Semua Bab YOU COMPLETED ME: Bab 81 - Bab 90

92 Bab

77: BADAI LAGI

Mendengar penuturan jujur Isha, Malik menatap istrinya itu dengan sorot mata tak percaya. Bagaimana mungkin ternyata gadis dalam pelukannya ini sudah menyukainya sejak remaja juga? Bahkan bermimpi menjadi istrinya? Tidakkah ini sebuah skenario Tuhan yang sangat luar biasa?Tanpa sadar Malik mengeratkan pelukannya.“Tidakkah kamu menyadari bahwa Tuhan sudah mengabulkan impian-impian polos kita di masa lalu?” Malik bertanya puitis.“Ya. Tuhan selalu baik sama kita.” Isha menjawab lirih.“Apakah kamu tahu betapa bersyukurnya aku memiliki istri secantik kamu?” Malik kembali merayu, membuat Isha tersipu. “Jadi apakah kamu akan mengatakan bagaimana kamu bisa pernah dekat dengan Rendra?” tanya Malik.“Benar Abang mau tahu?” tanya Isha tak yakin.Malik mengangguk yakin. Dan Isha mulai berkisah. Jujur dan tak ada yang Isha sembunyikan sama sekali karena memang Isha sudah berkomitmen dalam hati bahwa dia akan ikut menjaga dan mempertahankan pernikahan ini. Tetap bersikap jujur dan terbuka, baik
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-07
Baca selengkapnya

78: LELAKI ITU

Melihat Malik terdiam, Isha menyudahi pekerjaannya dan mendekati suaminya itu. Pasti ada sesuatu yang membuatnya terdiam.“Ada apa, Bang?” tanya Isha memegang lengan Malik dengan lembut.Malik menatap Isha dengan berbagai perasaan yang tak bisa diungkapkan. Bagaimana mungkin yang ada di dalam ingatannya hanya Isha? Bukannya mereka hanya baru pada tahap pendekatan ketika itu?“Bang?” Isha memanggil ulang Malik yang tidak menjawab pertanyaannya dan malah melamun.“Eh, ya? Ada apa, Sayang?” Malik tergagap.“Aku nanya, ada apa dengan Rendra? Kok Abang jadi terdiam begini setelah telepon?” tanya Isha dengan pelan, seolah menuntun Malik agar kembali sadar dari lamunannya.“Ini, Doni barusan telepon. Katanya semalam Rendra kecelakaan,” jawab Malik.“Innalillahi. Lalu bagaimana keadaannya?” tanya Isha juga terkejut.“Secara keseluruhan dia tidak terlalu parah. Hanya saja otaknya sedikit bermasalah,” ujar Malik menatap Isha.Isha yang ditatap seperti itu ikut heran.“Otaknya Rendra yang bermas
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-07
Baca selengkapnya

79: BARISAN PARA MANTAN

Beberapa jam sebelumnya ….Pulang sekolah kali ini cuaca cukup panas. Malik kebetulan memang tidak ada jadwal les anak-anak. Namun panasnya cuaca menjadi tak terasa ketika Malik tiba di rumah dan disambut dengan senyum manis Isha.“Abang sudah pulang?” tanya Isha dengan manis.Malik mengangguk.“Iya. Kebetulan nggak ada les, kan?” Malik menjawab sambil meletakkan sepatunya di rak yang ada di teras.Isha mengambil tas yang digendong Malik dan membawanya ke dalam, mengekor langkah suaminya itu.“Abang mau makan sekarang apa sembahyang dulu?” tanya Isha setelah meletakkan tas itu di meja kerja Malik.“Aku sholat dulu. Mau jamaah?” tawar Malik.Isha menggeleng. “Aku sudah tadi.”Malik tersenyum kemudian mengacak kepala Isha dengan lembut. “Tetaplah seperti itu. Sembahyang tepat waktu,” ujar Malik dengan senyumnya yang lembut.Isha hanya mengangguk.Kehidupan mereka belakangan memang terlihat stabil tak ada riak yang berarti. Malik dan Isha sama-sama saling menghargai satu sama lain. Bahka
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-07
Baca selengkapnya

80: KARMA

Tanpa kata, Isha yang gemetar dan jantung yang berdetak kencang oleh amarah sekaligus kecewa dan sakit hati, dia bergegas meninggalkan ruang rawat inap dimana Rendra dirawat. Malik yang kebingungan dengan sikap Isha, bergegas meninggalkan ruangan itu untuk mengejar Isha.“Sha! Isha tunggu, Isha!” panggil Malik yang kemudian berlari untuk menjangkau Isha yang seolah tak mempedulikan panggilan Malik.Ketika akhirnya Malik bisa menjangkau tangan Isha, dia memaksa Isha berhenti. Namun, saat Malik melihat raut muka Isha yang berlumur air mata, runtuh sudah hati Malik. Rasa bersalahnya menjadi-jadi karena merasa sudah membuat Isha bersedih, meskipun dia belum tahu apa yang membuat istrinya itu sedih.“Hei, Sayang? Ada apa? Mengapa pergi dan menangis?” tanya Malik dengan lembut sambil mengusap air mata di pipi Isha.“Aku mau pulang,” jawab Isha tak peduli bahwa mereka bahkan belum menjenguk Rendra.“Nggak jadi menjenguk Rendra?” tanya Malik masih dengan lembut.Isha mengangguk dan menunduk.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-07
Baca selengkapnya

81: TENTANG MURAD

Isha sudah tidur sejak lepas isya tadi ketika Malik keluar dari kamar untuk ngobrol dengan Ridwan. Sepertinya sudah agak lama mereka tidak berbincang karena belakangan memang Malik dan Isha jarang pulang.“Tumben pulang bukan hari libur, Mal?” tanya Pak Ridwan yang sedang menikmati secangkir kopi hitam ditemani Rosminah.Malik tersenyum.“Iya, Pak. Belakangan Isha sering malas kalau diajak pulang. Katanya belum rindu sama rumah,” jawab Malik dengan senyum kecil.“Memang anak itu, ya?” gerutu Aminah membuat Pak Ridwan tersenyum.“Eh, Mal. Ibu lihat tadi dia sepertinya murung? Ada sesuatu, Mal? Apa kalian sedang bertengkar?” tanya Rosminah ketika tadi dia melihat wajah Isha sedikit murung ketika mereka tiba.Malik terkejut mendengar pertanyaan itu. Ya, memang diakui bahwa Isha sedikit murung karena memang tadi menangis di rumah sakit. Setahu Malik, karena dia melihat Rendra yang mungkin menimbulkan rasa marah dalam hatinya. Tapi tak mungkin Malik mengatakan hal ini karena ini menyangkut
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-07
Baca selengkapnya

82: TEKAD MURAD

Jujur, Malik kali ini memang merasa sangat cemburu dengan laki-laki yang ada di kamar rawat inap Rendra tadi sore. Malik sama sekali tak menduga bahwa yang membuat Isha demikian kolap dan marah serta sedih ternyata adalah Murad, bukannya Rendra.“Murad? Pacarmu di masa lalu itu?” tanya Malik ragu.Namun, anggukan Isha berhasil mengikis keraguan Malik. Kecemburuan Malik semakin menjadi kini.“Ada apa dengan Murad? Apakah dia menghubungi kamu? Mencarimu?” tanya Malik dengan bodohnya.“Tidak. Tapi dia ada di kota ini sekarang,” jawab Isha murung.“Ada di kota ini? Bagaimana kamu tahu kalau dia tidak menghubungimu?” Malik masih juga tak mengerti.“Karena aku melihatnya, Bang.”Malik semakin terpana mendengar jawaban Isha kali ini.“Melihatnya? Dimana?” Malik tersenyum, mencoba menganggap bahwa jawaban Isha hanya omong kosong belaka.“Di rumah sakit, di ruang rawat inap Rendra tadi sore.”Jleb!Jawaban Isha spontan membuat Malik semakin terkejut.“Di kamar Rendra? Apakah … apakah dia laki-
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-07
Baca selengkapnya

83: KEBERANIAN MURAD

Pagi ini, sesuai dengan tekadnya kemarin, bahwa dia akan tetap menemui Isha, apapun penerimaan perempuan itu. Ketika sarapan, Rendra kembali mengingatkan mengenai keinginan Murad itu.“Kamu yakin untuk tetap datang ke rumah Isha?” tanya Rendra.Murad menatap Rendra tanpa keraguan. Tekadnya sudah sangat bulat. Dia tak mau hidup dalam bayang-bayang dosa yang pernah dilakukannya di masa lalu. Dia ingin mendapatkan maaf dari Isha, menjelaskan semua mengapa dia tidak hadir di hari pernikahan mereka.“Ya. Aku yakin.” Murad menjawab mantap.Rendra tersenyum miris mendengar jawaban Murad.“Baiklah. Semoga kamu berhasil,” ujar Rendra mendoakan Murad.Namun, Rendra tak tahu doa ini sebuah ketulusan atau sebuah ejekan. Nyatanya dia berharap Murad akan dicaci maki oleh Isha, terlebih orang tuanya. Meskipun begitu, Rendra salut dengan tekad dan semangat Murad untuk memperbaiki kesalahan yang sudah dilakukannya, tidak seperti dirinya yang menjadi pengecut dengan menghindari Isha. Padahal hatinya be
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-07
Baca selengkapnya

84: DOWN

Pak Ridwan dan Bu Rosminah benar-benar terkejut melihat kedatangan Murad, laki-laki yang sudah mempermalukan keluarganya karena tidak datang pada hari pernikahannya dengan Isha.“Murad? Masih punya nyali dia untuk datang ke sini,” gumam Pak Ridwan dengan geram dan wajah yang sangar.“Tenang, Pak. Jangan terbawa emosi. Kita lihat dulu apa maksudnya datang kali ini,” jawab Bu Rosminah masih dengan suara rendah.“Hm.” Hanya itu jawab Pak Ridwan, menunjukkan betapa geramnya dia pada sosok Murad yang kini datang tanpa rasa bersalah itu.Sementara itu, Murad yang turun dari mobilnya sejenak bimbang. Apalagi ketika melihat reaksi kedua orang yang kebetulan sedang ada di teras itu. Tapi Murad tidak mungkin kabur begitu saja. Kemarin dia sudah bersikap pengecut, dan sekarang dia tak ingin menjadi pengecut untuk kedua kalinya di mata keluarga ini.“Selamat pagi, Pak, Bu,” sapa Murad dengan kikuk namun tetap menjaga kesantunannya.Bu Rosminah tersenyum canggung, sementara Pak Ridwan yang sejak m
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-07
Baca selengkapnya

85: PENGAKUAN

Malik sengaja mengajak Murad untuk sedikit menjauh dari posisi Isha dan Bu Rosminah yang menunggu Pak Ridwan keluar dari ruang ICU rumah sakit ini. Ketika tiba di koridor yang sedikit lengang, Malik menghentikan langkahnya.“Kita bicara di sini saja,” pinta Malik sambil mengajak Murad duduk di kursi panjang yang ada di koridor itu.Murad hanya mengangguk. Keduanya lantas duduk berjajar berdampingan dalam jarak yang tidak terlalu dekat.“Mungkin kamu sudah tahu siapa aku,” ujar Malik mengawali percakapannya dengan Murad.Terdengar Murad menghela napas panjang dan berat.“Ya. Aku mendengarnya dari Rendra, bahwa kamu adalah suami Isha.” Murad menjawab dengan nada murung yang tak bisa disembunyikan.Malik tersenyum masam mendengar jawaban Murad.“Ya. Suami pengganti kehadiranmu yang mangkir ketika itu,” tandas Malik seolah menegaskan kesalahan terbesar Murad pada Isha.Murad tersenyum getir.“Ya. Aku memang bodoh ketika itu. Memilih takut pada ancaman selingkuhanku daripada menikahi Isha.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-07
Baca selengkapnya

86: BEBAN

Bertemu dengan Isha?Malik spontan menoleh ke arah Murad dengan ekspresi aneh, seperti tak suka dan tidak setuju dengan permintaan Murad kali ini. Memangnya siapa dia sampai minta bertemu? Melihat perubahan ekspresi Malik yang shock itu, Murad buru-buru membenahi kalimatnya.“Aku hanya ingin bicara, tidak ingin melakukan apapun. Aku hanya ingin minta maaf, untuk yang terakhir kalinya. Jadi tolong jangan berpikir bahwa aku akan memintanya kembali padaku, karena aku tahu itu tak akan mungkin terkabul,” ujar Murad dengan cepat.Sungguh, dia nyeri ketika mengatakan bahwa dia tak akan meminta Isha kembali padanya, padahal jujur saja dia masih sangat mencintai Isha. Hanya saja mungkin cintanya sudah tidak berlaku lagi.“Dan aku tak akan membiarkanmu memintanya kembali jika kamu melakukannya,” ujar Malik dengan tegas penuh nada posesif.Murad tersenyum. Diam-diam dia salut dengan sikap yang diambil oleh Malik atas pernikahan dan cintanya. Laki-laki ini tegas menentukan sikap ketika ada bah
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-07
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status