Beranda / CEO / Bukan Istri Pilihan Ibumu / Bab 151 - Bab 160

Semua Bab Bukan Istri Pilihan Ibumu: Bab 151 - Bab 160

170 Bab

Menikah Kembali

Rehan hanya mengangguk-angguk kecil. Ia memang belum pernah bertemu dengan kakeknya. Dan kini tangan Andra sudah melingkupi tangannya. Kemudian menuntunnya untuk berjalan menuju makam Darma.Alana sendiri berjalan di sebelah Andra. Ia juga baru pertama kali datang ke makam ini.Langkah kaki mereka berhenti tepat di depan sebuah makam yang bertuliskan nama Darma Wijaya.“Selamat pagi, Pa. Dulu sebelum Papa menghembuskan napas untuk yang terakhir kalinya, Papa sempat mengatakan. Apakah cucu Papa masih hidup atau tidak? Dan dia sudah sebesar apa? Papa sangat ingin bertemu dengannya dan meminta maaf padanya ‘kan?” ucap Andra yang mengulang kembali apa yang pernah Darma katakan sebelum ia tutup usia.Darma memang ingin sekali tahu tentang keadaan cucunya yang dikandung Alana. Pernah menyuruh Alana untuk menggugurkannya, membuat Darma merasa terpukul dan menyesal. Hingga Darma berharap kalau cucunya itu masih hidup dan tumbuh dengan sehat.
Baca selengkapnya

Tambatan Hati Baru

“Bukan, Om. Papa itu pasti sedang gugup. Karena sebentar lagi Mama akan datang dengan nenek.” Rehan menjawab.  Dan tak lama kemudian, manik mata Andra terkunci pada tiga orang wanita yang berjalan menuju ke arahnya. Pandangan Andra tertaut pada wanita yang berada di tengah-tengah. Yaitu Alana.‘Alana? Itu Alana? Dia Alana-ku ‘kan? Dia terlihat sangat cantik.’ Andra sampai lupa untuk berkedip. Ia fokus menatap Alana sembari terus memuji kecantikan wanita itu di dalam hati.Hingga Alana tiba di dekatnya. Dan mereka duduk bersanding. Sebuah kerudung menutup kepala mereka bersamaan.Saat itu, Andra menarik napasnya pelan dan ia mulai melakukan prosesi ijab kabul. Semua yang ada di sana tersenyum bahagia, ketika ijab kabul  itu terucap dengan lancar dari bibir Andra.Nita sampai menyeka air di sudut matanya.  Setelah berdoa, Andra dan Alana berdiri dan mereka saling memasangkan cincin. Setelah itu. Ke
Baca selengkapnya

Kembali Menjadi Pasangan Suami Isteri

Rissa tersenyum.“Maaf sudah membuatmu kaget. Tapi aku hanya mau bilang, kalau makananmu sejak tadi belum disentuh. Kita datang ke sini dengan perut yang kosong kalau kamu lupa.  Jadi makanlah. Lagipula aku merasa risih jika harus makan sendirian.” Rissa menegur Danu. Karena Rissa tidak mau Danu terlalu larut dengan lamunannya. Demi membangun masa depan mereka, Rissa harus bisa membuat perhatian Danu beralih dari Alana.Danu mengangguk, lantas ia tersenyum hambar.“Iya. Terimakasih. Acaranya sangat meriah. Sampai aku terkagum-kagum melihatnya dan melupakan makananku,” ucap Danu beralasan. Padahal ia tak bisa mengalihkan pandangannya dari Alana sejak tadi.Dan Rissa tersenyum miris mendengar itu. Ia tahu jika Danu berbohong padanya.“Aku sudah tahu semuanya tentang hatimu. Kenapa kamu masih berusaha untuk menyembunyikan sesuatu dariku?” tanya Rissa saat Danu hendak menyendok makanannya ke dalam mulut.D
Baca selengkapnya

Wanita Bernama Risa

Tapi tak membuat Andra merasa tersinggung sama sekali dengan ucapan istrinya. Andra malah membelai pinggang—Alana dengan lembut, sambil satu tangannya masih menahan perut Alana.“Andra! Apa yang kamu lakukan? Lepaskan! Kita sedang berada di  hadapan umum. Jangan mencoba untuk melakukan hal yang konyol!” Alana menjerit waspada. Lebih lagi saat Andra kembali menghirup ceruk lehernya.“Abaikan saja para tamu undangan itu! Kita ‘kan sudah menikah. Bebas mau melakukan apa saja, bukan?” ucap Andra dengan entengnya.Alana berdecak. “Kamu sudah gila!” umpat Alana. Tapi membuat Andra malah terkekeh pelan.“Baiklah! Akan ku lepaskan! Tapi cium—bibirku dulu!” pinta Andra sebagai syarat. Kedua tangannya kembali membelit di perut istrinya yang membuncit.Mendengar itu, sontak saja bola mata Alana melebar. Apakah Andra benar-benar sudah tidak waras? Dia minta Alana menciumi bibirnya di hadapan umum?&nb
Baca selengkapnya

Wanita Baik

Sambil Danu berdiri tegak dan meraih pinggang—Rissa untuk memperkenalkannya di depan Rehan.“Iya, Rehan. Apa yang dibilang oleh Mama Alana memang benar. Ini Tante Rissa. Nanti dialah yang akan menjadi istrinya Ayah,” tutur Danu. Kemudian matanya melirik pada Rissa.“Dan, Rissa. Kenalkan, ini Rehan. Dia adalah anak lelakinya Alana dan Andra. Dan Rehan ini sudah seperti anakku sendiri,” lanjut Andra.Rissa mengangguk. Lalu ia sedikit membungkuk pada Rehan dan mengangsurkan tangan kanannya sambil tersenyum ramah.“Hallo, Rehan. Aku Tante Rissa. Senang bisa bertemu dengan kamu,” ucap Rissa menyapa.Rehan balas menjabat tangan Rissa. “Hai Tante Rissa. Rehan juga senang bisa berkenalan dengan Tante. Semoga Tante Rissa dan Ayah cepat menikah ya! Biar nanti Rehan dan Mama Papa bisa main ke Jogja!” seru Rehan. Yang kemudian membuat Andra dan Alana saling lirik dan melempar senyum.Sedangkan Rissa sendiri meringis mendengar ucapan Rehan. Karena untuk soal menikah. Rissa juga tidak tahu kapan D
Baca selengkapnya

Rasa Masakan Alana

“Tapi menurutku, kamu adalah yang terbaik di antara semua lelaki yang baik, Danu. Aku menyukai segala hal tentang dirimu. Dan soal Alana.. aku tidak heran mengapa kamu bisa jatuh cinta pada dia dan sulit untuk melupakan dia. Karena pada kenyataannya dia memang wanita yang sangat berkesan. Dia cantik, sangat ramah, dan juga baik hati. Baru satu kali bertemu dengannya, tapi aku sudah bisa merasakan kebaikannya. Aku memang tidak bisa menjadi seperti Alana untuk membuatmu jatuh cinta. Aku akan menjadi Rissa yang apa adanya. Aku akan membuatmu mencintaiku dengan caraku,” ucap Rissa menatap lekat pada kedua bola mata Danu.Danu mengangguk, lantas ia menerbitkan senyum kecil di bibirnya. Meski hanya sebuah senyum kecil. Tapi senyum itu seakan mampu melumpuhkan semua indera yang Rissa punya. “Kalau begitu aku akan mengikuti caramu merebut hatiku. Kita akan lihat, berapa lama kamu akan membuatku melupakan Alana dan membuatku jatuh cinta padamu!” balas Danu dan kedua sudut bibirnya semakin te
Baca selengkapnya

Gaun yang Cantik

Membuat Winarti terdiam sesaat. Dan ia tengah bergelut dengan pikirannya.“Ibu. Ayolah, Bu. Aku juga tidak mau kalau ibu tinggal sendirian di rumah itu. Aku mau ibu ada di sini, bersama aku dan Rehan. Tolong tinggalah di rumah ini, Bu!” pinta Alana. Kedua manik matanya menatap pada Winarti dengan raut penuh harap.Winarti terenyuh mendapat tatapan seperti itu dari putrinya. Kemudian Winarti menarik napas pelan. “Tapi Ibu tidak mau merepotkan kalian. Ibu sudah tua. Nanti malah menyusahkan jika tinggal di sini,” ucap Winarti. “Nenek tidak akan menyusahkan, kok. Rehan juga mau nenek tinggal di sini. Sama Mama, Papa dan Nenek Nita. Mau ya Nek? Nenek mau tinggal di rumah ini ‘kan?” Rehan menyentuh lengan Winarti. Dan bocah kecil itu mengerjapkan matanya dengan wajahnya yang polos. Membuat hati Winarti bergetar dan sedih melihatnya.“Iya, Bu. Apa ibu tega dengan Rehan dan Alana? Mereka meminta ibu untuk tinggal bersama kita. Tapi ibu tidak memenuhi keinginan mereka untuk bisa selalu dekat
Baca selengkapnya

Ibu Hamil yang Dimanjakan

‘Bagaimana Andra bisa tahu kalau aku disuruh untuk mengenakan gaun ini? Aduh! Dan kenapa cara Andra menatapku seperti itu? Dia tidak berkedip sama sekali dan terus mengamati tubuhku. Apa jangan-jangan.. Andra tidak suka melihatku berpakaian seperti ini?’ gusar Alana dalam batinnya.“Alana! Tolong jawab aku! Saat ini aku sedang bertanya padamu,” pinta Andra.Alana menelan salivanya berat. Tapi ia mengangguk samar sebelum kemudian berkata. “Engghh, sebenarnya Mama Nita lah yang menyuruhku untuk mengenakan gaun ini. Katanya dia sengaja membelinya untukku.” “Oh iya? Dan kapan Mama memberikan gaun ini padamu? Kenapa aku tidak tahu?” tanya Andra lagi. Yang semakin membuat Alana harus menggigit bibir bawahnya. Ia merasa seperti sedang diinterogasi sekarang. “Setelah acara pernikahan kita selesai. Mama Nita datang ke kamar dan memberikan sebuah tas berlanjaan padaku. Aku terkejut saat membukanya yang ternyata isinya adalah gaun malam yang sangat minim seperti ini. Aku juga sudah menolak
Baca selengkapnya

Berebut Mengantar Rehan

“Selamat pagi pengantin baru kita!” seru Nita sambil menampilkan senyum lebarnya ke arah Andra dan Alana yang berjalan menuruni tangga.“Selamat pagi, Ma!” balas Andra dan Alana bersamaan.Nita sudah menyambut di meja makan. Sementara Rehan dan Winarti tampak telah duduk di kursi mereka. Sarapan juga sudah terhidang di atas meja. Membuat Alana menunduk malu dan menggigit bibirnya.‘Seharusnya aku membantu Mama dan Ibu untuk menyiapkan sarapan. Tapi aku malah turun ke bawah saat sudah siang. Aduh. Menantu macam apa aku ini?’ batin Alana merutuki dirinya.“Bagaimana dengan semalam? Apa semuanya berjalan dengan sukses? Bagaimana reaksi Andra saat melihat kamu memakai gaun yang Mama beli? Hmm? Dia suka, ‘kan?” Nita menahan tangan Alana dan berbisik pelan di telinga menantunya itu. Membuat gerakan Alana yang hendak duduk di kursi jadi terhenti.Alana mengulum senyumnya. Ia tidak menyangka jika Nita akan bertanya seperti itu. Apakah mama mertuanya itu memang selalu seterus terang ini? “Ekh
Baca selengkapnya

Tuan Pamrih

Alana masuk ke dalam kamarnya lebih dulu. Kini ia sedang berdiri di depan lemari yang terbuka. Sambil memasukan pakaian-pakaiannya yang ada di dalam koper ke dalam lemari itu. Alana menatanya dengan rapi.Kemarin Alana memang belum sempat merapikan semua pakaiannya. Jadi mumpung ia sedang tidak sibuk, Alana merapikannya sekarang.“Baju ini sepertinya sudah tidak aku pakai. Meskipun masih bagus tapi sudah tidak muat lagi di badanku,” gumam Alana sambil ia membentangkan sebuah baju atasan berwarna merah. Baju itu tampak masih sangat bagus. Tapi Alana sudah lama tidak pernah memakainya lagi.“Dulu aku membeli ini saat masih bekerja di toko roti. Aku membelinya karena suka dengan modelnya yang sangat cantik,” kenang Alana sambil tersenyum kecil. “Tapi sekarang badanku sudah bertambah besar. Aku tidak akan bisa memakainya lagi,” lanjut Alana kemudian ia menatap bajunya dengan bibir yang mengerut lucu.Saat itu tiba-tiba saja Alana merasakan dua tangan seseorang yang memeluk perutnya dari
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
121314151617
DMCA.com Protection Status