabuhkan kecupan singkat di kening lalu memeluk tubuh sang istri lebih erat.“Geng!” Suara serak Queen yang merasa terganggu tidurnya oleh ulah Ageng.“Hmm?” Ageng mengusap punggung mulus Queen, seperti menidurkan anak bayi. Dia merasa bersalah karena telah mengganggu tidur Queen yang terlihat masih kelelahan.“Berangkat jam berapa?”Sebagai seorang istri, sebisa mungkin Queen ingin memberikan pelayanan terbaik untuk suaminya. Bukan hanya di atas ranjang, tetapi juga dalam urusan sehari-hari, meskipun Ageng tidak pernah menuntut hal itu.“Pagi, ada meeting dengan klien.” Terasa berat Ageng memberi jawaban, karena menyadarkannya jika kemesraan pagi ini hari segera berakhir.“OK!” Queen meregangkan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku, juga tulang-tulangnya yang rasanya pegal semua.Mungkin Queen
Baca selengkapnya

192. Bosan dan Jenuh

Mendapat laporan jika putrinya baru pulang saat dini hari, membuat Surya Wijaya merasakan kepalanya berdenyut nyeri. Surya Wijaya mengetuk pintu kamar putrinya sebelum masuk, meskipun belum dipersilahkan. Kamar remaja putri yang dihiasi beberapa poster-poster boy band asal Korea dan foto-foto bersama teman-temannya yang menempel di dinding. Tampak kosmetik dan parfum memenuhi meja riasnya. sementara itu di atas tempat tidur dihiasi bantal-bantal berwarna-warni dan beberapa boneka lucu.Victoria terlihat sedang rebahan dan asik memainkan ponselnya. Akhir pekan ini dia bermalas-malasan, menghabiskan waktu dengan mengscroll media sosialnya. Surya Wijaya melangkah menghampiri putri bungsunya, lalu duduk di tepian ranjang di dekat Victoria.“Dari mana semalam? Mengapa sampai larut baru pulang?” tanya Surya Wijaya berusaha tetap lembut di hadapan putri bungsunya meski sebenarnya sedang menahan amarah.“Main sama teman, Pa,” jawab Victoria sekenanya. Bukan hanya takut kalau ketahuan keluar b
Baca selengkapnya

193. Dia Papaku

Setelah bertemu secara tidak sengaja di super market, kini Queen dan Miranti sedang berada di salah satu kafe yang masih berada dalam satu gedung. Meski pernah beberapa tahun hidup di bawah atap yang sama, tetapi sejak dahulu memang keduanya tidak pernah akrab, bahkan perbincangan di antara mereka hanya akan berlangsung begitu singkat.Sejak awal Queen menunjukkan penolakan akan kehadiran Miranti dalam keluarganya. Dia menganggap perempuan yang saat ini di hadapannya adalah penyebab perpisahaan kedua orang tuanya. Sementara itu, Miranti menunjukkan sikap tidak peduli, yang penting dia bisa menikah dengan Eddy dan mendapatkan kehidupan yang layak.“Maaf, tante tidak sempat menjengukmu saat di rumah sakit.” Lirih Miranti berucap terdengar penuh penyesalan.Queen hanya mengangguk pelan, merasa tidak perlu menanggapi serius basa-basi dari Miranti. Toh kejadian itu sudah berlangsung lama. Bukan hanya dirinya sudah sembuh, tetapi dia juga sudah kembali bersama dengan Ageng.“Queen, kapan-ka
Baca selengkapnya

194. Kenyataan Pahit

“Sudah hampir tiga bulan papamu tidak datang lagi ke perusahaan.” Seingat Ageng tidak lama setelah dia mendatangi Eddy untuk mencari informasi keberadaan Queen, setelahnya Eddy tidak pernah lagi kembali perusahaan.Hati Queen mencelos saat mendengar kata ‘papamu’ dari mulut Ageng. Queen berusaha untuk menganggap wajar, karena dia sendiri pun tidak bisa dekat papa kandungnya sendiri, apalagi Ageng yang yang berstatus hanya menantu. Namun rasanya seperti tidak adil karena selama ini Queen selalu menganggap kedua orang tua dan juga saudara Ageng sebagai keluarganya sendiri, dan juga sangat menghormati mereka.“Apa yang terjadi? Papa sakit?” Bibir Queen bergetar seolah tidak siap untuk mendengar kabar buruk tentang papanya.Ageng menghela napas panjang, memilah dan milih kata untuk memberi jawaban yang paling tepat atas pertanyaan istrinya."Papamu ... dia mengalami stroke. Dia tidak bisa memimpin perusahaan lagi."Dunia Queen seakan runtuh. "Apa? Kenapa kau tidak memberitahuku?" Queen be
Baca selengkapnya

195. Fakta Baru

Queen mencium kening sang papa. Entah, kapan terakhir kalinya mereka bisa sedekat ini, Queen sudah lupa."Selamat malam, Papa," bisik Queen sebelum beranjak pergi. Miranti mengikutinya keluar kamar, menutup pintu perlahan.Seharusnya Queen mendengarkan ucapan Ageng. Kedatangannya malam ini terasa sia-sia dan hanya menyisakan luka. Dia tetap tidak bisa berbicara dengan sang papa yang saat ini sedang istirahat. Bahkan Queen tidak melihat adanya lelehan air mata dari sudut mata Eddy saat dia tinggalkan tadi.Di ruang tamu, Ageng menunggu dengan sabar. Queen berjalan menghampirinya, matanya masih merah dan basah. Tanpa berkata-kata, Ageng merangkul Queen, memberikan kekuatan dalam diam. Mereka meninggalkan rumah itu, membawa beban perasaan yang begitu berat.Selama perjalanan Queen hanya diam dengan tatap mata nanar keluar. Belum pernah Ageng melihat Queen sesedih ini. Ageng sama sekali tidak menduga jika dalam diamnya selama ini, ternyata Queen sangat menyayangi sang papa, atau mungkin l
Baca selengkapnya

196. Penolakan Queen

Eddy duduk di kursi roda, sinar matahari pagi menyinari wajahnya yang terlihat lebih tua dan penuh lelah. Semilir angin membawa aroma bunga dari taman di sekitar mereka. Di sampingnya, Queen duduk dengan tatapan penuh kekhawatiran.“Papa kehabisan modal lagi,” ucap Eddy dengan kepala yang tertunduk begitu dalam karena mau. Kata demi kata yang lirih terdengar hampir tertelan oleh suara burung yang berkicau dan gemericik air terjun buatan.Queen menatap ayahnya dengan prihatin. “Aku ingat, Kak Rey pernah mengajukan pinjaman ke aku.”Queen mengingat beberapa peristiwa yang telah berlalu. Mencoba merangkai benang merah kejadian demi kejadian.Eddy menggelengkan kepala, matanya nanar mengingat Rey. “Anak itu… yang ada dipikirannya hanya uang saja.”Eddy menghela napas panjang, terlihat jelas rasa putus asa di wajahnya. Rey, putra sulung yang dia harapkan mampu melanjutkan dan membesarkan perusahaan yang dia rintis sejak muda, justru menjadi orang yang perlahan-lahan menghancurkan impiannya
Baca selengkapnya

197. Pemilik Baru Perusahaan

Ageng tertegun. Dia tidak menyangka Queen akan bertanya hal itu kepadanya. "Queen, itu bukan seperti yang kamu pikirkan. Aku hanya ingin membantu keluargamu. Perusahaan itu hampir bangkrut, dan ….""Tidak, Ageng," potong Queen. "Papa bilang kamu mengancamnya. Dia dipaksa menyerahkan perusahaan itu. Apa benar begitu?"Ageng menelan ludah, wajahnya berubah serius. Pertanyaan yang baru saja terlontar dari mulut Queen layaknya tusukan dari belakang yang dilakukan oleh Eddy. Setelah semua bantuan yang dia berikan, lelaki yang tidak lain adalah mertuanya sendiri justru memfitnahnya dengan begitu keji.“Untung cinta pada anaknya, kalau tidak … sudah aku tuntut dengan pasal perbuatan tidak menyenangkan,” gumam Ageng dalam hati, menahan amarah kepada Eddy. “Sudah dalam keadaan sakit, masih belum sadar juga kesalahannya,” sambungnya sambil menggelengkan kepala.Di tatapnya wajah tegas Queen yang bercampur dengan semburat amarah, justru tampak sangat menggemaskan bagi Ageng. Tetapi bukan berarti
Baca selengkapnya

198. Kemarahan Rey

Queen mengangkat wajahnya, terkejut. “Apa? Bagaimana bisa?”Queen tidak percaya begitu saja dengan kata demi kata yang baru saja terlontar dari mulut Ageng. Karena dia merasa tidak pernah menorehkan tanda tangan apa pun yang berhubungan dengan perusahaan papanya. Lalu bagaimana mungkin dirinya adalah pemilik baru perusahaan milik papanya.“Untuk lebih meyakinkanmu tentu aku tidak bisa hanya memberi penjelasan dengan kata-kata, mungkin aku harus mengajak Cyrus agar kamu lebih percaya.”“Cyrus?” Pertanyaan yang bodoh. Tentu saja Cyrus, dia bukan hanya sahabat tetapi juga pengacara bagi Wardana Group dan keluarga Wardana.“Ya, dia yang mengurus semua permasalahan hukum perusahaanmu.” Tidak ada yang perlu disembunyikan lagi di hadapan Queen, Ageng pun menyebutnya dengan ‘perusahaanmu’.Queen masih tetap tidak percaya dengan ucapan Ageng, ditatapnya dengan saksama wajah tampan di hadapannya, mencoba untuk mencari kebohongan di sana. Bingung, wajah tenang itu justru membuatnya semakin terta
Baca selengkapnya

199. Penyelidikan Laras

“Aku hanya melakukan tugasku, papa sedang sakit dan tidak bisa memimpin perusahaan. Jadi ….”“Apa? Kau akan menggantikan papa?” sergah Rey sambil melangkah mendekati Queen dengan wajah yang merah padam. "Kau tidak berhak. Aku yang lebih pantas memimpin perusahaan ini. Kau hanya muncul ketika semuanya hampir selesai."Queen mengalihkan pandanga ke arah Cyrus, dia merasa enggan untuk berdebat dengan sang kakak yang sedang dikuasai oleh amarah. Pembicaraan mereka pasti tidak akan ada titik temunya. Queen hanya tidak ingin jika akhirnya dia mengeluarkan kata-kata yang akan disesali di kemudian hari.Mungkin seandainya yang dihadapi saat ini adalah orang lain, tentu Queen akan bisa berbicara dengan lebih lepas. Tetapi saat ini yang dia hadapi adalah kakaknya sendiri, sosokyang seharusnya berbagi kasih sayang dalam segala keadaan.Cyrus melangkah maju, mengambil alih situasi. "Maaf Pak Rey, sekali lagi saya tegaskan jika kedatangan Bu Queen ke sini adalah sebagai pemilik perusahaan, dan mu
Baca selengkapnya

200. Tekad Laras

Laras duduk di bangku taman, matanya terpaku pada bunga-bunga yang bermekaran. Pikirannya melanglang buana, terperangkap antara rasa sesal dan kecewa yang mendalam. Sejak tadi Selo Ardi masih setia berada di hadapannya, menyampaikan hasil penyelidikannya dengan suara tenang."Sampai sebanyak ini dia memberikan uang untuk Rahma?" Laras menggelengkan kepala tidak percaya dengan laporan yang dibacanya."Dan sepertinya tidak sebanding dengan hasil yang diharapkan," Selo menambahkan, matanya menatap langsung pada Laras, seakan mencari reaksi."Menurutmu mengapa dia sampai melakukan hal selicik ini?" tanya Laras, suaranya mengandung keputusasaan yang ia coba sembunyikan."Jika tujuannya untuk menghancurkan Wardana Group, saya rasa apa yang dia lakukan sangat bertele-tele dan tidak efektif," jawab Selo dengan nada datar.Laras menarik napas dalam-dalam, mencoba memahami situasi yang semakin rumit. "Jadi, menurutmu dia melakukan ini memang untuk merusak rumah tangga Arum?""Mengingat masa lal
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1819202122
...
42
DMCA.com Protection Status