Home / CEO / Penghangat Ranjang Tuan CEO / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Penghangat Ranjang Tuan CEO: Chapter 111 - Chapter 120

283 Chapters

Pacar Menyebalkan

Narsih mendekat, berdiri di hadapan kedua putrinya.“Lalu, apa yang kau lakukan ini? Ibu masih bisa mengumpulkan uang untuk membeli sepatu Yasna.”Athalia menggeleng, meraih tangan Narsih lalu menggenggamnya.“Hari ini, boss pemilik restoran memberiku uang bonus yang sangat banyak. Aku menabung sisanya, sementara sebagian kubelikan barang-barang penting, termasuk sepatunya Yasna.”Manik mata Narsih membulat senang setelah mendengar itu.“Benarkah?” tanyanya, memastikan.Tanpa ragu Athalia langsung menganggukkan kepala. Lantas bibirnya mulai menceritakan apa saja yang terjadi hari ini, tentang Dirly, tentang Dean yang memanggilnya ke ruangan pribadinya di lantai tujuh, juga tentang bonus yang diberikan oleh lelaki itu.Tanpa ragu Athalia langsung menganggukkan kepala. Lantas bibirnya mulai menceritakan apa saja yang terjadi hari ini, tentang Dirly, tentang Dean yang memanggilnya ke ruangan pribadinya di lantai tuj
Read more

Memeluk Mama Athalia

Kiran berseru riang, segera mengaitkan tangannya di lengan Mahesa, kemudian menarik lelaki itu menuju ke sebuah toko yang menyediakan banyak tas brended.“Sayang, menurutmu, aku lebih bagus pakai yang biru atau yang merah?” Kiran menunjukan dua tas dalam genggamannya di depan Mahesa. Lalu bergaya saat menenteng tas itu di lengannya. Ia sedang meminta pendapat dari Mahesa.“Terserah.  Kau pilih saja yang kau suka,” balas Mahesa sekenanya.Perkataannya itu membuat Kiran merengutkan wajahnya. Merasa tak suka dengan sikap cuek lelaki itu. “Tapi aku sedang meminta pendapatmu. Jika kau menyukai yang biru, maka aku akan pilih yang biru. Tapi jika menurutmu aku lebih cocok menggunakan yang merah, maka aku akan pilih yang merah.” “Kalau begitu ambil yang merah saja.” tak ingin memperpanjang waktu, Mahesa segera menjawab asal, yang penting ia bisa segera balik ke kantor.Mahesa berdoa dal
Read more

De Javu

Tak ingin membiarkan Athalia salah paham, Dean merasa ia berkewajiban untuk menjelaskan yang segamblang-gamblangnya pada Athalia.Dean tahu bahwa Athalia pasti bertanya-tanya dalam hatinya. Dean juga takut merasa Athalia tak nyaman ketika Dirly beberapa kali memanggilnya dengan sebutan mama.Tapi kali ini, tepat saat sinar matahari mulai meredup, angin sore membelai rambut Athalia yang tergerai, hingga bergerak pelan, Dean mengajak Athalia duduk dan bicara.Di taman yang cukup sepi, yang letaknya ada di belakang restoran itu.“Jadi, mendiang istri Anda sangat mirip denganku?” Athalia awalnya tidak percaya, bagaimana mungkin seseorang bisa sangat mirip dengannya.Tapi ketika Dean mengangguk dan menunjukkan sebuah foto pernikahan yang biasa ia simpan rapi di dalam dompet, seketika Athalia terhenyak membuka mulutnya.Ternyata apa yang dikatakan oleh Dean memang benar, wanita yang bernama Alma itu sangat mirip dengannya.“Dia sudah me
Read more

Siapa Gadis itu?

Namun, saat Mahesa memejamkan matanya, saat itu juga, tiba-tiba berkelebatan bayangan seorang gadis berambut terurai, dengan gaun malam, memadu kasih dengannya di atas ranjang.Namun Mahesa tak bisa melihat wajah gadis itu dengan jelas, hanya samar. Terkejut, seketika Mahesa pun membuka matanya kembali. Ia tersentak pada kesadarannya. Deru napasnya kini bergerak naik-turun dengan sedikit cepat.“Siapa gadis itu? Gadis itu sering muncul dalam ingatanku hampir setiap malam. Tapi aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Hanya satu hal yang bisa kupastikan, gadis itu bukan Kiran. Aku tahu itu, dia bukan Kiran. Tapi siapa?” gumam Mahesa, bertanya pada heningnya malam yang hanya bisa menjawabnya dengan kebisuan.Merasa keningnya berdenyut, Mahesa memegangi kepalanya yang saat ini sudah tidak lagi dibalut dengan perban.Sedikit tertatih, Mahesa mendudukan dirinya di atas kursi balkon, kemudian menarik napas pelan. Ia ke
Read more

Berkelahi di Sekolah

"Apakah sampai detik ini kau masih belum ingat aku?" Athalia bertanya, entah pada siapa. Mungkin pada angin malam yang masuk melalui jendela kamarnya yang sengaja ia buka. Angin itu menelisik dan menggoyangkan sedikit rambutnya. Mungkin juga pertanyaan itu ia tujukan pada sebuah kalung berlian berbandul biru di tangannya. Kalung itu, kalung yang dulu pernah diberikan oleh Mahesa padanya, tepat ketika acara ulang tahun perusahaan. Si pemberi kalung itu memberikan banyak kenangan pahit dan manis dalam hidup Athalia. Dan sialnya, malam ini Athalia merasa rindu. "Sebenarnya aku bisa saja menjual kalung ini saat sedang mengalami kesulitan ekonomi setelah kami diusir. Apalagi kalung ini harganya sangat mahal. Tapi aku tidak melakukannya. Karena kalung ini sangat berharga bagiku. Dan aku berjanji, akan selalu menyimpannya dengan baik. Kalung ini pernah menjadi simbol ketulusanmu, saat kata cinta terucap untuk yang pertama ka
Read more

Dean bertemu Mahesa

Pertanyaan itu langsung terjawab ketika tak berselang lama, Athalia kembali masuk ke dalam mobil. "Sudah selesai, Nona?" "Sudah, Pak. Ayo jalan lagi!" Dirly kembali menunduk dan mengalihkan pandangannya dari Athalia. Tapi, meski begitu, tadi ia sempat melihat benda apa yang Athalia bawa masuk ke dalam mobil. "Ice cream?" Athalia membeli dua cup ice cream dan sekarang ia sedang menyodorkan salah satunya pada Dirly. Dirly menoleh, sejenak menatap pada ice cream di tangan Athalia. Tapi kemudian matanya terangkat hingga bertemu dengan kedua bola mata Athalia yang cokelat muda. "Ambil saja, aku tahu kalah kau sangat suka dengan ice cream." Athalia sedikit menggoyangkan cup ice cream yang ia sodorkan pada Dirly. Dirly mengangguk, lalu meraih ice cream itu dari tangan Athalia. "Terima kasih, Tante." sekarang sudah tak terdengar lagi sebutan mama untuk Athalia. Membuat Athalia menar
Read more

Athalia mirip Istriku

Tawa Mahesa yang berderai itu, seakan menular pada Dean. Dean terkekeh seraya menggeleng-gelengkan kepalanya. "Dia pasti sangat menggemaskan," ucap Mahesa mengenai Dirly. Dean mengangguk setuju. "Ya, begitulah. Kata orang, buah tidak akan jatuh jauh dari pohonnya." Dean berseloroh. Mahesa kembali tertawa, kali ini sambil memijiti keningnya. Dean meraih air minum di samping piringnya, kemudian meneguknya. "Oh ya, bagaimana kabar istrimu? Aku belum pernah bertemu dengannya karena waktu itu tidak bisa hadir di pernikahan kalian."Pertanyaan Mahesa berhasil membuat gerakan meneguk Dean terhenti. Dean menjauhkan gelas dari bibir, matanya menatap nyalang, lalu senyum tipis penuh kekecewaan tersungging di bibirnya. "Alma ...  Dia sudah meninggal setelah melahirkan Dirly," jawab Dean. Terlihat raut terkejut di wajah Mahesa. "Maaf, aku tidak tahu kalau-""Bu
Read more

Karena Hamil

Marah? Untuk apa Papa marah?" Dean menaikan sebelah alisnya. Ucapannya membuat Dirly berani mengangkat kepalanya dan menatap bola mata Dean. Sebenarnya, Dean sudah tahu dari Athalia apa alasan Dirly memukuli teman sekelasnya. Dean menganggap bahwa Dirly tak bersalah. Jadi ia tak akan mungkin memarahi orang yang tak melakukan kesalahan. "Aku sudah membuat dua temanku masuk klinik. Papa tidak akan menghukumku?" tanya Dirly. Dean tersenyum kecil, memegangi kedua pundak Dirly sembari menatapnya lekat. "Tante Athalia sudah memberitahu Papa semuanya. Dan Papa putuskan untuk tidak akan menghukummu, karena kau tidak salah. Tapi sikap kedua temanmu itu sangat tidak baik, mengatai dan membully orang lain yang tidak memiliki ibu. Itu  adalah hal yang tidak dibenarkan. Jadi sekarang kau bebas dari hukuman maupun kemarahan Papa."Mendengar ucapan Dean, mata Dirly langsung berbinar. "Sebenarnya, Papa memiliki a
Read more

Jadi Baby Sitter

"Tapi aku sangat membutuhkan pekerjaan ini, Pa. Jika aku dipecat, aku tidak tahu harus ke mana lagi mencari kerja. Sementara mereka pasti tidak ada yang akan mau menerima pekerja yang sedang hamil sepertiku." Athalia terisak pelan, berbicara pada Dean sambil mengusap sudut matanya yang berair. Athalia menunduk, menyembunyikan tangisnya yang makin berderai. Akan tetapi, suara Dean membuatnya kembali mengangkat kepala. "Aku memang akan memecatmu dari restoran ini. Tapi bukan berarti aku akan melepaskanmu begitu saja. Kau akan tetap bekerja denganku, Athalia. Tapi bedanya, kali ini kau bukan bekerja sebagai pelayan di restoranku," kata Dean.Athalia menautkan kedua alisnya hingga bertemu, matanya mengerjap menatap Dean dengan penuh penasaran. "Lalu, aku akan bekerja sebagai apa?""Baby sitternya Dirly," jawab Dean. Mendengar itu, Athalia kembali terkejut. Menjadi baby sitter? Untuk seorang anak berusia enam tah
Read more

Nama yang cantik

Tak sedikit pun Mahesa menghiraukan panggilan dari wanita itu. Ia tetap melangkah tegas menapaki anak tangga. Membuat Bianca meremas tangannya kuat, ia sangat kesal dan marah. Mengapa sulit untuk membuat Mahesa tergoda padanya? Apakah ia kurang seksi? "Andai bukan karena Papa memperingatiku, pasti aku sudah memberitahu Mahesa soal rencana pernikahannya dengan Athalia. Juga soal Kiran yang bukan siapa-siapa." Bianca berdecak kesal, mengentakkan sebelah kakinya ke lantai. Bianca ingin sekali memberitahu Mahesa soal Athalia. Bukan karena Bianca peduli pada Athalia, tetapi Karena ia ingin agar Mahesa berjauhan dengan Kiran. Sedangkan Athalia, Bianca tahu Athalia takkan kembali. Jadi ia tak merasa Athalia mengancam posisinya untuk mendapatkan Mahesa. Tapi sialnya, selain tak memiliki keberanian karena takut pada Leuwis, Bianca pun tak memiliki bukti yang bisa ia berikan pada Mahesa. Sebab, saat Mahesa masih men
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
29
DMCA.com Protection Status