Semua Bab Penghangat Ranjang Tuan CEO: Bab 181 - Bab 190

283 Bab

Kehamilan yang Terbongkar

“Lepaskan aku! Aku ingin meminta penjelasan pada Dokter Erdi.” Athalia menyentak tangan Bianca yang tadi menariknya, kemudian segera menyusul Dokter Erdi yang berjalan entah akan ke mana bersama dengan Leuwis. Mungkin mereka akan ke ruangan Dokter Erdi dan membicarakan soal keadaan Mahesa.Tapi mengapa mereka tak mengajaknya? Athalia berpikir keras.“Dokter, dokter, tunggu! Tolong jawab aku, apa yang terjadi dengan Mahesa? Kenapa dia seperti tidak mengenalku?” Athalia menahan langkah dokter yang berusia empat puluh dua tahun itu, membuat Leuwis berdecak sinis.Bianca pun menyusulnya sambil mengepalkan tangan.“Dengar, Nona. Bukankah sudah kukatakan kalau aku belum bisa memastikan keadaan Mahesa sebelum dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Jadi bersabarlah, dan tunggu sampai pemeriksaan dilakukan, lantas hasilnya keluar,” ucap Dokter Erdi.Athalia menghembuskan napas pelan, matanya semakin mengembun. Hari ini tak ada Narsih
Baca selengkapnya

Sangat Keras Kepala

Bukan hanya Narsih yang terkejut mendengar kehamilan Athalia, tetapi juga Yasna. Gadis berusia dua belas tahun itu membuka mulutnya, terhenyak.“Katakan bahwa ini semua hanya lelucon, Athalia! Katakan pada Ibu kalau kau hanya bercanda. Iya, ‘kan?” duduk di hadapan Athalia, Narsih mengguncang pundak gadis itu.Athalia makin menundukan kepalanya, terdengar isak tangis dari bibir mungil itu. Sebelum kemudian ia mengucapkan sesuatu yang membuat keluarganya makin terkejut.“Aku tidak bercanda, Bu. Aku memang sedang hamil. Maafkan aku, Bu.”Lemas sudah tubuh wanita paruh baya itu. Perlahan tangan Narsih terhempas dan jatuh ke pahanya sendiri. Tidak ada yang paling menyakiti hati seorang ibu, kecuali mendengar bahwa putri yang dijaganya selama ini, ternyata telah ternoda oleh seorang lelaki.Seketika Narsih merasa tak becus menjadi seorang ibu.“Siapa ayahnya, Athalia? Apakah Tuan Mahesa?”Athalia menja
Baca selengkapnya

Diusir dari Kontrakan

“Bukankah aku sudah memperingatkanmu, pergi dari kehidupan putraku! Aku tidak ingin Mahesa berhubungan dengan wanita sepertimu yang hanya ingin memanfaatkannya.” Leuwis menunjuk wajah Athalia, namun Athalia membalasnya dengan tatapan datar.Hari ini, Athalia kembali mendapat hinaan dan ancaman dari Leuwis. Lelaki itu hendak menjenguk Mahesa kembali, namun langkahnya terhenti ketika melihat Athalia masih menunggu di depan ruang rawat putranya.Tapi kali ini Leuwis tak datang sendirian, tidak juga dengan Ayaz dan Bianca, melainkan dengan seorang wanita yang dulu pernah Athalia pergoki dekat dengan Mahesa.Dia adalah Kiran Ardelia. Bibirnya menyunggingkan senyum miring saat melihat Athalia direndahkan oleh Leuwis. Mungkin Kiran sedang merasa posisinya berada di atas langit, sementara Athalia di dasar bumi paling rendah.  “Dan aku pun sudah pernah mengatakannya padamu, Tuan. Kalau aku tidak akan menyerah untuk tetap menunggu Mahesa.”
Baca selengkapnya

Pamit pada Mahesa

Athalia tak bisa terus-menerus berusaha menjadi orang yang tegar menghadapi masalah. Apalagi saat ini seseorang sedang menghardik ibunya. Imran terus mencaci dan memaki Narsih juga Athalia. Bahkan ia berusaha mengompori Pak RT agar mengusir keluarga Athalia dari kontrakannya. Yasna tak bisa lagi menyibukkan diri dengan setumpuk PR, ketika teriakan seseorang terdengar sedang mencela kakak dan ibunya. "Sabar. Tahan dulu emosinya, Pak Imran. Ini sudah malam. Athalia dan ibunya tidak bisa langsung pergi malam ini. Setidaknya beri mereka waktu satu hari untuk mengosongkan rumah." Pak RT memberikan keputusan yang lebih bijak, meski tetap menyakitkan bagi Athalia. "Halah! Semua warga sini sudah ingin mereka segera diusir. Hanya membuat malu saja," cetus Imran dengan sinis. "Pak Imran. Maaf, tapi RT di sini adalah saya. Dan saya akan memberikan Athalia dan ibunya waktu untuk meninggalkan tempat ini. Sebagai warga, saya harap Pak Imran t
Baca selengkapnya

Kesempatan untuk Menjodohkan

Mahesa mengerjap, bahkan ia tak tahu siapa Yasna dan siapa ibu yang Athalia maksud. "Tapi jika kau mengatakan jangan pergi, maka aku tidak akan pergi," lanjut Athalia, dengan sejuta harap yang bergejolak dalam dadanya. Mahesa masih bergeming. "Jika kau mengatakan jangan, maka aku tidak akan pergi, Mahesa. Aku akan tetap di sini, menunggumu sampai kau ingat kembali semua tentangku. Tolong katakan jangan pergi, Mahesa! Tolong cegah aku!" dengan ujung-ujung jemari yang sedikit gemetar, Athalia menyentuh punggung tangan Mahesa, menatap wajah tampan itu dengan linangan air mata. "Cegah aku Mahesa! Tahan aku di sisimu. Aku tidak akan pergi jika kau memintaku untuk jangan pergi." Athalia meraih tangan itu, menempelkannya di pipi, lantas meremasnya dengan penuh rindu. "Pergilah." sampai sebuah kata membuat harap itu melebur begitu saja. Kata paling menyakitkan, akhirnya terlontar dari mulut orang yang sangat dicintainya. 
Baca selengkapnya

Anak yang Tenggelam

“Aku setuju. Yang namanya hal baik itu tidak boleh ditunda-tunda. Pernikahan adalah sebuah hal yang sakral. Apalagi Mahesa dan Kiran saling mencintai. Pernikahan mereka pasti akan bahagia,” tambah Leuwis yang makin membuat senyum lebar mengembang di bibir Kiran.Akan tetapi tiba-tiba saja Mahesa yang sejak tadi diam, kini angkat bicara.“Aku tidak bisa menikah,” katanya. Membuat terkejut semua orang.Semua pasang mata tertuju ke arah Mahesa. Raut bingung tergambar di wajah mereka.“Apa maksudmu dengan tidak bisa menikah, Mahesa?”  tanya Leuwis dengan bingung, detak jantungnya tak beraturan, wajahnya memerah karena kesal sekaligus terkejut mendengar ucapan Mahesa yang di luar dugaannya.Mahesa balas menatap Leuwis, lekat. Kemudian ia melanjutkan ucapannya setelah sebelumnya menarik napas pelan.“Aku baru saja mengalami cedera otak. Aku tak ingat sebagian memori di otakku. Bahkan aku pun tidak ingat tentang a
Baca selengkapnya

Aku Melihat Mama

Athalia mengerutkan kening, segera menoleh ke arah kolam. Tak sampai dua detik, matanya langsung membeliak ketika melihat seorang anak kecil laki-laki sedang tenggelam dan berusaha meminta pertolongan dari dalam kolam itu yang sebenarnya tidak dalam jika untuk ukuran orang dewasa. Tapi lain halnya jika anak kecil yang masuk ke sana.“Ya Tuhan!” Athalia menjatuhkan lapnya hingga teronggok di atas paving, kemudian tanpa berpikir lagi, ia secepatnya turun ke dalam kolam dan menceburkan dirinya sendiri.“Toloong!” anak kecil itu makin menggelepar, berusaha memunculkan kepalanya ke permukaan untuk berseru meminta pertolongan, lalu tubuhnya tertarik ke dalam, membuat mulutnya menelan banyak air.Athalia menggapai tangan anak itu, lalu memeluknya.“Bertahanlah. Kau akan selamat, sayang. Kau akan selamat,” bisik Athalia di telinga kanan bocah lelaki itu.Namun mata bocah itu sudah terpejam, hanya mulutnya yang sedikit terbuka. Membuat panik dan rasa khawatir mendera Athalia.Naik ke pinggir k
Baca selengkapnya

Boss ingin Bertemu

“Athalia! Kau dipanggil oleh Pak Iksan.” Sisy memberitahu Athalia yang baru saja selesai melahap makan siangnya di dapur restoran karena Pak Iksan yang berpesan padanya untuk menyampaikannya pada Athalia.Athalia menaruh piring bekasnya di wastafel, lalu mencucinya, tetapi kepalanya menoleh ke arah Sisy dengan raut penasaran.“Pak Iksan memanggilku? Untuk apa?” tanyanya heran, sekaligus cemas, biasanya yang dipanggil ke ruangan manager itu adalah pelayan yang melakukan kesalahan.Sebuah pertanyaan menggantung di kepala Athalia, kesalahan apakah yang telah ia lakukan?Sisy mengangkat bahu. “Aku tidak tahu. Kau temui saja dulu. Siapa tahu kali ini Pak Iksan mau memberi bonus,” katanya untuk mengurangi raut cemas di wajah Athalia.Athalia menggeleng, lalu mengulum senyum, meski hatinya masih merasa resah.*** Iksan—lelaki bertubuh pendek, dengan perut bulat dan kepala yang bagian tengahnya sudah mengkilat itu sedang duduk di balik mejanya, saat Athalia mengetuk pintu.“Masuk!” Iksan me
Baca selengkapnya

Ternyata Mereka Memang Mirip

Dean menunjuk kursi di depannya.  “Terima kasih, Pak.” Athalia mengangguk, menggeser kursi, lalu duduk di sana.Dean menghela napas sebentar, menetralkan debar jantungnya yang mulai mendominasi di dalam sana, di dadanya.Ia menyita perhatian pada wajah cantik di hadapannya. Memandang Athalia, membuat Dean merasa kembali menikmati apa yang sebelumnya pernah dimilikinya.Tadi saat menatap Athalia melalui kamera CCTV, Dean tak melihat wajah wanita itu begitu jelas. Tapi saat bertatapan langsung, ia langsung tak bisa berkata-kata.Jadi ini alasan mengapa Dirly memanggil penyelamatnya dengan sebutan mama?Pantas saja!“Maaf, Pak Dean? Apa Anda ingin mengatakan sesuatu?” setelah duduk berhadapan, Dean masih tetap bergeming, membuat Athalia kembali menyadarkannya.Lantas Dean mengangguk dan menegakkan duduknya.“Ekhem … “ ia berdeham demi menyembunyikan salah tingkahnya.
Baca selengkapnya

Menemani ke Mall

Tanpa ragu Athalia langsung menganggukkan kepala. Lantas bibirnya mulai menceritakan apa saja yang terjadi hari ini, tentang Dirly, tentang Dean yang memanggilnya ke ruangan pribadinya di lantai tujuh, juga tentang bonus yang diberikan oleh lelaki itu. Narsih kagum pada Athalia, sebab ia telah menyelamatkan nyawa seorang anak kecil. Hal itu membuat Narsih bangga dan memeluknya dengan erat.*** Mahesa duduk di meja kerjanya. Ia sangat dipusingkan dengan setumpuk pekerjaan yang seakan tak habis-habis. Kadang ia memijit keningnya pelan, berusaha mengusir denyut yang membuat pening di sana. Atau meneguk secangkir kopi, namun ia tetap tak bisa untuk tetap fokus pada pekerjaannya.Ini sangat-sangat menyebalkan!Mahesa membuang napas pelan, pada akhirnya ia meletakkan bolpoint di atas meja dan menepikan punggungnya pada sandaran kursi. Sebenarnya, yang membuatnya tak bisa fokus bukanlah semata-mata karena rasa pusing di kepala, tetapi ada perasaan gusar yang terus merundung hatinya.Sem
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1718192021
...
29
DMCA.com Protection Status