Home / CEO / Penghangat Ranjang Tuan CEO / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Penghangat Ranjang Tuan CEO: Chapter 81 - Chapter 90

283 Chapters

Sentuhan Terakhir

Mahesa kembali menatap punggung Athalia dengan lamat, lekat, seolah hanya punggung itu saja pemandangan yang bisa dia tatap.Mahesa sedang menikmati punggung ramping itu dengan matanya, sebelum beberapa jam lagi, Athalia akan keluar dari apartmennya.Melipat lalu memasukkan pakaiannya ke dalam koper, Athalia tak sedikit pun mengangkat kepala untuk menatap Mahesa. Dia tak kuasa. Meski lelaki itu masih berdiri dengan tubuh menjulangnya.Selesai berkemas, Athalia menurunkan kopernya dan menggeretnya menuju pintu. Langkahnya terhenti saat suara Mahesa terdengar.“Apa kau akan pulang malam ini?” tanya Mahesa.Athalia terpaku, tapi ia mengangguk tanpa menoleh ke belakang.“Kurasa lebih cepat maka akan lebih baik. Bukankah begitu, Tuan Mahesa?”Mahesa mengulum senyum kecut, Athalia seperti sedang menyindirnya dengan embel-embel tuan yang ia ucapkan.“Sekarang sudah larut, ibu dan adikmu pasti akan bertany
Read more

Apakah Masih akan Berjuang?

Bola mata Mahesa makin berkabut gairah, matanya menatap wajah Athalia penuh hasrat.“Tunggu!” Mahesa mengerutkan kening, tiba-tiba Athalia menahan tangannya ketika Mahesa hendak membuka kaus yang Athalia kenakan.“Kenapa?” sebelah alis Mahesa terangkat, menatap Athalia dengan raut heran.Raut cemas terlihat di gurat wajah Athalia. Bibirnya seperti hendak mengatakan sesuatu, tapi ragu mengatakannya.Athalia meneguk ludah kasar, menatap Mahesa dengan tatapan dalam, membuat sepasang manik mata mereka saling berserobok dalam beberapa saat, sebelum kemudian Athalia berani mengatakannya.“Setelah aku pergi, apa kau masih akan berjuang untuk melawan traumamu?” Sebelah sudut bibir Mahesa sedikit terangkat, tersenyum pahit. Ternyata hal itu yang ingin Athalia tanyakan.Mahesa tidak menggeleng, juga tidak menganggukkan kepalanya. “Kurasa kau tidak perlu menanyakan soal itu. Setelah kau lepas dariku, maka kau sudah tidak berhak menanyakan hal yang pribadi tentangku,” balas Mahesa yang membuat
Read more

Rasa Cemburu di hati Athalia

Mahesa tampak sedang duduk di balik meja kerjanya dengan wajah serius ketika Athalia mengetuk pintu dari luar.“Masuk!” suara berat itu menyahut, membuat Athalia membuang napas pelan, sebelum kemudian memutar kenop, dan mendorong daun pintu hingga sedikit terbuka.“Maaf, Tuan. Ada laporan penting yang harus Anda periksa dan tanda tangani,” ucap Athalia, memberitahu, sambil satu tangannya menutup pintu dengan hati-hati.“Hmm … letakan saja di atas meja,” sahut Mahesa tanpa melepaskan pandangan dari layar monitor di depannya.Athalia menelan berat salivanya, kerongkongannya tiba-tiba mendadak kering. Mahesa mengabaikannya. Seakan Athalia adalah makhluk yang menjijikan jika ditatap.“Baik, Tuan Mahesa.” namun Athalia mengangguk, tersenyum kecil dan membawa map itu dengan langkah jenjangnya.Setelah menaruhnya di atas meja, Athalia sedikit melirik Mahesa dengan ujung matanya, berharap ada sa
Read more

Memanas-manasi Athalia

Athalia mendorong kursinya ke belakang, bangkit berdiri dan berjalan menuju pintu ruang CEO.Tangannya terangkat dan memberanikan diri mengetuk pintu itu. Beberapa kali Athalia berseru dan mengucap permisi, namun tak ada sahutan dari dalam.Athalia jadi gelisah, bingung apa yang harus dia lakukan. Sekali lagi dia mengetuk pintu, tapi tetap sama.“Mungkin Mahesa sedang di kamar mandi,” pikirnya. Kemudian membuang napas pelan. “Sebaiknya aku simpan saja laporan ini di atas meja. Nanti juga dia akan memeriksanya,” lanjut Athalia.Setelah itu, Athalia mendorong pintu dan membentangkannya lebar-lebar. Namun detik selanjutnya, matanya membeliak, diikuti suara terkesiap dari mulutnya. Athalia terkejut, melihat pemandangan di hadapannya.“Apa kau tidak bisa mengetuk pintu terlebih dahulu?” sentak Mahesa, marah.Matanya tajam menatap ke arah Athalia, lalu mendelik kesal. Mahesa duduk di sofa biru panjang yang berad
Read more

Gaun untuk Pesta

Maaf ya! BAB INI harusnya publish tanggal 20 maret ke atas. Malah kepencet hari ini. Lanjutan yang aslinya ada di bab selanjutnya. Bab ini anggap tidak ada saja. Terima kasih. Terlihat kening Leuwis yang berkerut setelah mendengar ucapan Mahesa. Entah mengapa, Mahesa melihat ada raut terkejut di sana. “Kau masih ingat dengan temanmu?” tanya Leuwis, seperti ingin memastikan sesuatu. Tanpa ragu Mahesa menganggukan kepala. “Tentu saja. Dean itu temanku sejak dulu,” jawab Mahesa lagi. “Sudahlah, aku harus berangkat sekarang, Pa. Aku tidak mau terlambat sampai di sana.” Mahesa menarik diri dari hadapan Leuwis, ia melangkah melewati Leuwis. Namun, langkah itu terhenti seketika saat Leuwis berseru memanggilnya. “Mahesa!” Mahesa membuang napas kasar. Benaknya sudah bisa menebak apa yang akan Leuwis katakan setelah ini. “Kenapa kau tidak mengajak Kiran bersamamu?” Ya, tebakan Mahesa sangat tepat. Leuwis pasti akan menanyakan soal Kiran. Lagi dan lagi, tak ada hari dimana Leuwis
Read more

Tiba-tiba diajak Mahesa

Athalia menggigit bibir, tidak mungkin ia menceritakan apa yang sebenarnya mengganggu pikirannya kepada ibunya sendiri. Biarlah apa yang telah terjadi, hanya menjadi rahasianya bersama Mahesa. Athalia kembali menggelengkan kepala, meraih kedua tangan Narsih, lalu memaksakan sebuah senyum lebar yang mengembang di wajahnya.“Ibu lihat, aku baik-baik saja. Apa yang harus Ibu khawatirkan dariku? Aku hanya sedang mencoba untuk diet, jadi aku jarang ikut makan malam dengan kalian,” dusta Athalia.Narsih memindai manik mata Athalia, mencari kebohongan di sana. Tapi Athalia segera mengerjap dan cepat-cepat mengalihkan pembicaraan agar Narsih tak menemukan kebohongan itu.“Tapi khusus untuk malam ini aku akan melupakan dietku. Aku akan makan malam dengan Ibu dan Yasna. Oh iya, Ibu masak apa malam ini?” Athalia nyengir lebar, menampilkan deretan gigi yang rapi. Narsih tersenyum, mengelus rambut panjang Athalia yang terurai hingga ke
Read more

Kalung yang Cantik

Mereka masuk ke dalam lift, Athalia berdiri di samping Mahesa dengan sesekali melirik ke arah lelaki itu dengan ujung matanya. Ia bingung, hatinya bertanya-tanya, akan ke mana Mahesa membawanya?Tiba di baseman kantor, Mahesa  membukakan pintu untuk Athalia, tepat di samping kemudi.“Masuklah, Athalia!” Untuk yang pertama kalinya setelah Athalia meninggalkan apartmen Mahesa, hari ini Athalia bisa merasakan duduk berdua di dalam mobil lagi bersama dengan lelaki itu.Seketika jantungnya serasa melompat-lompat kegirangan, ada rasa senang yang tak bisa ia ungkap seberapa hebatnya.Ketika Mahesa mulai menyalakan mesin mobilnya, Athalia melirik ke arah lelaki itu. Tanpa bisa ditahan, selarik senyum tipis tersungging di bibirnya.  Mahesa selalu terlihat menawan saat sedang fokus menyetir seperti ini.Athalia sudah bahagia, meski Mahesa belum mengatakan akan membawanya ke mana.***Mobil mewah berwarna hitam metalik itu ber
Read more

Rasa Mual

“Aku akan mengajakmu ke butik Ravella. Nanti kau bisa memilih gaun mana pun yang kau suka untuk dipakai saat pesta perusahaanku.”Catat! Mahesa akan mengajak Jessy. Lalu untuk apa Athalia ikut? Athalia mengalihkan pandangan ke luar jendela, menatap dengan beberapa kali menghela napas, seakan berusaha menguatkan hati. “Really?” mata Jessy membulat senang. “Tapi aku memiliki banyak gaun yang masih sangat bagus untuk pesta nanti. Jadi menurutku tidak perlu. Aku bisa memakai gaun yang kupunya saja,” tolak Jessy, menggelengkan kepalanya. Athalia melirik sekilas, entah Jessy sedang menjaga imagenya di depan Mahesa agar tak terkesan matre, atau memang ia benar-benar tak ingin menambah koleksi gaunnya. “Jangan menolakku, Jessy! Kau tahu kalau aku adalah orang yang paling tidak suka ditolak. Aku hanya ingin kau terlihat paling cantik di pesta perusahaanku nanti. Kau mengerti?”Paling cantik? Athalia te
Read more

Buku Athalia

Sedikit ujung bibir Mahesa terangkat, membentuk lengkungan senyum tipis. Namun senyum itu berganti dengan raut bingung bercampur khawatir saat menyadari jika ada yang salah dengan Athalia. “Wajahmu pucat? Kau sakit?” “Tidak, Tuan. Aku baik-baik saja.”Ingin memastikan, Mahesa menjulurkan tangan, menempelkannya di kening dan leher Athalia. Tapi tidak panas. “Kau yakin?” tanya Mahesa, menyelidik. Athalia mengangguk. “Ya, Tuan. Aku yakin.”“Lalu bagaimana dengan hatimu, Athalia? Apa hatimu juga baik-baik saja?”Sedikit berisik, Mahesa menutup telinganya dengan telapak tangan, sedang matanya masih memejam dengan rapat. Suara gemercik air itu mengusik indera pendengarannya, membuat tidur lelapnya terganggu.“Athalia! Sudah berapa kali kubilang, jangan lupa matikan keran setelah kau menggunakannya!” Mahesa setengah berteriak, pada Athalia
Read more

Pesta Perusahaan

Jika biasanya Mahesa melewatinya tanpa menyahut, atau sekadar berdeham, kini lelaki itu justru menghentikan langkah, tepat di depan  meja Athalia.Sesaat terdiam, Athalia merasa Mahesa seperti sedang memperhatikannya. Kemudian lelaki itu bertanya.“Athalia, apa ada jadwal penting hari ini?” sedikit berbasa-basi, Mahesa hanya ingin menutupi kecanggungannya. Matanya masih lekat menatap wajah Athalia.Athalia mendongkak, membalas tatapan Mahesa.   “Tidak ada, Tuan. Seperti yang sudah saya beritahukan kepada Anda kemarin.”Sial! Mahesa lupa. Wajahnya langsung memerah. Tapi ia tetap memaksa senyum penuh wibawa di bibirnya.“Hemm, baiklah. Kalau begitu lanjutkan pekerjaanmu dan antarkan ke ruanganku jika ada laporan yang harus kutanda tangani.”“Baik, Tuan.” Athalia mengangguk, meski merasa aneh. Seharusnya Mahesa tak perlu mengingatkannya, karena itu memang yang biasa ia kerjakan.Mahe
Read more
PREV
1
...
7891011
...
29
DMCA.com Protection Status