Home / CEO / Penghangat Ranjang Tuan CEO / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Penghangat Ranjang Tuan CEO: Chapter 71 - Chapter 80

283 Chapters

Anak Sandra!

“Papa hanya ingin memintamu untuk datang ke perusahaan Papa sekarang juga, Mahesa!” perintah Leuwis dengan suaranya yang tegas.Alis Mahesa terangkat sebelah.“Untuk apa?” tanya Mahesa.“Jangan banyak bertanya, pokoknya datang saja dan lakukan apa yang Papa minta!” tekannya yang seolah memperlakukan Mahesa selayaknya robot yang bisa ia kendalikan.Mahesa mendengus. “Kalau aku tidak mau, bagaimana?” tantang Mahesa, dagunya terangkat, ia sengaja mempermainkan Leuwis.Terdengar suara menggeram di seberang telpon, mungkin Leuwis merasa kesal dan marah begitu mendengar Mahesa yang malah menantangnya.“Jangan mencoba menguji kesabaranku! Aku hanya memintamu datang, itu saja!”“Tapi masalahnya aku tidak mau. Maaf, Pa. Banyak sekali pekerjaan yang harus kuselesaikan. Jadi aku tidak akan menuruti perintah Papa. Aku tidak akan datang ke sana. Sampai jumpa!” TUT
Read more

Demi Mahesa

“Kau sama sepertinya. Selalu membangkang ucapanku. Sepertinya darah Sandra lebih mendominasi di dalam tubuhmu hingga kau sangat mirip dengannya,” lanjut Leuwis kemudian tersenyum sinis.Mahesa yang tidak suka mendengar dirinya disamakan dengan Sandra—ibu yang sudah tega meninggalkannya demi lelaki lain, langsung berang hingga bangkit dari kursinya.“Diam! Sekarang juga aku minta keluar dari ruanganku!” sentak Mahesa, mengarahkan telunjuknya ke arah daun pintu.Senyum di wajah Leuwis semakin lebar, ia senang karena Mahesa mulai terpancing emosi oleh ucapannya.“Dasimu hari ini berwarna merah, aku jadi ingat kalau Sandra sangat menyukai warna itu. Oh, aku tahu. Kau sengaja memakainya karena sedang teringat dengan ibumu, bukan? Kau merindukannya, Mahesa?” ejek Leuwis.Mahesa melihat ke arah dasi panjangnya yang sialnya ternyata memang berwarna merah. Seketika ingatan tentang Sandra, saling berkelebat dalam ben
Read more

Athalia Menemui Leuwis

“Bisakah kau menjalankan mobilnya dengan benar?!” sentak Leuwis memarahi sopirnya yang tiba-tiba saja menghentikan mobilnya secara mendadak.“Maaf, Tuan. Ada seorang wanita yang menghadang di depan mobil ini,” kata sopir itu.Ucapannya berhasil membuat kening Leuwis berkerut heran. “Wanita?” Leuwis yang duduk di kursi belakang, menggeser kepalanya untuk melihat siapa sosok wanita yang dimaksud oleh sopirnya. Dan matanya melebar begitu melihat Athalia berdiri di depan mobilnya. Athalia menurunkan kedua lengannya yang tadi ia bentangkan untuk menghadang mobil ini.Leuwis berdecak kesal, padahal ia sudah sangat lelah dan ingin istirahat. Tapi Athalia malah berdiri dan menghalangi laju mobilnya yang baru saja akan memasuki gerbang rumah.“Ck! Apa yang dilakukan wanita itu? Apa dia ingin mati?” Leuwis turun dari mobil. Membenarkan kelepak jasnya, Leuwis melangkah tegas menuju tempat dimana Athalia be
Read more

Kenapa Aku ingin Athalia tetap Di Sini?

Athalia mengernyitkan alisnya, ia merasa tak perlu menggubris ejekan Bianca. Sekali lagi, Athalia tak ingin berkelahi apalagi dengan Bianca.Maka daripada menanggapi Bianca, Athalia memilih membalikan badannya, hendak pergi, tapi tangan Bianca menahan pundaknya.“Kau mau ke mana? Aku belum selesai bicara. Di mana kau taruh telingamu? Hah?” Kesal, Athalia menepis tangan Bianca dari pundaknya dengan sedikit kasar, kemudian menatap wanita itu dengan mendelik.“Yang jelas aku datang bukan untuk bertemu denganmu. Karena kita tidak memiliki urusan apapun,” jawab Athalia yang membuat Bianca cukup terperangah. Bianca tidak percaya jika ternyata Athalia berani menantangnya.Athalia sama sekali tidak terlihat takut padanya.“Siapa bilang kita tidak memiliki urusan apapun. Bagaimana dengan Mahesa? Jauh sebelum kau menjadi sekretarisnya, aku lah wanita yang lebih dulu mendekatinya. Aku ingin dia menjadi milikku. Tapi
Read more

Menjebak Mahesa

“Maaf, Tuan Leuwis. Saya tidak mau melakukannya. Saya tidak sampai hati.” Bik Atin menggelengkan kepala ketika mendapat perintah dari Leuwis untuk menghubungi Mahesa.Pagi tadi Leuwis memanggil Bik Atin untuk datang ke kamarnya. Tadinya Bik Atin pikir, Leuwis hanya akan menyuruhnya untuk mengambil cucian. Namun ternyata majikannya itu menyuruhnya untuk menghubungi Mahesa agar datang ke rumah ini dengan menggunakan ponsel butut yang dimiliki oleh Bik Atin.Bik Atin yang sudah puluhan tahun bekerja bersama Leuwis, tahu betul bagaimana tabiat majikannya itu. Ia merasa kalau Leuwis akan melakukan hal yang buruk. Perasaannya pun tidak enak. Maka Bik Atin memilih menolak perintah dari Leuwis.“Kau berani membangkangku, Bik? Majikanmu itu adalah aku! Bukan Mahesa! Sekarang juga aku minta telpon Mahesa untuk datang ke sini. Dia sangat percaya padamu, bukan? Dia pasti akan datang jika kau yang memintanya.” Leuwis kembali memerintah, kali ini denga
Read more

Kau Ayah Terburuk di Dunia!

"Sepertinya aku harus memberitahumu sesuatu. Kemarin kekasihmu datang dan mengemis padaku agar tidak lagi mengusik traumamu. Sungguh manis apa yang dia lakukan. Tapi sayangnya hal itu tidak akan membuatku tersentuh sama sekali."Mendengar penuturan Leuwis, seketika Mahesa mengerutkan keningnya, berpikir keras siapa kekasihnya yang dimaksud oleh Leuwis? Sampai kemudian nama Athalia terlintas dalam benaknya. "Athalia? Jadi dia sengaja datang ke rumah Papa tanpa sepengetahuanku? Dan dia meminta Papa untuk berhenti mengusikku," ucap Mahesa dalam hati. Mahesa tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Leuwis mengedikan kedua bahunya sambil berpangku tangan, senyum lebar nan jumawa masih tercetak di bibirnya. "Sepertinya hubungan kalian sudah sangat dekat. Dia bahkan berani mendatangi rumahku hanya untukmu. Oh iya, dan sejak kapan Athalia memanggilmu tanpa embel-embel tuan?" lanjut Leuwis bertanya, sambil melemparkan senyum mengej
Read more

Ingin Bertemu tak Peduli Mahesa akan Marah

Leuwis mengumpat dalam hati. Sia-sia saja ia memajang foto-foto Sandra di dinding ruang tamu ini. Karena nyatanya, Mahesa enggan melirik ke arah foto itu sama sekali. Padahal tadinya Leuwis berharap kalau Mahesa akan gelisah dan takut saat melihat foto itu, sampai akhirnya memohon kepada Leuwis dan menyetujui untuk menikah dengan Kiran."Kurasa, di belahan dunia, hanya kau saja ayah yang ingin anaknya menderita. Kau sengaja ingin membuatku lemah dengan memajang foto-fotonya? Benar, bukan? Kau berharap agar aku bisa luluh dan mau menerima perjodohan dengan anak dari teman bisnismu itu? Ck! Sayangnya caramu tidak akan membuatku berubah pikiran. Aku akan tetap menolak perjodohan ini dengan tegas!" cetus Mahesa sambil menekankan kata-katanya di depan Leuwis.Leuwis yang mendengarnya pun hanya bisa terkejut. Dia tidak pernah mengira jika Mahesa akan seberani ini menantangnya. Biasanya, Mahesa akan langsung luluh dan menyerah jika Leuwis sudah melontarkan nama Sandra dan mul
Read more

Menikmati Hujan Bersama Athalia

Di sini dingin sekali, dari atas langit, hujan deras terus mengguyur tubuhnya. Sesekali suara guntur terdengar di telinga, tetapi Mahesa tak peduli, ia memilih mengabaikannya.Meskipun stelan kerja berwarna hitam yang ia kenakan semakin lama semakin basah kuyup, meskipun hawa dingin terasa makin menusuk, Mahesa tetap berdiri tegak di atas rooftop kantornya yang terbuka.Di sini tak ada atap yang akan melindunginya dari hujan, ia bisa bebas menangis tanpa takut air matanya akan terlihat oleh orang lain. Beruntung hujan menyamarkan tangisnya, hingga ia tak terlihat cengeng saat ini.Walau pun sebenarnya, entah berapa kali bulir bening itu menetes melewati pelupuk matanya. Kata-kata serta perlakuan Leuwis hari ini telah membuat hatinya sangat remuk.“Lihatlah betapa sombongnya dia! Dia ingin memaksaku untuk menuruti kehendaknya. Dia ingin menjadikanku boneka yang bisa diperalat agar mencapai tujuannya. Sementara dia sendiri tak pernah sekali pun member
Read more

Ke Pesta Pertunangan Sahabat

Tetapi Mahesa tak menyahut, matanya dalam menatap Athalia, sesaat ia terdiam, mengamati wajah cantik di hadapannya. Sebelum kemudian tiba-tiba saja Mahesa melakukan hal yang tidak terduga.Lelaki itu merebut payung yang Athalia pegang, lalu melemparnya sembarangan. Tanpa basa-basi Mahesa menunduk, lalu memagut bibir Athalia di antara guyuran hujan. Athalia terkejut, tapi ia tak melawan. Athalia mengangkat kedua lengannya, lalu melingkarkannya di leher Mahesa yang kekar. Ciuman—Mahesa kali ini berbeda dari biasanya. Mahesa melakukannya dengan lembut, penuh perasaan. Athalia menikmati setiap detiknya bibir mereka saling meraup dengan halus. Tak peduli dengan dingin yang semakin menusuk, mereka tetap membunuh waktu dengan saling memagut mesra.Satu hal yang Athalia tidak sadari, Mahesa menciumi bibirnya dalam tangis dan air mata. Tetapi ia membiarkan hujan menyamarkannya hingga Athalia tak akan tahu kalau Mahesa menangis untuknya.Ya
Read more

Sebegitu inginnya Kau Lepas Dariku, Athalia?

“Mahesa! Aku senang kau datang!” “Aku sudah bilang, aku akan datang jika sempat.” Tiba di pesta megah itu, yang diadakan di sebuah ballroom hotel ternama di Indonesia, Mahesa langsung disambut oleh rekan kerjanya yang malam ini akan bertunangan. Mereka tampak akrab, Mahesa sempat mengenalkan Athalia sesaat, sebelum kemudian Athalia memilih mengedarkan pandangannya ke sekeliling aula pesta itu.Tiba-tiba Athalia tersenyum miris. Sialnya hatinya malah berharap kalau suatu saat ia pun akan bertunangan dengan pesta yang mewah seperti ini.“Mimpimu terlalu tinggi, Athalia. Kau hanya upik abu dalam dunia nyata. Tak akan ada pangeran yang mau memperistrimu,” gumam Athalia dalam hati, sambil menggelengkan kepala.Setelah acara tukar cincin dilakukan, semua tamu langsung menikmati jamuan pesta yang begitu memikat lidah. Athalia dan Mahesa duduk di satu meja yang berbentuk bulat. Merek
Read more
PREV
1
...
678910
...
29
DMCA.com Protection Status