Senin pagi ini seperti biasa, Malik berangkat lebih pagi karena ada upacara rutin hari Senin. Namun, karena agak buru-buru, Pak Ridwan meminta Malik dan Isha untuk membawa mobil mereka itu. Karena ditinggal pun tak ada yang memakai mobil itu.“Bawa saja mobilnya, Mal. Bapak masih ada yang lainya.” Pak Ridwan meminta Malik membawa mobil itu ke kontrakan.“Tapi di sana belum ada tempatnya, Pak.” Malik mencoba mengelak dengan senyum masam.Sejujurnya malu karena diberi hadiah semewah itu, padahal dia tidak melakukan banyak hal untuk keluarga ini. Bisa menjadi suami Isha dan diterima dengan baik oleh keluarga ini saja sudah merupakan hal yang luar biasa baginya.Terlebih setelah pernikahannya dengan Isha berjalan dengan baik-baik saja, semakin bisa berkompromi satu sama lain dengan baik. Isha yang biasanya keras kepala, belakangan lebih sering mengalah, sebagaimana Malik yang selalu mengalah padanya. Apalagi ketika malam itu, keduanya lantas menyempurnakan pernikahan mereka setelah sekian
Baca selengkapnya