Home / CEO / Penghangat Ranjang Tuan CEO / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Penghangat Ranjang Tuan CEO: Chapter 91 - Chapter 100

283 Chapters

Cemburu pada Athalia

“Tuan Mahesa datang!” Fenny—manager dari divisi keuangan, langsung menyenggol lengan Athalia sambil berbisik. Athalia menoleh ke arah Fanny saat mengedikan dagu. Ke pintu masuk pesta.Ya! Mahesa terlihat di sana, berjalan tegas dengan langkah lebarnya, dua orang bodyguard mendampingi di kedua sisi. Dia terlihat tampan dan gagah, juga berwibawa. Seperti yang ditanyakannya kemarin pada Athalia.“Sampai sekarang aku masih bingung, untuk apa kemarin Mahesa mempertanyakan sesuatu yang sudah jelas faktanya. Tanpa perlu kujawab pun, dia sudah terlihat sempurna,” gumam Athalia dalam batinnya, sembari matanya tak lepas menatap ke arah Mahesa yang mengenakan stelan tuxedo berwarna biru dongker. Tetapi alis Athalia mengernyit saat dirinya baru menyadari sesuatu.“Ke mana Jessy? Mengapa aku melihat Mahesa datang sendirian?” ini sedikit membuat Athalia heran.Sejak kemarin, Jessy terlihat selalu menempel pada Mah
Read more

Nyatakan Perasaan

“Bisa dibilang begitu. Karena penampilanku yang terlihat seperti orang culun, banyak yang menghindariku. Bukan hanya perempuan, tetapi juga lelaki. Tapi ada satu orang yang tidak pernah membeda-bedakan teman, dia meraih bahu orang lain dengan sayang, perhatian juga kelembutannya. Dia adalah Athalia, yang seiring waktu berhasil membangkitkan kepercayaan diriku.”Ervan melempar senyum ke arah Athalia ketika mata mereka bertemu, dan Athalia membalasnya dengan selarik senyum tipis. Dada Mahesa bergemuruh, ada yang berkobar di dalam sana. Sedangkan Jessy tetap tenang dengan menikmati makanannya tanpa peduli dengan perbincangan tentang Athalia.“Athalia adalah orang pertama yang membuatku merasa berarti. Awalnya aku merasa sulit menggenggam dunia, meski aku belajar sekeras apapun, tak ada yang mau berteman denganku. Jadi aku memilih untuk menghabiskan waktuku dengan ratusan buku-buku yang pernah kubaca.”“Tapi tangan lembut A
Read more

Saling Cinta

“Dengar, Athalia. Mungkin kau memilih bungkam dan mengabaikan isi hatimu. Tapi sorot matamu berbicara, setiap kali cemburu, setiap kali sedang menatap rindu, atau sedang mencuri pandang ke arahku, aku merasakannya. Aku tahu, satu bulan yang singkat itu mungkin telah menghancurkan perasaan dan harga dirimu sebagai wanita, tapi aku juga tahu, kalau seiring berjalannya waktu, kau jatuh cinta padaku. Kali ini kumohon tidak usah menyangkalnya, karena aku pun merasakan hal yang sama, Athalia,” ucap Mahesa, yang seketika membuat kepala Athalia tertoleh ke arahnya.“Ya, kurasa Mahesa si lelaki yang paling tidak percaya cinta dan komitmen ini ternyata malah takluk pada ucapannya sendiri. Aku jatuh cinta padamu, Athalia. Merasakan apa yang kau rasakan setiap harinya. Kadang aku masih merasa kau ada di sisiku, tapi kemudian aku akan kecewa saat menyadari bahwa kenyataannya berbeda. Kau pun seperti itu ‘kan, Athalia? Kau merindukanku?” tanya Mahesa, setengah
Read more

Hubungan Serius

Namun Athalia hanya mengulum senyum tipis, dia tak terlalu menanggapi ucapan Mahesa kali ini. Dan Mahesa menyadarinya.“Aku tidak mau menjadi Tatiana, kau juga tidak sama dengan Pangeran Axel. Kisah kita berbeda dengan mereka, lagipula … “ “Lagipula apa?” Mahesa mengangkat sebelah alisnya.“Kisah mereka tak berakhir bahagia, itu sebabnya mengapa aku merobek bagian akhir ceritanya,” papar Athalia yang seketika membuat Mahesa sedikit terkejut.Tapi kemudian Mahesa kembali tersenyum, merangkul pundak Athalia dan mendekapnya. Menumpukan dagunya di puncak kepala wanita itu.“It’s oke, Athalia. Kalau begitu mari kita buat kisah yang baru, kisah yang jauh lebih menarik, dan kisah yang akan terukir bahagia sampai bagian akhirnya.”  Mahesa berkata seakan ia lupa bahwa dalam hidup, pasti ada yang namanya luka dan air mata.***Hari ini, untuk yang pertama kali dalam hidupnya,
Read more

Kita sudah Membohonginya

“Tentang ucapan ibumu,” desah Mahesa yang kemudian membuat Athalia menundukan kepalanya.Mahesa mengusap wajahnya dengan sebelah tangan, hembusan napas kasar lolos dari mulutnya. “Kau dengar apa yang diucapkannya tadi, Athalia? Ibumu menganggapmu sebagai berlian, sangat berharga. Dan dia begitu mempercayakanmu padaku. Aku takut, dia akan kecewa andai tahu kalau lelaki yang sangat ia percayai ini adalah orang yang telah merusakmu,” ucap Mahesa, suaranya terdengar lembut. Athalia menaikan pandangan, mata mereka bertemu, Athalia bisa menemukan ketulusan lewat tatapan itu. Ada sesal yang menggunung di dalam hati mereka. Mahesa meremas tangannya, hanya untuk menyembunyikan jemarinya yang gemetar. Kemudian digenggamnya kedua tangan Athalia, sedang matanya menatap lurus.“Maafkan aku, Athalia. Maaf karena aku sudah menjadi lelaki bejat yang sudah merusak kehormatanmu. Selama ini aku pikir semua wanita itu sa
Read more

Duduklah di Sebelahku!

“Ada apa ini, Pa? Mengapa aku mendengar suara ribut di rumah ini?” dari arah tangga, Kiran turun dengan pakaian santainya, kaki jenjangnya menapakki anak tangga itu satu per satu. Sementara keningnya berkerut melihat pada ayahnya.“Sayang! Apa kau merasa terganggu? Kalau begitu, sebaiknya Papa usir saja dia dari sini.”  Ucapan Tuan Gwen langsung membuat Leuwis menggeleng cepat, sementara matanya melebar.“Jangan! Kumohon, Tuan Gwen. Tolong pikirkan lagi permohonanku!” Leuwis kembali mengatupkan kedua tangannya di depan Tuan Gwen, meski lelaki tua itu hanya memasang raut tak peduli.Kemudian Leuwis beralih menatap Kiran yang saat ini sudah berdiri di samping sofa yang diduduki ayahnya. Matanya menatap Leuwis malas, sementara kedua tangannya melipat di depan dada.“Kiran. Om mohon, Kiran. Beri Om kesempatan! Om janji tidak akan menyia-nyiakannya. Om pasti akan melakukan apa yang kau mau. Tolong ban
Read more

Apakah aku Hamil?

Athalia menurut, kaki jenjangnya melangkah menghampiri Mahesa, lalu duduk di sebelahnya. Mahesa langsung merangkul pundak kiri Athalia sambil memainkan surai lembut wanita itu yang menguarkan aroma shampo.Athalia mendongkak, menatap Mahesa. Alisnya bertaut saat menebak seperti ada sesuatu yang serius yang hendak dikatakan oleh lelaki itu.“Ada apa?” tanya Athalia, tak bisa membendung rasa penasarannya. “Kau ingin mengatakan sesuatu?” Mahesa menarik kedua sudut bibirnya, lalu menjawil hidung mancung Athalia, gemas.“Kau ini tahu saja kalau ada hal yang ingin kubicarakan. Jangan-jangan kau bisa menebak isi kepalaku.” “Dari ekspresimu, jika kau sudah terlihat serius, pasti kau ingin mengatakan sesuatu. Dan aku ingin tahu apa itu?” Mahesa terdiam sesaat, sedang berpikir bagaimana ia mengatakannya. Sebenarnya kalimat itu sudah berusaha ia pilah dan tata sebaik mungkin sebelum keluar dari mulu
Read more

Dipecat

Athalia ingat, ketika ia masih menjadi teman tidur Mahesa, tak pernah sekali pun mereka memakai pengaman. Bukankah hal itu akan beresiko besar terhadap jadinya pembuahan?Mata Athalia pun makin melebar, seiring suara terkesiap dari mulutnya.“Apa, apa jangan-jangan aku hamil?”***  Athalia tak bisa membiarkan dirinya terus gellisah dengan berbagai macam pikiran yang berkecamuk dalam benaknya.Akhir-akhir ini ia merasa mual. Dirinya pun tak kunjung datang bulan. Athalia harus memastikan kebenarannya. Maka dari itu ia pergi ke apotek dan membeli beberapa buah testpack. Lalu secara diam-diam mencobanya di dalam kamar mandi.Bola mata itu membeliak lebar saat melihat dua garis merah yang tertera di testpacknya. Mulut Athalia terbuka, nyaris tak percaya, tapi dua garis merah itu bukan hanya ia lihat di satu buah testpack. Melainkan di lima buah testpack dengan merek yang berbeda.Itu artinya, hasilnya benar-benar
Read more

Kecelakaan

Narsih mengangguk. Lalu duduk di balik meja makan, dan memilih untuk makan terlebih dahulu. “Yasna! Sudah dulu belajarnya. Temani Ibu makan!” Narsih sedikit berteriak, agar Yasna yang sedang duduk di depan TV sambil mengerjakan tugasnya, bisa mendengar.“Iya Bu!” Yasna menyahut, cepat membereskan tumpukan kertas di atas meja. Baru saja ia meraih remote dan hendak mematikan TV, Yasna tiba-tiba tertegun melihat layar televisi itu menayangkan sebuah berita tentang kecelakaan lalu lintas.Saat kamera menyorot pada seorang lelaki bertubuh jangkung yang sedang dibopong oleh beberapa orang dan dimasukkan ke dalam ambulan, Yasna langsung terkesiap membekap mulutnya, jatuh sudah remote itu ke lantai saat tangannya tak memiliki kekuatan untuk menggenggam.“Kak Athalia! Kak Athalia ke mari!” teriaknya, setengah menjerit.“Ada apa, Yasna?” Athalia mendekat, diikuti Narsih di belakangnya. Rupanya jeritan Ya
Read more

Hilang Ingatan

Athalia pikir, kenyataan terpahit dalam hidupnya adalah saat Mahesa tak sadarkan diri di atas ranjang rawat itu. Athalia pikir, setelah Mahesa terbangun dan melihatnya, maka semuanya akan menjadi lebih baik. Tapi ternyata semuanya tak sesederhana itu. Hari ini, ia dipukul oleh sebuah kenyataan yang terpahit lainnya. Mahesa sudah sadar setelah koma selama dua hari. Dan untuk pertama kali, Athalia diperbolehkan masuk ke dalam ruang rawat itu.“Mahesa? Apa yang kau rasakan?” tanya Leuwis, berdiri di samping kiri ranjang Mahesa. Bertanya pada lelaki yang baru sadar dari komanya delapan jam yang lalu. “Kepalaku sakit, tubuhku juga.” “Itu wajar, tapi nanti semuanya akan berangsur pulih setelah Mahesa menjalani perawatan intensif di rumah sakit ini. Yang terpenting sekarang, Mahesa telah melewati masa kritisnya dan dia juga sudah sadar dari komanya.” Dokter Erdi menyela. Leuwis mengangguk-anggukan kepalany
Read more
PREV
1
...
89101112
...
29
DMCA.com Protection Status