Home / CEO / Bukan Istri Pilihan Ibumu / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of Bukan Istri Pilihan Ibumu: Chapter 141 - Chapter 150

170 Chapters

Kehangatan yang Kembali

“Wah, kamarnya bagus sekali, Nek!” Rehan berseru senang. Ketika tangan Nita membuka pintu kamar dan Rehan masuk lebih dulu ke dalamnya.Mata bulat milik Rehan berpendar ke sekeliling kamar. Menatap takjub dan senang. Kata Nita, kamar ini akan menjadi kamarnya.“Yang benar? Kamu suka dengan kamar ini, Rehan?” tanya Nita memegang kedua pundak Rehan dari belakang. Menyadarkan Rehan dari rasa takjubnya lantas bocah lelaki itu mendongkak pada Nita sambil mengangguk cepat.“Iya, Nek. Kamarnya bagus sekali. Rehan suka dengan gambar-gambar MARVEL yang ada di dinding itu. Terus ranjangnya juga nyaman. Kalau Rehan tidur di sini, pasti akan bangun kesiangan karena saking enaknya,” ucap Rehan mencoba mendudukan dirinya di samping ranjang sambil menggoyangkannya pelan.Nita terkekeh mendengar celotehan cucunya. Ia menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah Rehan yang menurutnya begitu lucu dan menggemaskan.“Rehan memang akan tidur di sini,” ucap Nita sambil ikut duduk di samping Rehan.
Read more

Cucu Kesayangan

Melihat wajah kesal Alana, Andra cepat menghentikan tawanya dan mengubahnya menjadi dehaman pelan. Ditatapnya Alana dengan menggigit bibirnya dan Andra melangkah mendekat.“Tapi kamu tetap terlihat cantik meski dengan iler di wajahmu, Alana. Dan aku selalu senang memandangimu,” goda Andra mengangkat sebelah tangannya kemudian mengelus pipi Alana.Tapi Alana diam saja. Ia hanya melipat kedua tangannya di depan—dada dan menatap Andra dengan sebelah alis yang terangkat.“Jangan marah! Aku hanya bercanda tadi. Aku tidak sungguh-sungguh menertawakanmu.  Bagiku, kamu adalah wanita paling cantik di dunia ini.” Andra mencubit kedua pipi Alana dengan gemas.Membuat Alana mengaduh dan balas mencubit tangan Andra.“Dasar perayu! Semoga saja saat besar nanti, Rehan tidak menjadi seorang pembual sepertimu!” kata Alana sambil menunjuk Andra.Andra terkekeh mendengarnya.“Sebenarnya kamu ini jadi mandi atau tid
Read more

Akan Menikah Lagi

Selama perjalanan, Rehan asyik bermain dengan memegangi robot Iron Man yang ada di kamarnya tadi. Andra yang menyuruh Rehan untuk membawa mainan apa saja yang Rehan suka dari kamar itu.Dan pilihan Rehan selalu jatuh pada robot Iron Man ini.Sedangkan Alana sendiri duduk di samping Andra. Sesekali ia dan Andra akan saling lirik kemudian saling melempar senyum manis satu sama lain. Rehan yang tak sengaja melihat itu dari kaca spion depan, kemudian tersenyum kecil.‘Sepertinya Mama memang sangat bahagia sekali bersama Papa. Benar apa yang dibilang oleh Nenek.  Kalau Mama dan Papa memang saling mencintai. Dan aku akan senang melihat senyum bahagia Mama,’ ucap Rehan dalam hatinya.Sambil menyetir, Andra melirik sebentar kearah jok belakang dan ia tersenyum melihat Rehan yang tampak kembali asyik bermain dengan robot mainannya. Kemudian Andra beralih menoleh kearah Alana sambil mencolek lengan wanita itu agar menatapnya.&ld
Read more

Sudah Kehilangan Alana

“Papa! Papa akan pulang? Papa kenapa tidak menginap di sini saja? ‘Kan kemarin Rehan dan Mama juga menginap di rumah Papa.” Rehan bertanya sambil mendongkakan kepalanya pada Andra.Setelah selesai makan siang, Andra menemani Rehan di kamarnya dan mereka baringan bersama di atas tempat tidur. Rehan meletakannya kepalanya di atas dada—Andra yang bidang dan lebar. Sementara Andra sendiri melipat kedua tangannya di bawah kepala sebagai bantal.Menjawab pertanyaan Rehan, Andra menggelengkan kepalanya.  “Papa tidak bisa menginap di sini, Rehan. Walaupun sebenarnya Papa juga ingin. Tapi tidak apa. Tidak akan lama lagi, kita akan tinggal bersama dan pindah ke rumah Papa. Jadi kita akan sering-sering bertemu setiap hari,” ucap Andra menggerakann sebelah tangannya untuk mengusap lengan Rehan.“Yah, padahal Rehan ingin sekali Papa menginap di sini. Tidur dengan Rehan dan Mama,”  seru Rehan dengan wajah cemberut. Kin
Read more

Kejutan Menyakitkan

“Mama tahu ‘kan, bagaimana sikap Rehan padaku? Dia selalu ceria saat melihatku. Atau pun saat berbicara denganku lewat telpon. Tapi sekarang aku merasa kehilangan semua itu. Karena beberapa hari ini, setiap kali aku menelpon Rehan, dia terlihat tak seantusias biasanya. Bahkan, kami akan berbincang-bincang sebentar saja. Dan kemarin aku mencoba menghubunginya lewat video call. Tapi aku sama sekali tidak melihat raut bersemangat dari wajahnya. Rehan tampak biasa saja. Dia hanya menyapaku beberapa saat. Kemudian kami akan mengakhiri percakapan kami,” papar Danu.“Dan aku merasa ada yang hilang dari Rehan. Dia tidak seperti Rehanku. Rehan yang aku kenal, selalu menanyakanku, selalu menceritakan tentang semua yang ia jalani hari ini. Lalu dia juga akan bertanya berulang-ulang, kapan Ayah kembali mengunjungi aku dan Mama Alana? Biasanya dia selalu menanyakan itu. Tapi belakangan ini aku tidak mendengarnya dari mulut Rehan. Aku juga tidak mendengar lagi cerita tentang kesehariannya di sekol
Read more

Kue Cokelat

Danu cepat mengusap wajahnya yang terasa memerah, sebisa mungkin ia mengukir senyumnya pada Rehan.“Rehan!” Danu mendekat. Sementara Andra dan Alana saling pandang satu sama lain. Mereka tentu tampak terkejut dengan kedatangan Danu yang tiba-tiba.“Ayah kenapa tidak bilang kalau ayah mau datang ke sini?” tanya Rehan yang turun dari pangkuan Andra. Tapi ia hanya berdiri tanpa langsung memeluk Danu seperti yang biasa ia lakukan.‘Kenapa Rehan tidak langsung memelukku? Dia tidak terlihat sangat gembira seperti biasanya. Hatiku merasa sakit melihat Rehan yang tampak dekat dengan Andra. Meskipun Andra adalah Papa kandung Rehan. Tapi aku tetap tidak suka. Karena Rehan terbiasa dekat denganku! Ayahnya!’ desah Danu dalam hati.“Emh.. ayah sengaja tidak memberitahumu. Karena ayah mau memberikan kejutan. Makanya ayah datang tiba-tiba,” seru Danu sambil tersenyum pada Rehan.Tapi Danu sedikit melarikan pandangannya pada Andra yang kini sudah berdiri menjulang di hadapannya. Danu menatap tidak su
Read more

Lupakan Alana

“Loh, kenapa memangnya? Aku juga senang melakukannya.” Danu mengangkat bahunya.Tapi celetukan Rehan lagi-lagi berhasil membungkam mulut Danu. Dan berhasil memudarkan senyum tipis yang terukir di wajah Danu.“Karena kemarin Rehan, Mama sama Papa juga sudah beli banyak sekali perlengkapan untuk adik bayi, Yah,” seru Rehan. Danu mengernyitkan alisnya. Dan kini ia menelan ludahnya susah payah sambil menatap kearah Rehan.“Be-benarkah?” tanya Danu tak percaya. Jika ternyata ia telah kalah lebih dulu.Rehan langsung mengangguk dengan pasti.“Iya, Ayah. Kemarin Papa yang ajak kami pergi ke mall. Terus kita beli banyaaak sekali baju, sepatu, bando, pokoknya semuanya yang lucu-lucu dan berwarna pink. Papa bilang, untuk menyambut kelahiran adik bayi, kita harus mempersiapkan semuanya dengan sangat spesial. Bahkan Papa juga sudah siapkan box tidur untuk adik bayiku. Dan sekarang boxnya sudah ditaruh di rumah Papa,” lanjut Rehan. Dan perkataannya itu sukses membuat bola mata Danu membeliak leba
Read more

Sudah Ikhlas

Setelah menghabiskan waktu dengan mengobrol dari hati ke hati bersama dengan Winarti di dapur. Kini Danu dan Winarti sama-sama keluar dan mereka berjalan menuju ke ruang tamu. Dimana di sana ada Andra dan Alana yang sedang duduk berdua. Sementara Rehan sudah tidak ada di sana. Mungkin Rehan sedang ke kamarnya.“Alana. Maaf. Tapi sepertinya aku harus pulang sekarang. Aku akan kembali ke Jogja,” ucap Danu pada Alana.Dan mendengar itu, Alana tampak terkejut. Ia dan Andra bangkit berdiri dan menatap Danu dengan alis yang terangkat.“Pulang? Tapi kenapa secepat itu? Kamu buru-buru sekali, Danu. Kamu baru saja sampai di sini. Tapi kenapa kamu sudah mau pulang lagi?” tanya Alana dengan heran. Tapi Danu mencoba untuk tetap menyunggingkan senyumnya pada Alana. Danu tak mau menunjukan wajah sedihnya di hadapan Alana. Ia lelaki yang kuat. Ya. Alana harus tahu bahwa Danu adalah lelaki yang kuat melihat kebahagiaannya dengan Andra.“Aku memang berniat mengunjungi kalian hanya sebentar. Tadin
Read more

Calon Istri Andra

‘Hallo?’  “Selamat pagi, calon istriku!” sapa Andra pada Alana melalui sambungan telpon. Andra tengah duduk di balik meja kerjanya. Tapi tiba-tiba saja ia merasa rindu dengan Alana hingga akhirnya memutuskan untuk menjeda pekerjaannya sejenak, kemudian menelpon wanita itu.‘Selamat pagi! Kenapa kamu menelponku. Padahal kita baru saja bertemu sebelum kamu berangkat ke kantor,’ ucap Alana dan membuat Andra menyunggingkan senyum lebarnya.Ya. Sebelum berangkat ke kantor, Andra memang ke rumah Alana dulu untuk mengantar Rehan ke sekolah. Tapi yang namanya rindu, meski baru bertemu pun, tetap saja rindu.“Aku cuman mau bertanya.  Apa kamu sudah minum susu hamilmu pagi ini?” tanya Andra mencari alasan. Padahal ia hanya ingin mendengar suara Alana saja.Andra sendiri tahu. Kalau Alana pasti tidak akan melewatkan asupan gizi untuk calon bayi mereka.‘Sudah. Aku baru saja selesai menghab
Read more

Makam Darma

Menghentikan mobilnya di pelataran rumah, Andra langsung disambut ramah oleh satpamnya yang membukakan pintu.“Selamat malam, Tuan!” sapa satpam itu dan Andra menganggukan kepalanya sambil melempar senyum.Lalu tungkai panjangnya kini berjalan memasuki rumah. Tiba di kamarnya, Andra langsung melepas jas yang sejak pagi menempel di tubuhnya. Lantas Andra melempar jas itu ke dalam keranjang cucian.Tok! Tok! Tok!Suara ketukan pintu terdengar.“Siapa?” seru Andra sambil membuka kancing kemeja bagian atasnya satu per satu.“Ini Mama, Ndra! Boleh Mama masuk?” tanya Nita dari balik pintu.Andra menoleh sejenak lalu berkata. “Masuk saja, Ma! Aku tidak mengunci pintunya kok,” kata Andra sambil melempar kemejanya juga ke keranjang cucian. Menyisakan hanya kaos dalam berwarna putih yang membalut tubuh kekarnya.KLEK!Daun pintu terbuka perlahan, dan Nita masuk ke dalamnya sambil membawa sebuah nampan
Read more
PREV
1
...
121314151617
DMCA.com Protection Status