Share

Makam Darma

Penulis: Syifa Safaah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Menghentikan mobilnya di pelataran rumah, Andra langsung disambut ramah oleh satpamnya yang membukakan pintu.

“Selamat malam, Tuan!” sapa satpam itu dan Andra menganggukan kepalanya sambil melempar senyum.

Lalu tungkai panjangnya kini berjalan memasuki rumah. Tiba di kamarnya, Andra langsung melepas jas yang sejak pagi menempel di tubuhnya. Lantas Andra melempar jas itu ke dalam keranjang cucian.

Tok! Tok! Tok!

Suara ketukan pintu terdengar.

“Siapa?” seru Andra sambil membuka kancing kemeja bagian atasnya satu per satu.

“Ini Mama, Ndra! Boleh Mama masuk?” tanya Nita dari balik pintu.

Andra menoleh sejenak lalu berkata. “Masuk saja, Ma! Aku tidak mengunci pintunya kok,” kata Andra sambil melempar kemejanya juga ke keranjang cucian. Menyisakan hanya kaos dalam berwarna putih yang membalut tubuh kekarnya.

KLEK!

Daun pintu terbuka perlahan, dan Nita masuk ke dalamnya sambil membawa sebuah nampan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Menikah Kembali

    Rehan hanya mengangguk-angguk kecil. Ia memang belum pernah bertemu dengan kakeknya. Dan kini tangan Andra sudah melingkupi tangannya. Kemudian menuntunnya untuk berjalan menuju makam Darma.Alana sendiri berjalan di sebelah Andra. Ia juga baru pertama kali datang ke makam ini.Langkah kaki mereka berhenti tepat di depan sebuah makam yang bertuliskan nama Darma Wijaya.“Selamat pagi, Pa. Dulu sebelum Papa menghembuskan napas untuk yang terakhir kalinya, Papa sempat mengatakan. Apakah cucu Papa masih hidup atau tidak? Dan dia sudah sebesar apa? Papa sangat ingin bertemu dengannya dan meminta maaf padanya ‘kan?” ucap Andra yang mengulang kembali apa yang pernah Darma katakan sebelum ia tutup usia.Darma memang ingin sekali tahu tentang keadaan cucunya yang dikandung Alana. Pernah menyuruh Alana untuk menggugurkannya, membuat Darma merasa terpukul dan menyesal. Hingga Darma berharap kalau cucunya itu masih hidup dan tumbuh dengan sehat.

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Tambatan Hati Baru

    “Bukan, Om. Papa itu pasti sedang gugup. Karena sebentar lagi Mama akan datang dengan nenek.” Rehan menjawab. Dan tak lama kemudian, manik mata Andra terkunci pada tiga orang wanita yang berjalan menuju ke arahnya.Pandangan Andra tertaut pada wanita yang berada di tengah-tengah. Yaitu Alana.‘Alana? Itu Alana? Dia Alana-ku ‘kan? Dia terlihat sangat cantik.’ Andra sampai lupa untuk berkedip. Ia fokus menatap Alana sembari terus memuji kecantikan wanita itu di dalam hati.Hingga Alana tiba di dekatnya. Dan mereka duduk bersanding. Sebuah kerudung menutup kepala mereka bersamaan.Saat itu, Andra menarik napasnya pelan dan ia mulai melakukan prosesi ijab kabul. Semua yang ada di sana tersenyum bahagia, ketika ijab kabul itu terucap dengan lancar dari bibir Andra.Nita sampai menyeka air di sudut matanya. Setelah berdoa, Andra dan Alana berdiri dan mereka saling memasangkan cincin. Setelah itu. Ke

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Kembali Menjadi Pasangan Suami Isteri

    Rissa tersenyum.“Maaf sudah membuatmu kaget. Tapi aku hanya mau bilang, kalau makananmu sejak tadi belum disentuh. Kita datang ke sini dengan perut yang kosong kalau kamu lupa. Jadi makanlah. Lagipula aku merasa risih jika harus makan sendirian.” Rissa menegur Danu.Karena Rissa tidak mau Danu terlalu larut dengan lamunannya. Demi membangun masa depan mereka, Rissa harus bisa membuat perhatian Danu beralih dari Alana.Danu mengangguk, lantas ia tersenyum hambar.“Iya. Terimakasih. Acaranya sangat meriah. Sampai aku terkagum-kagum melihatnya dan melupakan makananku,” ucap Danu beralasan. Padahal ia tak bisa mengalihkan pandangannya dari Alana sejak tadi.Dan Rissa tersenyum miris mendengar itu. Ia tahu jika Danu berbohong padanya.“Aku sudah tahu semuanya tentang hatimu. Kenapa kamu masih berusaha untuk menyembunyikan sesuatu dariku?” tanya Rissa saat Danu hendak menyendok makanannya ke dalam mulut.D

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Wanita Bernama Risa

    Tapi tak membuat Andra merasa tersinggung sama sekali dengan ucapan istrinya. Andra malah membelai pinggang—Alana dengan lembut, sambil satu tangannya masih menahan perut Alana.“Andra! Apa yang kamu lakukan? Lepaskan! Kita sedang berada di hadapan umum. Jangan mencoba untuk melakukan hal yang konyol!” Alana menjerit waspada. Lebih lagi saat Andra kembali menghirup ceruk lehernya.“Abaikan saja para tamu undangan itu! Kita ‘kan sudah menikah. Bebas mau melakukan apa saja, bukan?” ucap Andra dengan entengnya.Alana berdecak. “Kamu sudah gila!” umpat Alana. Tapi membuat Andra malah terkekeh pelan.“Baiklah! Akan ku lepaskan! Tapi cium—bibirku dulu!” pinta Andra sebagai syarat. Kedua tangannya kembali membelit di perut istrinya yang membuncit.Mendengar itu, sontak saja bola mata Alana melebar. Apakah Andra benar-benar sudah tidak waras? Dia minta Alana menciumi bibirnya di hadapan umum?&nb

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Wanita Baik

    Sambil Danu berdiri tegak dan meraih pinggang—Rissa untuk memperkenalkannya di depan Rehan.“Iya, Rehan. Apa yang dibilang oleh Mama Alana memang benar. Ini Tante Rissa. Nanti dialah yang akan menjadi istrinya Ayah,” tutur Danu. Kemudian matanya melirik pada Rissa.“Dan, Rissa. Kenalkan, ini Rehan. Dia adalah anak lelakinya Alana dan Andra. Dan Rehan ini sudah seperti anakku sendiri,” lanjut Andra.Rissa mengangguk. Lalu ia sedikit membungkuk pada Rehan dan mengangsurkan tangan kanannya sambil tersenyum ramah.“Hallo, Rehan. Aku Tante Rissa. Senang bisa bertemu dengan kamu,” ucap Rissa menyapa.Rehan balas menjabat tangan Rissa. “Hai Tante Rissa. Rehan juga senang bisa berkenalan dengan Tante. Semoga Tante Rissa dan Ayah cepat menikah ya! Biar nanti Rehan dan Mama Papa bisa main ke Jogja!” seru Rehan. Yang kemudian membuat Andra dan Alana saling lirik dan melempar senyum.Sedangkan Rissa sendiri meringis mendengar ucapan Rehan. Karena untuk soal menikah. Rissa juga tidak tahu kapan D

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Rasa Masakan Alana

    “Tapi menurutku, kamu adalah yang terbaik di antara semua lelaki yang baik, Danu. Aku menyukai segala hal tentang dirimu. Dan soal Alana.. aku tidak heran mengapa kamu bisa jatuh cinta pada dia dan sulit untuk melupakan dia. Karena pada kenyataannya dia memang wanita yang sangat berkesan. Dia cantik, sangat ramah, dan juga baik hati. Baru satu kali bertemu dengannya, tapi aku sudah bisa merasakan kebaikannya. Aku memang tidak bisa menjadi seperti Alana untuk membuatmu jatuh cinta. Aku akan menjadi Rissa yang apa adanya. Aku akan membuatmu mencintaiku dengan caraku,” ucap Rissa menatap lekat pada kedua bola mata Danu.Danu mengangguk, lantas ia menerbitkan senyum kecil di bibirnya. Meski hanya sebuah senyum kecil. Tapi senyum itu seakan mampu melumpuhkan semua indera yang Rissa punya. “Kalau begitu aku akan mengikuti caramu merebut hatiku. Kita akan lihat, berapa lama kamu akan membuatku melupakan Alana dan membuatku jatuh cinta padamu!” balas Danu dan kedua sudut bibirnya semakin te

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Gaun yang Cantik

    Membuat Winarti terdiam sesaat. Dan ia tengah bergelut dengan pikirannya.“Ibu. Ayolah, Bu. Aku juga tidak mau kalau ibu tinggal sendirian di rumah itu. Aku mau ibu ada di sini, bersama aku dan Rehan. Tolong tinggalah di rumah ini, Bu!” pinta Alana. Kedua manik matanya menatap pada Winarti dengan raut penuh harap.Winarti terenyuh mendapat tatapan seperti itu dari putrinya. Kemudian Winarti menarik napas pelan. “Tapi Ibu tidak mau merepotkan kalian. Ibu sudah tua. Nanti malah menyusahkan jika tinggal di sini,” ucap Winarti. “Nenek tidak akan menyusahkan, kok. Rehan juga mau nenek tinggal di sini. Sama Mama, Papa dan Nenek Nita. Mau ya Nek? Nenek mau tinggal di rumah ini ‘kan?” Rehan menyentuh lengan Winarti. Dan bocah kecil itu mengerjapkan matanya dengan wajahnya yang polos. Membuat hati Winarti bergetar dan sedih melihatnya.“Iya, Bu. Apa ibu tega dengan Rehan dan Alana? Mereka meminta ibu untuk tinggal bersama kita. Tapi ibu tidak memenuhi keinginan mereka untuk bisa selalu dekat

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Ibu Hamil yang Dimanjakan

    ‘Bagaimana Andra bisa tahu kalau aku disuruh untuk mengenakan gaun ini? Aduh! Dan kenapa cara Andra menatapku seperti itu? Dia tidak berkedip sama sekali dan terus mengamati tubuhku. Apa jangan-jangan.. Andra tidak suka melihatku berpakaian seperti ini?’ gusar Alana dalam batinnya.“Alana! Tolong jawab aku! Saat ini aku sedang bertanya padamu,” pinta Andra.Alana menelan salivanya berat. Tapi ia mengangguk samar sebelum kemudian berkata. “Engghh, sebenarnya Mama Nita lah yang menyuruhku untuk mengenakan gaun ini. Katanya dia sengaja membelinya untukku.” “Oh iya? Dan kapan Mama memberikan gaun ini padamu? Kenapa aku tidak tahu?” tanya Andra lagi. Yang semakin membuat Alana harus menggigit bibir bawahnya. Ia merasa seperti sedang diinterogasi sekarang. “Setelah acara pernikahan kita selesai. Mama Nita datang ke kamar dan memberikan sebuah tas berlanjaan padaku. Aku terkejut saat membukanya yang ternyata isinya adalah gaun malam yang sangat minim seperti ini. Aku juga sudah menolak

Bab terbaru

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   TAMAT- Aku Tetap Milikmu

    Yang seketika membuat Alana menelan ludahnya. Alana lalu menggigit bibir. Tentu saja ia mengerti dengan apa maksud dari perkataan Andra barusan. Andra mempertanyakan apakah ia sudah boleh menyentuh Alana lagi malam ini? Ya. Karena setelah kelahiran Alin, Andra sama sekali belum buka puasa. Ia berusaha menahannya hingga Alana siap.“Belum..” cicit Alana pelan. Membuat Andra menghela napasnya. “Jahitannya belum kering. Jadi kita belum bisa melakukannya malam ini,” dusta Alana pada Andra.Karena sebenarnya jahitanya sudah kering. Alana bahkan sudah siap jika Andra ingin menyentuhnya. Hanya saja, Alana sengaja mengerjai Andra.Alana sengaja membohongi Andra karena ia sudah mempersiapkan sebuah kejutan untuk suaminya itu.“Begitu ya? Ya sudah. Tidak apa-apa,” ucap Andra meskipun terdengar helaan pelan yang keluar dari mulutnya.Alana menangkup kedua tangan Andra yang masih memeluk perutnya.“Kamu ti

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Rindu Alana

    Waktu berlalu begitu cepat. Tanpa terasa kini usia Alin sudah memasuki bulan ketiga. Alin sudah pintar mengoceh dan mengemut tangannya sendiri. Kadang ia akan menjambak pelan rambut Andra dan Rehan saat Papa dan kakaknya itu menciumi wajahnya.“Alin! Sayang! Berapa kali Papa bilang, berhenti mengemuti tanganmu seperti ini. Tadi ‘kan sebelum berangkat ke taman, kamu sudah minum susu yang banyak dari Mama Alana. Perut kamu pasti sudah kenyang ‘kan? Jadi sekarang hentikan mengemut tangannya ya!” Andra menarik tangan Alin yang mengepal dan masuk ke dalam mulutnya.Andra tidak ingin Alin terbiasa melakukan itu. Tapi yang namanya bayi berusia tiga bulan. Tentu saja dia tidak akan mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Papanya.Berulang kali Andra menarik tangan Alin dari mulut mungilnya, berulang kali pula Alin tetap memasukan tangannya itu ke dalam mulut lagi.Hingga akhirnya Andra menyerah. Ia menghembuskan napasnya pelan.“B

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Alindra

    Kening Alana berkerut menatap pada suaminya."Alindra?" ulang Alana.Dan Andra langsung mengangguk mantap."Ya. Alindra. Alindra Wijaya. Dia akan menjadi seorang perempuan yang kuat dan berhati lembut. Dia akan pintar dan berwawasan luas. Dia juga akan tumbuh menjadi orang yang penuh kasih sayang. Semua orang akan memanggilnya dengan sebutan Alin!" ujar Andra menuturkan.Membuat Alana yang mendengarnya kini menarik kedua sudut bibirnya ke samping.Hingga membentuk sebuah senyuman."Alindra Wijaya? Aku setuju. Nama yang sangat indah," ucap Alana.Kemudian ia mengelus pipi mungil Alin yang masih sibuk menyusu--di dadanya."Hei, Alin! Ini Mama! Kata Papa, mulai sekarang nama kamu adalah Alin, ya. Nanti kamu akan bertemu dengan kakak Rehan. Juga dengan kedua nenek kamu. Kakak Rehan pasti akan senang saat melihat kamu yang secantik ini!" ujar Alana.Ya. Rehan adalah salah

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Kelahiran Bayi Kedua

    “Emhh.. Maaf Pak Andra! Mr. Steve! Saya mau pamit ke kamar kecil dulu sebentar. Boleh?” tanya Vani dengan wajah sungkan.Yang kemudian langsung diangguki oleh Andra dan Mr. Steve.“Tentu saja boleh. Silakan Vani!”Vani mengangguk. Lalu ia bangkit berdiri sambil meraih ponselnya. Kaki Vani terus bergerak menjauhi meja itu. Lantas ia berhenti ketika berada di dekat kamar kecil.Vani segera saja mengangkat panggilan dari Nita.“Hallo Nyonya Nita! Mohon maaf saya baru mengangkat telpon Anda. Ada yang bisa saya bantu, Nyonya?” tanya Vani setelah menempelkan ponselnya di telinga kanan.‘Kenapa ponsel Andra tidak aktif? Sejak tadi saya menghubungi ponsel Andra sampai berpuluh-puluh kali. Tapi tidak satu pun yang tersambung. Jadi saya menghubungimu. Mana Andra?! Saya mau bicara dengannya?’ tanya Nita dari seberang telpon.Pertanyaan Nita itu seketika membuat Vani menggigit bibirnya. Ia tergugu dan

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Tak Perlu Bahas Masa Lalu

    Sambil memegangi kepalanya dengan sebelah tangan, Andra menatap Alana dengan alis yang bertaut.“Kenapa kepalaku dijitak?” tanya Andra dengan memasang wajah sok polos.Alana berkaca pinggang di hadapannya. “Aku melakukan itu agar isi otak suamiku tetap waras. Ini sudah malam ‘kan? Kalau aku yang mandikan, bisa-bisa kita menghabiskan waktu berjam-jam di dalam kamar mandi itu. Karena aku sudah tahu betul dengan apa yang ada di dalam pikiranmu!” Alana berkata dengan tegas. Dan dagunya terangkat kearah Andra.Andra mengusap wajahnya dengan sebelah tangan, kemudian ia menghembuskan napasnya pelan. Lalu matanya menatap Alana lurus.“Hhh.. padahal aku sudah membelikanmu bunga. Tapi aku tidak mendapatkan balasan apa-apa,” gumam Andra pelan.Namun gumaman itu masih bisa terdengar dengan jelas di telinga Alana. Hingga membuat kedua bola mata Alana melebar dan ia mendelik kearah suaminya.“Oh! Jadi kamu sengaja membe

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Suami Genit

    Membuat Alana dan Rehan sama-sama tersenyum mendengarnya.“Oh iya. Apa PR-nya Rehan sudah selesai?” tanya Andra yang melemparkan tatapanya ke arah buku tulis milik Rehan.“Sudah, Pa. Kalau untuk PR-nya, aku sudah mengerjakannya tadi. Sekarang hanya tinggal belajar membaca saja. Karena besok ada tes membaca oleh Ibu Guru,” sahut Rehan menjawab. Dan Andra mengangguk-anggukan kepalanya.“Oh begitu. Baiklah. Berhubung sekarang Papa sudah pulang ke rumah. Jadi bagaimana kalau Papa saja yang membantu kamu belajar membaca? Kamu mau?” Andra menaruh tas kerjanya di atas tempat tidur Rehan. Kemudian ia bertanya pada bocah kecil itu.“Mau Pa! Rehan mau!” seru Rehan dengan senang. Sampai ia mengangkat kedua tangannya ke atas hingga Andra terkekeh menggeleng-gelengkan kepalanya.Namun Alana menatap Andra dengan mengerutkan keningnya.“Tapi, Andra. Kamu ‘kan baru pulang dari kantor. Pasti k

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Mengajari Berbohong

    “Apa pensil warnanya sudah? Jangan sampai ada yang tertinggal, Rehan!” Alana sedang mengecek perlengkapan sekolah Rehan yang ada di tas anak itu.“Sudah Rehan masukan semuanya, Ma? Isi tasku sudah lengkap, ‘kan?” Rehan balas bertanya pada Alana yang duduk di tepi ranjang sambil meneliti isi tas anak lelakinya itu.Pagi ini Alana memang langsung mendatangi Rehan ke kamarnya. Hal yang selalu menjadi kebiasaan Alana. Ia selalu memeriksa PR Rehan dan isi tas bocah itu. Alana takut jika sampai ada yang tertinggal di rumah.Merasa semuanya sudah lengkap, Alana menganggukan kepalanya lalu ia memberikan tas itu kembali ke tangan Rehan.“Ternyata semuanya sudah lengkap. Kalau begitu kemarikan sisirnya. Biar Mama yang sisirkan rambut kamu!” pinta Alana menengadahkan tangannya pada Rehan.Namun Rehan menggelengkan kepalanya dengan cepat. “Tidak usah, Ma. Rehan sudah besar sekarang. Mama tidak perlu lagi menyisiri rambut R

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Ingin seperti Papa

    Malam ini, Andra sedang duduk di kursi yang terletak di balkon kamarnya. Tampak kaki kanannya tertumpang di kaki kiri. Dengan kacamata yang bertengger di hidung mancungnya, Andra mengamati lamat-lamat buku-buku tebal yang ia pangku di atas—paha.Yang sedang Andra baca itu tentu saja sebuah buku bisnis.Ketika itu Rehan datang dengan membawa snack di tangannya. Bocah kecil itu melangkah mendekati Papanya yang langsung menoleh dan tersenyum begitu melihat Rehan.“Hei! Papa pikir kamu sudah tidur?” Andra tersenyum pada Rehan sembari melepas kacamatanya dan menaruhnya di atas meja.“Belum, Pa. Rehan tidak bisa tidur.” Rehan kini menghempaskan pantatnya di kursi yang ada di depan Andra.“Kenapa kamu tidak bisa tidur? Apa kamu sudah minum susu hangatnya dari Bik Sumi?” tanya Andra kemudian ia menaruh buku tebalnya juga di atas meja. Untuk bergabung dengan kacamatanya.Rehan mengangguk sebagai j

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Istri yang Manis

    Kini Andra dan Alana sudah ada di mobil. Alana mengerutkan keningnya menatap kearah jendela di sampingnya, benaknya berpikir kemana Andra akan menjalankan mobilnya ini?Andra bilang, mereka akan pergi jalan-jalan. Tapi Andra belum memberitahunya kemana tujuan mereka sebenarnya.Sementara Andra sendiri tampak fokus menyetir sembari tatapannya tajam ke depan sana.“Andra!”“Hmm?” Andra berdeham, melirik sekilas kearah Alana yang duduk di sampingnya. Sebelum kemudian kembali memusatkan pandangannya ke jalanan.“Sebenarnya kamu mau bawa aku ke mana?” Alana tak bisa menahan diri untuk tidak menanyakan hal itu. Ia sungguh penasaran.Tapi Andra hanya menahan senyumnya. Melihat Alana yang menatapnya dengan pandangan penuh tanya, membuat Andra merasa geli.“’Kan sudah ku bilang, kalau aku mau membawamu ke sebuah tempat yang akan membuatmu senang melihatnya. Karena it

DMCA.com Protection Status