Share

Prewedding

Author: Syifa Safaah
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Ada apa ini, Pa? Mengapa aku mendengar suara ribut di rumah ini?” dari arah tangga, Kiran turun dengan pakaian santainya, kaki jenjangnya menapakki anak tangga itu satu per satu. Sementara keningnya berkerut melihat pada ayahnya.

“Sayang! Apa kau merasa terganggu? Kalau begitu, sebaiknya Papa usir saja dia dari sini.”  

Ucapan Tuan Gwen langsung membuat Leuwis menggeleng cepat, sementara matanya melebar.

“Jangan! Kumohon, Tuan Gwen.  Tolong pikirkan lagi permohonanku!” Leuwis kembali mengatupkan kedua tangannya di depan Tuan Gwen, meski lelaki tua itu hanya memasang raut tak peduli.

Kemudian Leuwis beralih menatap Kiran yang saat ini sudah berdiri di samping sofa yang diduduki ayahnya. Matanya menatap Leuwis malas, sementara kedua tangannya melipat di depan dada.

“Kiran. Om mohon, Kiran. Beri Om kesempatan! Om janji tidak akan menyia-nyiakannya. Om pasti akan melakukan apa yang kau mau. Tolong bantu yakink
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Neng Jenong
ko di ulang jadi ga nyambung
goodnovel comment avatar
Mintarsih Ajja Mimi
di ulang y terlalu jauh jdi gk seru
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Kaulah Hidupku

    Mahesa sedang berkutat dengan laptop di hadapannya saat terdengar suara pintu diketuk dari luar.“Masuk!” perintahnya, tanpa melirik sedikit pun.Pintu pun berderit terbuka, lalu Athalia muncul setelahnya. Tangannya memegang sebuah nampan yang di atasnya ada secangkir kopi panas pesanan Mahesa.“Kopinya, Tuan. Jangan terlalu serius bekerja, nanti Anda bisa mengalami kebotakan lebih cepat.” Athalia menaruh nampan di atas meja.Ucapannya berhasil menggelitik Mahesa hingga menghentikan gerak jemarinya di atas keyboard. Kini matanya melirik pada Athalia. Ia tahu kalau wanita yang hari ini mengenakan blouse biru itu sedang menggodanya.“Memangnya kenapa kalau aku botak? Hal itu tidak akan sedikit pun mengurangi ketampananku.” Mahesa meraih cangkir itu, mendekatkan ke bibi, lalu meniup-niup uapnya pelan, sebelum menyesap kopinya.Athalia memutar bola mata. “Mulai over confident.”Mahesa terkekeh, nyar

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Seperti Mimpi

    Mahesa memang serius dengan ucapannya. Hari ini, Athalia telah resmi berhenti bekerja sebagai sekretaris lelaki itu. Tapi Athalia tak merasa keberatan, toh itu kemauan calon suaminya.Calon suami? Mengingat itu, Athalia mengulum senyum. Pernikahan mereka sudah ada di depan mata. Bahkan Mahesa sudah menyuruh orang untuk mengurus undangan pernikahan mereka. Sementara gaun pernikahan mereka sudah siap di tangan designer terbaik.“Athalia! Kau tidak pergi bekerja hari ini?” Rika—salah seorang tetangga Athalia bertanya. Dia sedang menjemur pakaian di halaman depan, sama seperti yang sedang dilakukan Athalia sekarang.Para tetangga di dalam gang ini memang jauh lebih ramah dibanding tetangga Athalia di kontrakan sebelumnya. Di sini Athalia bisa merasakan bagaimana berbaur dengan tetangga, saling menyapa, atau sekadar melempar senyum saat berpapasan. Hal yang tidak pernah di dapatkannya saat masih hidup di kontrakan sebelumnya, karena tetangganya yang dulu

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Tak Diperbolehkan Masuk

    Athalia terduduk gelisah, menautkan kedua tangannya di atas paha. Matanya memerah, mati-matian ia berusaha menahan tangis.Ada sesuatu yang mengusik pikirannya. Tadi saat ia menelpon dan memberitahu Mahesa soal kehamilannya, lelaki itu hanya diam, bergeming tanpa suara, dan hanya menyuruhnya menunggu.Hal itu membuat Athalia menyimpulkan banyak hal. Apakah Mahesa tidak senang mendengar kehamilannya? Hati Athalia sesak, membayangkan seandainya Mahesa benar-benar tidak senang dengan kehamilannya? Bagaimana…Suara ketukan pintu terdengar dari luar, segera Athalia mengusap air matanya, berpura-pura tidur dan bersembunyi di balik selimut.“Kak Athalia? Kakak sedang tidur ya?” ternyata itu Yasna.Kakinya berjalan, menghampiri ranjang Athalia. Lalu helaan napas pelan keluar dari mulutnya saat melihat Athalia tampak pulas, meski wajahnya sedikit tertutupi oleh rambut. Sengaja, Athalia tak ingin Yasna melihat sis

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Tidak Ingat pada Athalia

    Narsih dan Yasna sudah berdiri sejak tadi, saling menggenggam dan menatap dengan raut khawatir.Athalia tersenyum kecut.“Dokter. Bukankah tadi kau bilang Mahesa tidak boleh dijenguk saat aku memohon untuk masuk ke dalam ruang rawatnya? Tapi kenapa sekarang kau membolehkan mereka masuk?”Berdeham sebentar, Dokter Erdi sedikit kikuk. Tapi ia tetap menjaga wajah wibawanya di hadapan Tuan Leuwis.“Mereka berbeda, Tuan Leuwis adalah keluarga pasien.”“Tapi aku calon istrinya!” Athalia sedikit meninggikan nada bicaranya, ia merasa diperlakukan tidak adil di sini.“Kau pikir putraku akan benar-benar menikahimu? Huh! Jangan bermimpi terlalu tinggi, Athalia! Harusnya kau sadar, kau tidak pantas bersanding dengan Mahesa. Sekarang saja kau sudah membawa sial dalam kehidupan putraku. Kau tidak pantas untuknya!” cetus Leuwis, yang sejak tadi hanya diam dan menatap penuh amarah pada Athalia.Meli

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Kehamilan yang Terbongkar

    “Lepaskan aku! Aku ingin meminta penjelasan pada Dokter Erdi.” Athalia menyentak tangan Bianca yang tadi menariknya, kemudian segera menyusul Dokter Erdi yang berjalan entah akan ke mana bersama dengan Leuwis. Mungkin mereka akan ke ruangan Dokter Erdi dan membicarakan soal keadaan Mahesa.Tapi mengapa mereka tak mengajaknya? Athalia berpikir keras.“Dokter, dokter, tunggu! Tolong jawab aku, apa yang terjadi dengan Mahesa? Kenapa dia seperti tidak mengenalku?” Athalia menahan langkah dokter yang berusia empat puluh dua tahun itu, membuat Leuwis berdecak sinis.Bianca pun menyusulnya sambil mengepalkan tangan.“Dengar, Nona. Bukankah sudah kukatakan kalau aku belum bisa memastikan keadaan Mahesa sebelum dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Jadi bersabarlah, dan tunggu sampai pemeriksaan dilakukan, lantas hasilnya keluar,” ucap Dokter Erdi.Athalia menghembuskan napas pelan, matanya semakin mengembun. Hari ini tak ada Narsih

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Sangat Keras Kepala

    Bukan hanya Narsih yang terkejut mendengar kehamilan Athalia, tetapi juga Yasna. Gadis berusia dua belas tahun itu membuka mulutnya, terhenyak.“Katakan bahwa ini semua hanya lelucon, Athalia! Katakan pada Ibu kalau kau hanya bercanda. Iya, ‘kan?” duduk di hadapan Athalia, Narsih mengguncang pundak gadis itu.Athalia makin menundukan kepalanya, terdengar isak tangis dari bibir mungil itu. Sebelum kemudian ia mengucapkan sesuatu yang membuat keluarganya makin terkejut.“Aku tidak bercanda, Bu. Aku memang sedang hamil. Maafkan aku, Bu.”Lemas sudah tubuh wanita paruh baya itu. Perlahan tangan Narsih terhempas dan jatuh ke pahanya sendiri.Tidak ada yang paling menyakiti hati seorang ibu, kecuali mendengar bahwa putri yang dijaganya selama ini, ternyata telah ternoda oleh seorang lelaki.Seketika Narsih merasa tak becus menjadi seorang ibu.“Siapa ayahnya, Athalia? Apakah Tuan Mahesa?”Athalia menja

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Diusir dari Kontrakan

    “Bukankah aku sudah memperingatkanmu, pergi dari kehidupan putraku! Aku tidak ingin Mahesa berhubungan dengan wanita sepertimu yang hanya ingin memanfaatkannya.” Leuwis menunjuk wajah Athalia, namun Athalia membalasnya dengan tatapan datar.Hari ini, Athalia kembali mendapat hinaan dan ancaman dari Leuwis. Lelaki itu hendak menjenguk Mahesa kembali, namun langkahnya terhenti ketika melihat Athalia masih menunggu di depan ruang rawat putranya.Tapi kali ini Leuwis tak datang sendirian, tidak juga dengan Ayaz dan Bianca, melainkan dengan seorang wanita yang dulu pernah Athalia pergoki dekat dengan Mahesa.Dia adalah Kiran Ardelia. Bibirnya menyunggingkan senyum miring saat melihat Athalia direndahkan oleh Leuwis. Mungkin Kiran sedang merasa posisinya berada di atas langit, sementara Athalia di dasar bumi paling rendah. “Dan aku pun sudah pernah mengatakannya padamu, Tuan. Kalau aku tidak akan menyerah untuk tetap menunggu Mahesa.”

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Pamit pada Mahesa

    Athalia tak bisa terus-menerus berusaha menjadi orang yang tegar menghadapi masalah. Apalagi saat ini seseorang sedang menghardik ibunya.Imran terus mencaci dan memaki Narsih juga Athalia. Bahkan ia berusaha mengompori Pak RT agar mengusir keluarga Athalia dari kontrakannya.Yasna tak bisa lagi menyibukkan diri dengan setumpuk PR, ketika teriakan seseorang terdengar sedang mencela kakak dan ibunya."Sabar. Tahan dulu emosinya, Pak Imran. Ini sudah malam. Athalia dan ibunya tidak bisa langsung pergi malam ini. Setidaknya beri mereka waktu satu hari untuk mengosongkan rumah." Pak RT memberikan keputusan yang lebih bijak, meski tetap menyakitkan bagi Athalia."Halah! Semua warga sini sudah ingin mereka segera diusir. Hanya membuat malu saja," cetus Imran dengan sinis."Pak Imran. Maaf, tapi RT di sini adalah saya. Dan saya akan memberikan Athalia dan ibunya waktu untuk meninggalkan tempat ini. Sebagai warga, saya harap Pak Imran t

Latest chapter

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   TAMAT! Akhir Bahagia

    Mahesa menatap pada dokter dengan sorot penuh harap. Dan dokter itu menarik napas sebelum akhirnya berkata.“Keadaan Nyonya Athalia tetap sama. Tapi kita masih bersyukur operasi ini tak memperparah kondisinya. Setelah pulih dari melahirkan, Nyonya Athalia sudah bisa melakukan terapi kankernya di Indonesia. Dia wanita yang kuat, tak banyak yang berhasil bertahan sampai di titik ini,” ungkap dokter itu yang akhirnya membuat Mahesa mendesah lega.Mahesa sangat kagum pada Athalia. Kini ia menatap wajah bayi mungilnya yang tampak memerah. Bayi itu menangis, lalu perawat mengambil alihnya dari tangan Mahesa.“Maaf, Tuan. Kami harus segera memindahkan bayi perempuan Anda ke ruang inkubator.”Mahesa mengangguk mendengar ucapan perawat itu. “Boleh aku ikut mengantar bayiku?” tanya Mahesa, seakan tak rela jika harus berpisah barang hanya sejenak dengan malaikat kecilnya.Perawat dan dokter itu saling pandang,

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Doa dan Harap

    Meski usia kandungan Athalia baru menginjak delapan bulan, namun dokter menyarankan agar bayi Athalia segera dikeluarkan dari kandungannya. Karena akan makin membahayakan kondisi Athalia.Awalnya Athalia sempat menolak dan berdebat kecil dengan Mahesa. Athalia takut terjadi hal buruk pada bayi mungilnya andai dilahirkan premature. Namun Mahesa bersikukuh meyakinkan bahwa dokter tahu yang terbaik. Mahesa juga takut terjadi hal buruk pada bayinya. Tapi ia lebih takut kehilangan Athalia.Akhirnya Athalia luluh setelah Mahesa meyakinkannya bahwa semua akan baik-baik saja.Dean dan Narsih sudah ada di rumah sakit. Mereka berdua datang ke Jerman. Sedangkan Yasna, Dirly dan keluarga Dean masih di Indonesia. Sengaja sekali Dean tak mau memberitahukan kabar Athalia yang akan dioperasi ini pada mereka agar tak merasa khawatir.“Mahesa, jangan pergi!” Athalia menggenggam erat tangan Mahesa saat perawat mendorong ranjangnya menuju ke ruang operasi.

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Perasaan tak Berubah

    “Dia baik-baik saja.” dokter berkata pada suster setelah ia memeriksa keadaan Athalia.“Tapi dia mengigau terus, dok.”“Tidak apa. Selama kondisinya stabil. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan,” pungkas dokter yang menangani Athalia. Dokter itu bernama Dokter Greg.Suster itu mengangguk. “Baik, dokter. “ sebenarnya suster itu khawatir terjadi apa-apa pada Athalia, juga karena ia dibayar oleh Dean untuk terus memantau kondisi Athalia dan menginformasikan setiap perkembangannya.Tepat di saat dokter baru saja akan berbalik keluar dari ruangan itu, tiba-tiba mereka mengerutkan kening saat melihat sosok lelaki yang tak dikenal, melangkah memasuki ruang ICU dan menghampiri ranjang Athalia.“Siapa dia?” dokter berbisik pada suster.“Saya tidak tahu, dok,” balas suster itu menggelengkan kepala.Lelaki asing itu adalah Mahesa. Yang ketika melihat pintu ruang ICU tak di

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Akhirnya Menemukanmu

    Tak ingin membuang waktu, Mahesa langsung mengurus keberangkatannya ke Jerman. Dan sebagai seorang ayah yang telah mendukung Mahesa, Leuwis turut membantu segala persiapan putranya.Kini mereka pun telah tiba di bandara. Sebelum masuk ke gate penerbangan, Leuwis menggenggam tangan kanan Mahesa dengan erat.“Apa kau yakin Papa tidak perlu menyusulmu ke sana?” tanya Leuwis, yang sebenarnya ingin ikut.“Tidak perlu, Pa. Papa tunggu saja di sini dan berikan doa yang terbaik untukku.” “Itu pasti. Kau tak perlu memintanya. Papa akan selalu mendoakanmu.”Mahesa tersenyum, sesaat memeluk ayahnya, sebelum kemudian mengurai pelukan dan pamit untuk pergi.Leuwis menghela napas pelan sambil melambaikan tangan, melepaskan kepergian Mahesa yang kini telah menghilang dari pandangan mata.“Semoga keberuntungan dan kebahagiaan selalu menyertaimu, Mahesa,” gumam Leuwis.***Tiba

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Temukan Athalia!

    Meski sudah larut malam, Dean tak bisa tidur. Ia masih duduk di ruang tengah sambil menonton TV.Namun, tiba-tiba terdengar suara bell rumahnya yang berdenting.“Ck! Siapa yang bertamu di malam-malam buta begini.” Dean bergumam lalu bangkit berdiri dan berjalan menuju ke pintu utama.Saat pintu itu dibuka, Dean langsung menghembuskan npaas kasar ketika melihat sosok Mahesa yang berdiri di hadapannya dengan penampilan yang cukup berantakan.Sepertinya Mahesa habis berkelahi. Terlihat dari rahang dan sudut bibirnya yang lebam dan berdarah.“Apa kau sudah gila? Bisakah kau bertamu di waktu yang tepat?” Dean menyindir, baru saja ia akan kembali menutup pintu rumahnya namun tangan Mahesa lebih dulu menahannya dengan kuat, hingga Dean menyerah dan pintu itu pun kembali terbuka lebar.“Sebenarnya apa maumu?” sentak Dean, kesal.“Aku mau kau beritahu aku di mana Athalia berada?” tegas

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Dean Berbohong

    Leuwis tak sanggup saat melihat Mahesa yang sedang kacau seperti ini.“Mahesa,” desah Leuwis bersimpuh duduk di samping Mahesa dan membuat Mahesa membuka kedua matanya hingga bertemu pandang dengan bola mata ayahnya.“Pa … “ Mahesa berbisik pelan. Namun kedua matanya menyiratkan kesedihan. Terihat dari matanya yang memerah dan berkaca-kaca.“Kemarilah, Nak! Kemarilah!” Leuwis membuka tangannya lebar-lebar.Mahesa tahu isyarat itu. Ia pun beringsut duduk dan segera masuk ke dalam pelukan Leuwis. Menghambur memeluk tubuh Leuwis dan menumpahkan tangisnya di dada ayahnya.Mahesa menangis tanpa suara. Hanya saja Leuwis merasa bagian depan bajunya yang basah.“Pa, aku telah kehilangan dia! Aku telah kehilangan Athalia dan anakku! Athalia sedang hamil, Pa. Dia hamil darah dagingku. Berkali-kali aku membujuknya tapi dia tak mau kembali. Aku terlalu banyak menyakitinya. Aku ini lelaki bejat yang sangat menji

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Luka Hati

    Hanya sebentar Leuwis dirawat di rumah sakit. Ia pun sudah boleh pulang ke rumahnya.Selama ada di rumah sakit, tak ada satu pun anggota keluarganya yang menjenguknya selain Mahesa.Entah karena memang mereka tidak tahu Leuwis dirawat, atau mungkin karena mereka tidak peduli sama sekali terhadapnya.Yang jelas, Leuwis merasa kecewa. Ayaz melihat dirinya yang hampir mati, namun sama sekali tak berniat menolongnya.Justru Mahesa lah yang melarikannya ke rumah sakit dan menemaninya meski mereka hanya saling diam dan tak ada satu pun yang berani bicara.“Kau gila, Ayaz! Kau berani melakukan itu pada Papamu? Bagaimana kalau dia masih hidup lalu mengusir kita semua dari rumah ini?”Baru saja Leuwis akan membuka pintu kamar Ayaz untuk menegur anak tirinya itu, namun gerakan Leuwis terhenti saat ia mendengar suara Jessica yang sepertinya sedang berbicara dengan Ayaz.“Masa bodo tentang Leuwis. Dia bukan Papaku. Aku bosan hidup di ba

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Diselamatkan oleh Putra yang Dibenci

    “Selama ini aku bekerja untuk memenuhi hidupmu dan keluarga kita. Tapi mengapa kau tak menghargaiku? Setidaknya bantu aku untuk mencari jalan keluar dari permasalahan ini. Bukannya malah menambah masalah di kepalaku!” sentak Leuwis dengan keras.Leuwis marah, tentu saja.Bisa dibilang, Ayaz adalah anak tertua setelah Mahesa. Meskipun Ayaz hanya anak tirinya. Namun Leuwis pikir, sudah sepantasnya Ayaz ikut mengemban tanggung jawab untuk mengurus perusahaan dan membantunya.Bukannya malah hanya berfoya-foya.“Apa masalahnya, Pa? Aku memanggil dua wanita penghibur itu untuk sedikit menyenangkanku. Bagaimana aku bisa bekerja jika hatiku tidak senang?” Ayaz berkata dengan wajah santainya.Membuat bola mata Leuwis melebar.“Tapi kau bisa bersenang-senang di waktu dan tempat yang tepat! Tidak dalam situasi seperti ini!” Leuwis masih tak habis pikir. Ayaz sempat memikirkan kesenangannya di saat mereka terancam hid

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Arti Tulus

    Langit terlihat begitu mendung. Tak secerah tadi pagi, dimana saat mereka asyik bermain sepak bola di halaman belakang rumah Dean.Kini Dean melamun, menatap nanar pada wajah Athalia yang terbaring di atas ranjang rumah sakit. Dean menungguinya. Ia mengusir halus semua orang yang hendak ikut menemani Athalia di rumah sakit, termasuk Narsih dan Yasna.“Athalia, kau harus berjanji padaku! Kau akan tetap hidup sampai nanti, sampai Dirly dan anakmu dewasa. Sampai kau berhasil mendapatkan kebahagiaan sesungguhnya. Jangan pernah pergi sebelum semua itu terjadi. Berjanjilah padaku, Athalia!” Dean meraih tangan kanan Athalia, lalu menciumi jemarinya.Lelaki bertubuh kekar itu tak bisa menahan saat air mata meluruh jatuh melewati pipinya.Hari ini, saat Athalia dibawa ke rumah sakit, dokter memberitahu sebuah kabar yang membuat semua orang terkejut. Tak menyangka. Bahkan terluka.Bagaimana tidak, dokter mengatakan Athalia menderita kanker darah. Dan tak s

DMCA.com Protection Status