Semua Bab Penghangat Ranjang Tuan CEO: Bab 171 - Bab 180

283 Bab

Bertemu Seseorang

“Wah! Kak Athalia cantik sekali!” Yasna yang semula mengintip di balik pintu, kini langsung membuka daun pintu itu lebih lebar dan matanya membulat takjub menatap Athalia.“Yasna! Apa yang kau lakukan? Jangan bilang kalau sejak tadi kau berdiri di sana.” Athalia cemberut, melipat kedua tangan di depan dada, berpura-pura marah. Ia baru saja selesai merias diri di depan cermin. Memasangkan jepit bunga berwarna biru di sisi kanan rambutnya.Athalia mengenakan dress berwarna sebiru laut, panjangnya menjuntai hingga ke lantai. Namun ada belahan hingga ke lutut yang membuat kaki jenjangnya terlihat.Dress itu tak berlengan, menampilkan kulit lengan Athalia yang seputih pualam.Yasna nyengir, deretan giginya yang putih itu langsung terlihat. “Maaf, Kak. Aku hanya ingin lihat, Kak Athalia dandan secantik apa untuk acara pesta ulang tahun perusahaannya Kak Mahesa. Dan Ya ampun, penampilan Kak Athalia membuatku terkejut.
Baca selengkapnya

Dibawa oleh Mahesa

Sesaat Athalia mengerutkan kening, mencoba meneliti wajah tampan di hadapannya. “Benar, aku Athalia. Maaf, apa kita pernah bertemu?” karena wajah itu tampak asing baginya.Lelaki itu terkekeh pelan, seolah pertanyaan Athalia terdengar lucu di telinganya.“Kau lupa dengan aku? Ini aku, Ervan. Teman kelasmu saat SMA.” Mata Athalia perlahan membulat, seiring dengan mulutnya yang terbuka. Ia terkejut, demi mengetahui siapa sosok yang saat ini menatapnya dengan lamat.“Ervan?! Kau Ervan? Ah, maaf. Aku baru mengenalimu sekarang. Karena setahuku dulu kau—“ “Culun?” sambung Ervan. Athalia menggigit bibir, enggan menyebut kata itu. Tapi Ervan tertawa pelan. Lalu kepalanya mengangguk-angguk sementara sebelah tangannya tenggelam dalam saku celana.“Wajar jika kau tidak mengenalku. Karena Ervan yang kau kenal dulu adalah lelaki culun yang tak pernah lepas dari kacamatanya, rambut yan
Baca selengkapnya

Ajakan Menikah

Sambil menenggelamkan kedua tangannya ke dalam saku celana, Mahesa melangkah pelan, menghampiri Athalia.“Semua orang menyanjung kalian, memuji penampilan kalian yang sempurna. Katanya suara kalian sangat merdu, banyak yang mengatakan kalian adalah pasangan yang cocok.” sebelah bibir Mahesa berkedut, seakan tak suka dengan ucapannya sendiri.Athalia masih mengerutkan keningnya. Langkahnya mundur perlahan saat langkah Mahesa semakin maju ke arahnya.“Apa maksud semua ini? Mengapa kau mematikan lampu dan membawaku ke mari?”Sudut-sudut bibir lelaki itu terangkat, membentuk sedikit senyum miring. Belakang tubuh Athalia mentok pada meja kerja Mahesa, membuat Mahesa dengan leluasa menunduk, dan mengungkung Athalia di tengah tubuhnya.Athalia mengerjap, menyadari ia terperangkat saat kedua tangan kekar Mahesa bertumpu pada tepi meja, menahannya agar tak bisa lari ke mana pun.Hawa dingin segera menyeruak masuk dan menusuk di sekujur tu
Baca selengkapnya

Jaga Athalia!

Namun barang yang Mahesa tunjukkan itu sukses membuat Athalia terkesiap dengan mulut yang terbuka.“Mahesa! Itu … bukankah kalung itu—“Belum juga Athalia menyelesaikan ucapannya, Mahesa segera memotong.“Ya, ini kalung yang waktu itu.  Yang kubeli di toko berlian denganmu.”“Tapi, katamu waktu itu kau membelinya untuk—““Sssttt!” kali ini Mahesa membungkam Athalia dengan menempelkan telunjuk di bibirnya.Mata Athalia bergerak-gerak mengamati wajah tampan di depannya, pertanyaannya masih belum terjawab.“Saat itu aku berbohong hanya untuk membuatmu makin cemburu,” bisik Mahesa yang langsung dibalas Athalia dengan cubitan di lengan.Mahesa terkekeh pelan.“Kalung ini memiliki bandul berwarna sebiru laut, cantik dan indah. Tentu saja aku membelinya untuk seorang wanita yang sangat spesial dalam hidupku. Wanita yang mampu mengetuk pintu hatiku, disaat a
Baca selengkapnya

Memohon Bantuan

Kali ini hening, baik Athalia maupun Mahesa, keduanya sama-sama diam. Lidah mereka terasa kelu, seperti tak bisa melontarkan satu kata pun. Masing-masing tenggelam dalam pikiran. Lalu menunduk, dengan raut wajah yang tampak merasa … bersalah.Athalia tahu, ada sesuatu yang dipikirkan oleh Mahesa. Lelaki itu mendadak jadi pendiam setelah menghabiskan makanannya.Sebenarnya benak Athalia pun dibebani dengan memikirkan sesuatu. Yaitu ucapan ibunya.“Athalia, aku pulang ya.” saking sibuk benaknya berkelana, sampai tak sadar jika langkah mereka sudah tiba di samping mobil Mahesa yang terparkir di depan teras.Athalia mengangguk, tersenyum kecil. “Ya, hati-hati.”“Sampai jumpa di kantor besok pagi!”   “Sampai jumpa!”Mahesa mengucap puncak kepala Athalia, kemudian membalikan badan dan membuka pintu mobil. Namun ia tak langsung masuk, malah tercenung sesaat seperti berpikir. Lalu
Baca selengkapnya

Prewedding

“Ada apa ini, Pa? Mengapa aku mendengar suara ribut di rumah ini?” dari arah tangga, Kiran turun dengan pakaian santainya, kaki jenjangnya menapakki anak tangga itu satu per satu. Sementara keningnya berkerut melihat pada ayahnya.“Sayang! Apa kau merasa terganggu? Kalau begitu, sebaiknya Papa usir saja dia dari sini.”  Ucapan Tuan Gwen langsung membuat Leuwis menggeleng cepat, sementara matanya melebar.“Jangan! Kumohon, Tuan Gwen.  Tolong pikirkan lagi permohonanku!” Leuwis kembali mengatupkan kedua tangannya di depan Tuan Gwen, meski lelaki tua itu hanya memasang raut tak peduli.Kemudian Leuwis beralih menatap Kiran yang saat ini sudah berdiri di samping sofa yang diduduki ayahnya. Matanya menatap Leuwis malas, sementara kedua tangannya melipat di depan dada.“Kiran. Om mohon, Kiran. Beri Om kesempatan! Om janji tidak akan menyia-nyiakannya. Om pasti akan melakukan apa yang kau mau. Tolong bantu yakink
Baca selengkapnya

Kaulah Hidupku

Mahesa sedang berkutat dengan laptop di hadapannya saat terdengar suara pintu diketuk dari luar. “Masuk!” perintahnya, tanpa melirik sedikit pun.Pintu pun berderit terbuka, lalu Athalia muncul setelahnya. Tangannya memegang sebuah nampan yang di atasnya ada secangkir kopi panas pesanan Mahesa.“Kopinya, Tuan. Jangan terlalu serius bekerja, nanti Anda bisa mengalami kebotakan lebih cepat.” Athalia menaruh nampan di atas meja.Ucapannya berhasil menggelitik Mahesa hingga menghentikan gerak jemarinya di atas keyboard. Kini matanya melirik pada Athalia. Ia tahu kalau wanita yang hari ini mengenakan blouse biru itu sedang menggodanya.“Memangnya kenapa kalau aku botak? Hal itu tidak akan sedikit pun mengurangi ketampananku.” Mahesa meraih cangkir itu, mendekatkan ke bibi, lalu meniup-niup uapnya pelan, sebelum menyesap kopinya.Athalia memutar bola mata. “Mulai over confident.”Mahesa terkekeh, nyar
Baca selengkapnya

Seperti Mimpi

Mahesa memang serius dengan ucapannya. Hari ini, Athalia telah resmi berhenti bekerja sebagai sekretaris lelaki itu. Tapi Athalia tak merasa keberatan, toh itu kemauan calon suaminya.Calon suami? Mengingat itu, Athalia mengulum senyum. Pernikahan mereka sudah ada di depan mata. Bahkan Mahesa sudah menyuruh orang untuk mengurus undangan pernikahan mereka. Sementara gaun pernikahan mereka sudah siap di tangan designer terbaik.“Athalia! Kau tidak pergi bekerja hari ini?” Rika—salah seorang tetangga Athalia bertanya. Dia sedang menjemur pakaian di halaman depan, sama seperti yang sedang dilakukan Athalia sekarang.Para tetangga di dalam gang ini memang jauh lebih ramah dibanding tetangga Athalia di kontrakan sebelumnya. Di sini Athalia bisa merasakan bagaimana berbaur dengan tetangga, saling menyapa, atau sekadar melempar senyum saat berpapasan. Hal yang tidak pernah di dapatkannya saat masih hidup di kontrakan sebelumnya, karena tetangganya yang dulu
Baca selengkapnya

Tak Diperbolehkan Masuk

Athalia terduduk gelisah, menautkan kedua tangannya di atas paha. Matanya memerah, mati-matian ia berusaha menahan tangis. Ada sesuatu yang mengusik pikirannya. Tadi saat ia menelpon dan memberitahu Mahesa soal kehamilannya, lelaki itu hanya diam, bergeming tanpa suara, dan hanya menyuruhnya menunggu. Hal itu membuat Athalia menyimpulkan banyak hal. Apakah Mahesa tidak senang mendengar kehamilannya?  Hati Athalia sesak, membayangkan seandainya Mahesa benar-benar tidak senang dengan kehamilannya? Bagaimana… Suara ketukan pintu terdengar dari luar, segera Athalia mengusap air matanya, berpura-pura tidur dan bersembunyi di balik selimut.“Kak Athalia? Kakak sedang tidur ya?” ternyata itu Yasna. Kakinya berjalan, menghampiri ranjang Athalia. Lalu helaan napas pelan keluar dari mulutnya saat melihat Athalia tampak pulas, meski wajahnya sedikit tertutupi oleh rambut. Sengaja, Athalia tak ingin Yasna melihat sis
Baca selengkapnya

Tidak Ingat pada Athalia

Narsih dan Yasna sudah berdiri sejak tadi, saling menggenggam dan menatap dengan raut khawatir. Athalia tersenyum kecut. “Dokter. Bukankah tadi kau bilang Mahesa tidak boleh dijenguk saat aku memohon untuk masuk ke dalam ruang rawatnya? Tapi kenapa sekarang kau membolehkan mereka masuk?” Berdeham sebentar, Dokter Erdi sedikit kikuk. Tapi ia tetap menjaga wajah wibawanya di hadapan Tuan Leuwis.“Mereka berbeda, Tuan Leuwis adalah keluarga pasien.”“Tapi aku calon istrinya!” Athalia sedikit meninggikan nada bicaranya, ia merasa diperlakukan tidak adil di sini.“Kau pikir putraku akan benar-benar menikahimu? Huh! Jangan bermimpi terlalu tinggi, Athalia! Harusnya kau sadar, kau tidak pantas bersanding dengan Mahesa. Sekarang saja kau sudah membawa sial dalam kehidupan putraku. Kau tidak pantas untuknya!” cetus Leuwis, yang sejak tadi hanya diam dan menatap penuh amarah pada Athalia.Meli
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1617181920
...
29
DMCA.com Protection Status