Home / CEO / Bukan Istri Pilihan Ibumu / Chapter 131 - Chapter 140

All Chapters of Bukan Istri Pilihan Ibumu: Chapter 131 - Chapter 140

170 Chapters

Ingin Menikah dengan Alana

Danu memang bisa datang kapan saja untuk menjenguk Rehan yang sudah seperti anaknya sendiri. Tapi semua itu tentu harus ada batasannya. Dan menjamin hidup Alana serta Rehan, bukanlah merupakan kewajiban Danu.“Tidak! Kamu tidak perlu melakukan itu, Danu. Sampai saat ini aku masih bisa membiayai hidup kami. Meski aku tidak bekerja sekalipun,” sahut Alana.   Yang kemudian membuat kedua alis Danu saling bertaut heran.Alana yakin.  Saat ini dalam benak lelaki itu pasti sedang berkecamuk bingung. Mungkin Danu berpikir, darimana Alana bisa membiayai keluarganya padahal Alana sendiri tidak bekerja.“Tapi..” Danu hendak menyela.Gelengan tegas Alana membungkam bibirnya hingga kembali menutup rapat.“Tolong Danu. Aku tahu kamu baik. Tapi kamu tidak usah khawatirkan kehidupan kami,” kata Alana. Dan Danu berubah diam seribu bahasa. ‘Aku tidak  mungkin mengatakan jika Andra lah yang sudah menjamin biay
Read more

Andra Jatuh Sakit

Jantung Winarti serasa dipukul oleh sesuatu yang keras. Tubuhnya mendadak lunglai begitu mendengar kalimat yang baru saja keluar dari mulut Danu.Katanya dia ingin menikahi Alana? Bagaimana bisa? Padahal Winarti tahu sekali jika Alana sudah mulai membuka hatinya lagi untuk Andra. Dan Winarti juga tahu kalau Alana sama sekali tidak pernah mencintai Danu.Selama ini Danu hanya dianggap sebagai sahabat. Danu selalu datang sebagai Ayahnya Rehan. Tidak lebih.“Dan aku ingin meminta restu dari Ibu,” tutur Danu lagi. “Berkali-kali aku berusaha untuk melamar Alana dan menyatakan cintaku padanya. Tapi hasilnya selalu sama. Alana selalu menolakku dengan alasan kalau dia tidak pantas untukku. Percayalah, Bu. Aku mencintai Alana dengan sangat tulus. Bagiku dia adalah wanita yang sangat sempurna.  Aku tidak peduli dengan statusnya yang akan menjadi janda beranak dua. Aku tetap ingin menjadikan Alana sebagai istriku. Dan aku meminta restu Ibu..”Wi
Read more

Aku sudah Menyesal

Andra hanya terdiam. Ia memerhatikan Nita yang kemudian berbalik menuju kamar mandi. Mungkin Nita mau membersihkan lap bekas muntahannya.Tak berapa lama kemudian, Nita kembali lagi dan menarik kursi untuk duduk di samping ranjang Andra.“Mama bawakan makan malam untuk kamu. Setelah itu kamu minum obat,” ucap Nita sambil meraih piring berisi bubur yang tadi ia bawa. “Mau Mama suapi?” tawar Nita yang langsung dijawab Andra dengan menggelengkan kepalanya.“Aku bisa makan sendiri, Ma. Simpan saja dulu di atas nakas, Ma. Nanti pasti aku  makan. Mama jangan khawatir, aku juga akan meminum obatnya.”  “Tapi kamu masih lemas, Ndra.”“Ma.. Aku bisa makan sendiri nanti,” keukeuh Andra.Dan Nita hanya bisa menghembuskan napasnya pelan. Ia mengalah. Andra memang terkadang bisa sekeras kepala ini. Nita menaruh kembali piring itu di atas nakas seperti yang Andra pinta.Padahal Nita tahu jika
Read more

Tidak ada Salahnya Mencoba

Tapi Alana segera menahan kedua pundak Nita.“Tidak, Nyonya Nita. Jangan lakukan itu!” tolak Alana. Nita kembali berdiri. Kali ini matanya mengembun menatap Alana. “Ayo masuk  dulu. Kita duduk dan bicara di dalam!” Alana mempersilakan Nita untuk masuk ke dalam rumah sewanya. Mereka lantas duduk saling berseberangan. Nita melepas tas selempangnya dan meletakannya di sisi kiri.“Aku sudah mendengar dari Andra. Tentang kabar kematian Tuan Darma. Aku turut berduka cita untuk itu,” ucap Alana kembali membuka suara.Nita mengangguk. Sambil mengusap air matanya yang menetes di pipi. “Dia sempat meminta maaf sama kamu melalui Andra. Sebelum dia menutup mata untuk yang terakhir kalinya. Tuhan telah menghukum kami, Alana. Kami baru menyadari bahwa kami adalah orang tua yang sangat egois. Hanya demi kepuasan—semata, kami tega menghancurkan rumah tangga kalian.” Nita menunduk. Menyeka air
Read more

Rumah Om Baik

Alana mengangguk lalu ia menyunggingkan senyum kecilnya. Ya. Alana harus berusaha membujuk  Rehan.  Agar anak lelaki itu mau  ikut untuk menjenguk papanya.Winarti menurunkan tangannya dari pundak Alana. Ia membiarkan Alana melangkah masuk ke dalam kamar dan menghampiri Rehan yang sedang duduk di bibir ranjang, sambil menopang kedua pipinya dengan tangan.“Rehan..” Alana duduk di samping Rehan, lalu mulai menegurnya.“Kalau Mama mau minta Rehan untuk jenguk om itu ke rumahnya, lupakan saja Ma. Rehan tidak akan  mau!” sergah Rehan dengan cepat.Dan Alana meneguk ludahnya kasar. Rehan sudah lebih dulu menyampaikan penolakannya bahkan sebelum Alana selesai bicara.“Kata Nenek Nita, Papa kamu sedang sakit. Dia dirawat di rumahnya. Keadaannya sangat lemah, Rehan. Dan Nenek Nita mau agar kita datang ke sana untuk menjenguk Papa Andra,” ucap Alana. Tangannya mengusap punggung kecil milik Rehan.“Nen
Read more

Harus Kuat

“Baik, Nyonya.” Bik  Sumi berjalan tergopoh-gopoh dari dapur lantas segera menuju pintu  depan.Dibukanya pintu itu dengan lebar. Tapi kemudian Bik Sumi membeliakan matanya terkejut. Yang ada di hadapannya bukanlah orang laundry seperti yang Nita katakan. Melainkan Alana dan seorang bocah kecil yang wajahnya mirip dengan Andra.Alana menyunggingkan senyum tipisnya melihat reaksi terkejut yang ditunjukan oleh pembantunya Nita itu.“Berapa tagihannya, Bik?” tanya Nita berteriak dari ruang tengah.Bik Sumi tergugu. Dengan terbata, ia balas berteriak pada majikannya.“Engh, Anu Nyonya. Yang datang bukan orang laundry. Tapi Non Alana dan putranya.” Mendengar teriakan Bik Sumi, seketika Nita menegakan tubuhnya. “Apa? Alana? Jadi Alana dan Rehan benar-benar datang ke sini?!” pekik Nita tak percaya.Untuk memastikan, Nita segera berjalan cepat menuju ke pintu depan. Dan s
Read more

Akhirnya Panggil Papa

Rehan terdiam sebentar.  Melirik kearah Alana dengan wajah ragu.  Tapi Alana memberikan senyum manisnya seraya menganggukan kepala.Rehan akhirnya ikut mengangguk dan ia masuk ke dalam pelukan—Andra. Andra merengkuh tubuh Rehan dengan erat. Matanya sampai berkaca-kaca karena akhirnya salah satu keinginannya terwujud.Andra berhasil  memeluk  Rehan. Ia telah berhasil memeluk anak lelakinya. “Tolong panggil aku Papa, Rehan. Panggil aku dengan sebutan Papa!” pinta Andra tanpa melepaskan pelukannya.“Papa..” ucap Rehan. Dan mendengar itu membuat tangan Andra makin erat mendekap punggung Rehan.  Alana terenyuh melihatnya.  Ia bisa melihat mata Andra yang mengembun dan menitikkan air di sudut matanya. Alana merasa senang, karena pada akhirnya Rehan mau memanggil Andra dengan sebutan Papa.*** “Buburnya harum sekali, Non,” seru Bik Sumi sambil menghirup uap yan
Read more

Aku ingin Memelukmu

Kaki jenjang Alana sendiri sudah tiba di ambang pintu kamar Andra yang terbuka. Dan Alana menggeleng-gelengkan kepalanya begitu melihat Andra dan Rehan yang sedang bercanda.Terlihat Rehan sedang duduk  di samping ranjang Andra dan sebelah tangan Andra yang bebas dari selang infusan, kini menggelitiki badan bocah kecil itu hingga kegelian.“Kamu harus menerima serangan dari Papa ya, Rehan!”  seru Andra tak mau menghentikan tangannya yang jahil.“Papa, sudah. Ampuuun.” Rehan mengikik menahan geli.Alana menghembuskan napasnya pelan. Kemudian ia berdeham dengan cukup keras.“Ekhem!!” dan ternyata dehaman Alana itu sukses membuat Andra dan Rehan  menghentikan aksi mereka dan menatap pada Alana.“Sedang sakit? Tapi tidak mau istirahat? Malah sibuk menjahili anaknya sendiri. Terus bagaimana caranya kamu akan sembuh kalau seperti ini?”  tanya Alana dengan nada protesnya. Kakinya kembali melan
Read more

Aku Takut Kehilanganmu

“Kamu sudah selesai makan. Dan sekarang sudah waktunya untuk istirahat. Apa kamu tidak ingin sembuh, Andra? Lagipula aku mau turun ke bawah menyimpan mangkuk bubur bekasmu. Aku juga mau melihat Rehan.” Alana mencoba menjelaskan agar Andra mau mengurai dekapannya.Sayangnya Andra seperti tak berniat untuk melepaskan Alana sama sekali. Andra hanya mengedikan bahunya.  “Mangkuk bubur itu biarlah tetap di sana. Nanti biar Bik Sumi yang membereskannya. Dan soal Rehan.. kamu tidak akan melihat Rehan di lantai bawah, Alana. Karena aku sangat yakin sekali kalau saat ini Mama pasti sudah membawa Rehan ke kamarnya. Mama sudah mendekor sebuah kamar yang khusus untuk anak lelaki kita. Rehan pasti sedang asyik menikmati kamarnya saat ini. Jadi percuma juga kamu ke bawah. Lebih baik kamu di sini, bersamaku, tidur denganku?” seringai Andra dengan jahil.Merasa dekapan lelaki itu melonggar, membuat Alana bisa bangkit duduk dan memberikan jenti
Read more

Mantap untuk Bersama

“Oh iya. Aku lupa.  Kalau ada sesuatu yang ingin ku tunjukan padamu,”  ucap Andra yang langsung membuat kening Alana berkerut mendengarnya.“Sesuatu apa yang ingin kamu tunjukan?” tanya Alana dengan raut penasaran. Ia menurunkan kedua tangannya dari pipi Andra. Saat dilihatnya Andra malah menyunggingkan senyum penuh misterius. Bukannya menjawab, Andra malah hendak bergerak turun dari ranjangnya. Dan hal itu tentu saja membuat Alana terkejut.“Andra! Kamu mau pergi ke mana? Kenapa kamu turun dari tempat tidur?” tanya Alana menahan dada—Andra yang bidang agar tetap duduk di atas ranjang.Andra tersenyum. Ia menangkap tangan Alana yang menempel di dadanya sambil  mengelusnya pelan.“Kenapa kamu sekhawatir itu? Sudah aku bilang kalau aku mau menunjukan sesuatu padamu. Jadi aku harus turun dari tempat tidur. Karena sesuatu yang ingin ku tunjukan itu ada di luar sana,” ucap Andra seraya men
Read more
PREV
1
...
121314151617
DMCA.com Protection Status