Home / CEO / Bukan Istri Pilihan Ibumu / Aku sudah Menyesal

Share

Aku sudah Menyesal

Author: Syifa Safaah
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Andra hanya terdiam. Ia memerhatikan Nita yang kemudian berbalik menuju kamar mandi. Mungkin Nita mau membersihkan lap bekas muntahannya.

Tak berapa lama kemudian, Nita kembali lagi dan menarik kursi untuk duduk di samping ranjang Andra.

“Mama bawakan makan malam untuk kamu. Setelah itu kamu minum obat,” ucap Nita sambil meraih piring berisi bubur yang tadi ia bawa. “Mau Mama suapi?” tawar Nita yang langsung dijawab Andra dengan menggelengkan kepalanya.

“Aku bisa makan sendiri, Ma. Simpan saja dulu di atas nakas, Ma. Nanti pasti aku  makan. Mama jangan khawatir, aku juga akan meminum obatnya.”  

“Tapi kamu masih lemas, Ndra.”

“Ma.. Aku bisa makan sendiri nanti,” keukeuh Andra.

Dan Nita hanya bisa menghembuskan napasnya pelan. Ia mengalah. Andra memang terkadang bisa sekeras kepala ini. Nita menaruh kembali piring itu di atas nakas seperti yang Andra pinta.

Padahal Nita tahu jika
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Tidak ada Salahnya Mencoba

    Tapi Alana segera menahan kedua pundak Nita.“Tidak, Nyonya Nita. Jangan lakukan itu!” tolak Alana. Nita kembali berdiri. Kali ini matanya mengembun menatap Alana.“Ayo masuk dulu. Kita duduk dan bicara di dalam!” Alana mempersilakan Nita untuk masuk ke dalam rumah sewanya.Mereka lantas duduk saling berseberangan. Nita melepas tas selempangnya dan meletakannya di sisi kiri.“Aku sudah mendengar dari Andra. Tentang kabar kematian Tuan Darma. Aku turut berduka cita untuk itu,” ucap Alana kembali membuka suara.Nita mengangguk. Sambil mengusap air matanya yang menetes di pipi.“Dia sempat meminta maaf sama kamu melalui Andra. Sebelum dia menutup mata untuk yang terakhir kalinya. Tuhan telah menghukum kami, Alana. Kami baru menyadari bahwa kami adalah orang tua yang sangat egois. Hanya demi kepuasan—semata, kami tega menghancurkan rumah tangga kalian.” Nita menunduk. Menyeka air

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Rumah Om Baik

    Alana mengangguk lalu ia menyunggingkan senyum kecilnya. Ya. Alana harus berusaha membujuk Rehan. Agar anak lelaki itu mau ikut untuk menjenguk papanya.Winarti menurunkan tangannya dari pundak Alana. Ia membiarkan Alana melangkah masuk ke dalam kamar dan menghampiri Rehan yang sedang duduk di bibir ranjang, sambil menopang kedua pipinya dengan tangan.“Rehan..” Alana duduk di samping Rehan, lalu mulai menegurnya.“Kalau Mama mau minta Rehan untuk jenguk om itu ke rumahnya, lupakan saja Ma. Rehan tidak akan mau!” sergah Rehan dengan cepat.Dan Alana meneguk ludahnya kasar. Rehan sudah lebih dulu menyampaikan penolakannya bahkan sebelum Alana selesai bicara.“Kata Nenek Nita, Papa kamu sedang sakit. Dia dirawat di rumahnya. Keadaannya sangat lemah, Rehan. Dan Nenek Nita mau agar kita datang ke sana untuk menjenguk Papa Andra,” ucap Alana. Tangannya mengusap punggung kecil milik Rehan.“Nen

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Harus Kuat

    “Baik, Nyonya.” Bik Sumi berjalan tergopoh-gopoh dari dapur lantas segera menuju pintu depan.Dibukanya pintu itu dengan lebar. Tapi kemudian Bik Sumi membeliakan matanya terkejut.Yang ada di hadapannya bukanlah orang laundry seperti yang Nita katakan. Melainkan Alana dan seorang bocah kecil yang wajahnya mirip dengan Andra.Alana menyunggingkan senyum tipisnya melihat reaksi terkejut yang ditunjukan oleh pembantunya Nita itu.“Berapa tagihannya, Bik?” tanya Nita berteriak dari ruang tengah.Bik Sumi tergugu. Dengan terbata, ia balas berteriak pada majikannya.“Engh, Anu Nyonya. Yang datang bukan orang laundry. Tapi Non Alana dan putranya.”Mendengar teriakan Bik Sumi, seketika Nita menegakan tubuhnya.“Apa? Alana? Jadi Alana dan Rehan benar-benar datang ke sini?!” pekik Nita tak percaya.Untuk memastikan, Nita segera berjalan cepat menuju ke pintu depan. Dan s

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Akhirnya Panggil Papa

    Rehan terdiam sebentar. Melirik kearah Alana dengan wajah ragu. Tapi Alana memberikan senyum manisnya seraya menganggukan kepala.Rehan akhirnya ikut mengangguk dan ia masuk ke dalam pelukan—Andra. Andra merengkuh tubuh Rehan dengan erat. Matanya sampai berkaca-kaca karena akhirnya salah satu keinginannya terwujud.Andra berhasil memeluk Rehan. Ia telah berhasil memeluk anak lelakinya.“Tolong panggil aku Papa, Rehan. Panggil aku dengan sebutan Papa!” pinta Andra tanpa melepaskan pelukannya.“Papa..” ucap Rehan. Dan mendengar itu membuat tangan Andra makin erat mendekap punggung Rehan. Alana terenyuh melihatnya. Ia bisa melihat mata Andra yang mengembun dan menitikkan air di sudut matanya.Alana merasa senang, karena pada akhirnya Rehan mau memanggil Andra dengan sebutan Papa.***“Buburnya harum sekali, Non,” seru Bik Sumi sambil menghirup uap yan

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Aku ingin Memelukmu

    Kaki jenjang Alana sendiri sudah tiba di ambang pintu kamar Andra yang terbuka. Dan Alana menggeleng-gelengkan kepalanya begitu melihat Andra dan Rehan yang sedang bercanda.Terlihat Rehan sedang duduk di samping ranjang Andra dan sebelah tangan Andra yang bebas dari selang infusan, kini menggelitiki badan bocah kecil itu hingga kegelian.“Kamu harus menerima serangan dari Papa ya, Rehan!” seru Andra tak mau menghentikan tangannya yang jahil.“Papa, sudah. Ampuuun.” Rehan mengikik menahan geli.Alana menghembuskan napasnya pelan. Kemudian ia berdeham dengan cukup keras.“Ekhem!!” dan ternyata dehaman Alana itu sukses membuat Andra dan Rehan menghentikan aksi mereka dan menatap pada Alana.“Sedang sakit? Tapi tidak mau istirahat? Malah sibuk menjahili anaknya sendiri. Terus bagaimana caranya kamu akan sembuh kalau seperti ini?” tanya Alana dengan nada protesnya. Kakinya kembali melan

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Aku Takut Kehilanganmu

    “Kamu sudah selesai makan. Dan sekarang sudah waktunya untuk istirahat. Apa kamu tidak ingin sembuh, Andra? Lagipula aku mau turun ke bawah menyimpan mangkuk bubur bekasmu. Aku juga mau melihat Rehan.” Alana mencoba menjelaskan agar Andra mau mengurai dekapannya.Sayangnya Andra seperti tak berniat untuk melepaskan Alana sama sekali. Andra hanya mengedikan bahunya.“Mangkuk bubur itu biarlah tetap di sana. Nanti biar Bik Sumi yang membereskannya. Dan soal Rehan.. kamu tidak akan melihat Rehan di lantai bawah, Alana. Karena aku sangat yakin sekali kalau saat ini Mama pasti sudah membawa Rehan ke kamarnya. Mama sudah mendekor sebuah kamar yang khusus untuk anak lelaki kita. Rehan pasti sedang asyik menikmati kamarnya saat ini. Jadi percuma juga kamu ke bawah. Lebih baik kamu di sini, bersamaku, tidur denganku?” seringai Andra dengan jahil.Merasa dekapan lelaki itu melonggar, membuat Alana bisa bangkit duduk dan memberikan jenti

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Mantap untuk Bersama

    “Oh iya. Aku lupa. Kalau ada sesuatu yang ingin ku tunjukan padamu,” ucap Andra yang langsung membuat kening Alana berkerut mendengarnya.“Sesuatu apa yang ingin kamu tunjukan?” tanya Alana dengan raut penasaran. Ia menurunkan kedua tangannya dari pipi Andra. Saat dilihatnya Andra malah menyunggingkan senyum penuh misterius.Bukannya menjawab, Andra malah hendak bergerak turun dari ranjangnya. Dan hal itu tentu saja membuat Alana terkejut.“Andra! Kamu mau pergi ke mana? Kenapa kamu turun dari tempat tidur?” tanya Alana menahan dada—Andra yang bidang agar tetap duduk di atas ranjang.Andra tersenyum. Ia menangkap tangan Alana yang menempel di dadanya sambil mengelusnya pelan.“Kenapa kamu sekhawatir itu? Sudah aku bilang kalau aku mau menunjukan sesuatu padamu. Jadi aku harus turun dari tempat tidur. Karena sesuatu yang ingin ku tunjukan itu ada di luar sana,” ucap Andra seraya men

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Kehangatan yang Kembali

    “Wah, kamarnya bagus sekali, Nek!” Rehan berseru senang. Ketika tangan Nita membuka pintu kamar dan Rehan masuk lebih dulu ke dalamnya.Mata bulat milik Rehan berpendar ke sekeliling kamar. Menatap takjub dan senang. Kata Nita, kamar ini akan menjadi kamarnya.“Yang benar? Kamu suka dengan kamar ini, Rehan?” tanya Nita memegang kedua pundak Rehan dari belakang. Menyadarkan Rehan dari rasa takjubnya lantas bocah lelaki itu mendongkak pada Nita sambil mengangguk cepat.“Iya, Nek. Kamarnya bagus sekali. Rehan suka dengan gambar-gambar MARVEL yang ada di dinding itu. Terus ranjangnya juga nyaman. Kalau Rehan tidur di sini, pasti akan bangun kesiangan karena saking enaknya,” ucap Rehan mencoba mendudukan dirinya di samping ranjang sambil menggoyangkannya pelan.Nita terkekeh mendengar celotehan cucunya. Ia menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah Rehan yang menurutnya begitu lucu dan menggemaskan.“Rehan memang akan tidur di sini,” ucap Nita sambil ikut duduk di samping Rehan.

Latest chapter

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   TAMAT- Aku Tetap Milikmu

    Yang seketika membuat Alana menelan ludahnya. Alana lalu menggigit bibir. Tentu saja ia mengerti dengan apa maksud dari perkataan Andra barusan. Andra mempertanyakan apakah ia sudah boleh menyentuh Alana lagi malam ini? Ya. Karena setelah kelahiran Alin, Andra sama sekali belum buka puasa. Ia berusaha menahannya hingga Alana siap.“Belum..” cicit Alana pelan. Membuat Andra menghela napasnya. “Jahitannya belum kering. Jadi kita belum bisa melakukannya malam ini,” dusta Alana pada Andra.Karena sebenarnya jahitanya sudah kering. Alana bahkan sudah siap jika Andra ingin menyentuhnya. Hanya saja, Alana sengaja mengerjai Andra.Alana sengaja membohongi Andra karena ia sudah mempersiapkan sebuah kejutan untuk suaminya itu.“Begitu ya? Ya sudah. Tidak apa-apa,” ucap Andra meskipun terdengar helaan pelan yang keluar dari mulutnya.Alana menangkup kedua tangan Andra yang masih memeluk perutnya.“Kamu ti

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Rindu Alana

    Waktu berlalu begitu cepat. Tanpa terasa kini usia Alin sudah memasuki bulan ketiga. Alin sudah pintar mengoceh dan mengemut tangannya sendiri. Kadang ia akan menjambak pelan rambut Andra dan Rehan saat Papa dan kakaknya itu menciumi wajahnya.“Alin! Sayang! Berapa kali Papa bilang, berhenti mengemuti tanganmu seperti ini. Tadi ‘kan sebelum berangkat ke taman, kamu sudah minum susu yang banyak dari Mama Alana. Perut kamu pasti sudah kenyang ‘kan? Jadi sekarang hentikan mengemut tangannya ya!” Andra menarik tangan Alin yang mengepal dan masuk ke dalam mulutnya.Andra tidak ingin Alin terbiasa melakukan itu. Tapi yang namanya bayi berusia tiga bulan. Tentu saja dia tidak akan mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Papanya.Berulang kali Andra menarik tangan Alin dari mulut mungilnya, berulang kali pula Alin tetap memasukan tangannya itu ke dalam mulut lagi.Hingga akhirnya Andra menyerah. Ia menghembuskan napasnya pelan.“B

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Alindra

    Kening Alana berkerut menatap pada suaminya."Alindra?" ulang Alana.Dan Andra langsung mengangguk mantap."Ya. Alindra. Alindra Wijaya. Dia akan menjadi seorang perempuan yang kuat dan berhati lembut. Dia akan pintar dan berwawasan luas. Dia juga akan tumbuh menjadi orang yang penuh kasih sayang. Semua orang akan memanggilnya dengan sebutan Alin!" ujar Andra menuturkan.Membuat Alana yang mendengarnya kini menarik kedua sudut bibirnya ke samping.Hingga membentuk sebuah senyuman."Alindra Wijaya? Aku setuju. Nama yang sangat indah," ucap Alana.Kemudian ia mengelus pipi mungil Alin yang masih sibuk menyusu--di dadanya."Hei, Alin! Ini Mama! Kata Papa, mulai sekarang nama kamu adalah Alin, ya. Nanti kamu akan bertemu dengan kakak Rehan. Juga dengan kedua nenek kamu. Kakak Rehan pasti akan senang saat melihat kamu yang secantik ini!" ujar Alana.Ya. Rehan adalah salah

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Kelahiran Bayi Kedua

    “Emhh.. Maaf Pak Andra! Mr. Steve! Saya mau pamit ke kamar kecil dulu sebentar. Boleh?” tanya Vani dengan wajah sungkan.Yang kemudian langsung diangguki oleh Andra dan Mr. Steve.“Tentu saja boleh. Silakan Vani!”Vani mengangguk. Lalu ia bangkit berdiri sambil meraih ponselnya. Kaki Vani terus bergerak menjauhi meja itu. Lantas ia berhenti ketika berada di dekat kamar kecil.Vani segera saja mengangkat panggilan dari Nita.“Hallo Nyonya Nita! Mohon maaf saya baru mengangkat telpon Anda. Ada yang bisa saya bantu, Nyonya?” tanya Vani setelah menempelkan ponselnya di telinga kanan.‘Kenapa ponsel Andra tidak aktif? Sejak tadi saya menghubungi ponsel Andra sampai berpuluh-puluh kali. Tapi tidak satu pun yang tersambung. Jadi saya menghubungimu. Mana Andra?! Saya mau bicara dengannya?’ tanya Nita dari seberang telpon.Pertanyaan Nita itu seketika membuat Vani menggigit bibirnya. Ia tergugu dan

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Tak Perlu Bahas Masa Lalu

    Sambil memegangi kepalanya dengan sebelah tangan, Andra menatap Alana dengan alis yang bertaut.“Kenapa kepalaku dijitak?” tanya Andra dengan memasang wajah sok polos.Alana berkaca pinggang di hadapannya. “Aku melakukan itu agar isi otak suamiku tetap waras. Ini sudah malam ‘kan? Kalau aku yang mandikan, bisa-bisa kita menghabiskan waktu berjam-jam di dalam kamar mandi itu. Karena aku sudah tahu betul dengan apa yang ada di dalam pikiranmu!” Alana berkata dengan tegas. Dan dagunya terangkat kearah Andra.Andra mengusap wajahnya dengan sebelah tangan, kemudian ia menghembuskan napasnya pelan. Lalu matanya menatap Alana lurus.“Hhh.. padahal aku sudah membelikanmu bunga. Tapi aku tidak mendapatkan balasan apa-apa,” gumam Andra pelan.Namun gumaman itu masih bisa terdengar dengan jelas di telinga Alana. Hingga membuat kedua bola mata Alana melebar dan ia mendelik kearah suaminya.“Oh! Jadi kamu sengaja membe

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Suami Genit

    Membuat Alana dan Rehan sama-sama tersenyum mendengarnya.“Oh iya. Apa PR-nya Rehan sudah selesai?” tanya Andra yang melemparkan tatapanya ke arah buku tulis milik Rehan.“Sudah, Pa. Kalau untuk PR-nya, aku sudah mengerjakannya tadi. Sekarang hanya tinggal belajar membaca saja. Karena besok ada tes membaca oleh Ibu Guru,” sahut Rehan menjawab. Dan Andra mengangguk-anggukan kepalanya.“Oh begitu. Baiklah. Berhubung sekarang Papa sudah pulang ke rumah. Jadi bagaimana kalau Papa saja yang membantu kamu belajar membaca? Kamu mau?” Andra menaruh tas kerjanya di atas tempat tidur Rehan. Kemudian ia bertanya pada bocah kecil itu.“Mau Pa! Rehan mau!” seru Rehan dengan senang. Sampai ia mengangkat kedua tangannya ke atas hingga Andra terkekeh menggeleng-gelengkan kepalanya.Namun Alana menatap Andra dengan mengerutkan keningnya.“Tapi, Andra. Kamu ‘kan baru pulang dari kantor. Pasti k

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Mengajari Berbohong

    “Apa pensil warnanya sudah? Jangan sampai ada yang tertinggal, Rehan!” Alana sedang mengecek perlengkapan sekolah Rehan yang ada di tas anak itu.“Sudah Rehan masukan semuanya, Ma? Isi tasku sudah lengkap, ‘kan?” Rehan balas bertanya pada Alana yang duduk di tepi ranjang sambil meneliti isi tas anak lelakinya itu.Pagi ini Alana memang langsung mendatangi Rehan ke kamarnya. Hal yang selalu menjadi kebiasaan Alana. Ia selalu memeriksa PR Rehan dan isi tas bocah itu. Alana takut jika sampai ada yang tertinggal di rumah.Merasa semuanya sudah lengkap, Alana menganggukan kepalanya lalu ia memberikan tas itu kembali ke tangan Rehan.“Ternyata semuanya sudah lengkap. Kalau begitu kemarikan sisirnya. Biar Mama yang sisirkan rambut kamu!” pinta Alana menengadahkan tangannya pada Rehan.Namun Rehan menggelengkan kepalanya dengan cepat. “Tidak usah, Ma. Rehan sudah besar sekarang. Mama tidak perlu lagi menyisiri rambut R

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Ingin seperti Papa

    Malam ini, Andra sedang duduk di kursi yang terletak di balkon kamarnya. Tampak kaki kanannya tertumpang di kaki kiri. Dengan kacamata yang bertengger di hidung mancungnya, Andra mengamati lamat-lamat buku-buku tebal yang ia pangku di atas—paha.Yang sedang Andra baca itu tentu saja sebuah buku bisnis.Ketika itu Rehan datang dengan membawa snack di tangannya. Bocah kecil itu melangkah mendekati Papanya yang langsung menoleh dan tersenyum begitu melihat Rehan.“Hei! Papa pikir kamu sudah tidur?” Andra tersenyum pada Rehan sembari melepas kacamatanya dan menaruhnya di atas meja.“Belum, Pa. Rehan tidak bisa tidur.” Rehan kini menghempaskan pantatnya di kursi yang ada di depan Andra.“Kenapa kamu tidak bisa tidur? Apa kamu sudah minum susu hangatnya dari Bik Sumi?” tanya Andra kemudian ia menaruh buku tebalnya juga di atas meja. Untuk bergabung dengan kacamatanya.Rehan mengangguk sebagai j

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Istri yang Manis

    Kini Andra dan Alana sudah ada di mobil. Alana mengerutkan keningnya menatap kearah jendela di sampingnya, benaknya berpikir kemana Andra akan menjalankan mobilnya ini?Andra bilang, mereka akan pergi jalan-jalan. Tapi Andra belum memberitahunya kemana tujuan mereka sebenarnya.Sementara Andra sendiri tampak fokus menyetir sembari tatapannya tajam ke depan sana.“Andra!”“Hmm?” Andra berdeham, melirik sekilas kearah Alana yang duduk di sampingnya. Sebelum kemudian kembali memusatkan pandangannya ke jalanan.“Sebenarnya kamu mau bawa aku ke mana?” Alana tak bisa menahan diri untuk tidak menanyakan hal itu. Ia sungguh penasaran.Tapi Andra hanya menahan senyumnya. Melihat Alana yang menatapnya dengan pandangan penuh tanya, membuat Andra merasa geli.“’Kan sudah ku bilang, kalau aku mau membawamu ke sebuah tempat yang akan membuatmu senang melihatnya. Karena it

DMCA.com Protection Status