Home / CEO / Penghangat Ranjang Tuan CEO / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of Penghangat Ranjang Tuan CEO: Chapter 141 - Chapter 150

283 Chapters

Lalu Bayi itu?

Mereka bertiga pun bangkit berdiri dari kursi. Namun ada sebuah pemandangan yang membuat hati Mahesa sialnya malah berdenyut sakit.Ketika Dean membantu Athalia berdiri dari kursinya, lalu menuntun Athalia berjalan sambil tangan kanannya merengkuh pinggang Athalia.Apalagi Mahesa berjalan di belakang mereka, tentu pemandangan itu terekspose jelas oleh matanya.Mahesa memperlambat jalan, lalu mendengkus masam.Belum juga keluar dari pintu restoran, Dean tiba-tiba menghentikan langkah yang membuat kening Athalia berkerut menatapnya.“Kenapa?” “Athalia, aku lupa mau mengambil sesuatu dari ruang kerjaku. Kau duluan saja tunggu di luar, aku mau naik ke atas dulu. Tidak apa-apa, ‘kan?” tanya Dean, mengangkat kedua alisnya pada Athalia.Athalia menggeleng, lalu mengulas senyum tipis.“Tidak apa-apa. Pergi saja.”Dean membalas dengan senyum lebar, lalu mengacak pelan puncak rambut
Read more

Mencoba Mengingat

Hening, adalah sebuah suasana yang paling nikmat saat dipadukan dengan malam dan angin yang mendesau pelan.Ketika jam di dinding kamarnya menunjukan pukul sepuluh malam, Mahesa justru memilih menyibukan diri dengan berdiri di balkon kamarnya yang terbuka.Membiarkan angin masuk dan menggoyangkan vitrase di kaca. Meskipun saat angin itu menerpa tubuhnya, angin itu tak berhasil mengalirkan hawa sejuk dalam dirinya.Dadanya masih panas, bergemuruh. Terlebih lagi saat bayangan Athalia dan Dean yang terlihat begitu romantis. Membuat perasaan entah, mengalir dalam dada Mahesa. Sialnya malah menimbulkan denyut sakit dan perih di dalam sana.Mungkinkah Mahesa cemburu? Apa, cemburu pada wanita semurah Athalia?“Hanya orang tidak waras saja yang bisa jatuh cinta pada Athalia,” gumam Mahesa, lalu tersenyum kecut.Setelah puas menikmati angin malam yang dinginnya mulai menusuk, Mahesa berbalik dan melangkah masuk ke kamarnya.
Read more

Menangis

“Jeruknya yang mana, Nona?” Bik Inah bertanya pada Athalia yang berdiri di sampingnya. Hari ini, mereka berdua sedang belanja di salah satu toko buah ternama di Jakarta.Athalia menoleh pada Bik Inah, lantas melempar senyum.“Yang mana saja, Bik. Yang terlihat paling segar.” Bik Inah mengangguk, dengan cekatakan memasukkan beberapa buah jeruk ke dalam plastik bening yang tadi diambilnya dari gulungan yang tersedia di masing-masing tempat buah.“Tuan kecil paling suka dengan buah jeruk, kita ambil banyak saja, Nona.” Bik Inah terlihat sumringah.  Athalia mengangguk dan tersenyum mendengar ucapannya.Sebenarnya belanja buah-buahan ini bisa dilakukan oleh pembantu. Tetapi Athalia merasa bosan diam di rumah, sedangkan Dean sedang di restorannya.  Jadi Athalia pikir tidak masalah jika ia menghilangkan penat dengan membantu tugas Bik Inah.Setelah selesai membayar, mereka pun berbalik
Read more

Harus ada Imbalan

Mendengar suara bocah itu, segera Athalia mengusap air matanya dan melempar senyum pada Dirly.“Hei! Kenapa kau bangun, Dirly? Apa Mama mengganggu tidurmu? Maaf ya, sekarang tidurlah lagi. Ini sudah malam.” Athalia memegangi kedua pundak Dirly, membujuk bocah itu untuk kembali berbaring.Namun Dirly terdiam mengerutkan keningnya pada Athalia. Matanya seakan mengamati kedua bola mata Athalia yang basah.“Mama belum menjawab pertanyaanku. Mengapa mata Mama basah? Mama menangis?” Athalia meneguk ludahnya susah payah. Terdiam dan tidak tahu harus menjawab apa. Tidak mungkin ia mengatakan yang sejujurnya pada Dirly tentang segala permasalahan yang mengganggu pikirannya.Athalia pun mengangguk, tersenyum kecil sembari mengusap pelan rambut Dirly.“Ya, tadi Mama menangis,” jawab Athalia.“Why? Apa ada orang lain yang menyakiti Mama?” Dirly melebarkan mata, wajahnya mulai cemas. Athalia menggeleng. “Tidak ada, sayang. Mama menangis bukan karena orang lain. Tapi karena Dirly.” “Karena aku?”
Read more

Calon Istri Dean

Dean berdiri gelisah bawah tangga. Sesekali matanya terangkat melirik ke arah ujung tangga. Berharap seseorang yang sedang ia tunggu akan muncul di sana dengan gaun mewah berwarna ungu muda yang telah ia siapkan. "Apa Athalia masih lama? Kenapa aku jadi gelisah begini?" Dean bergumam pelan, geleng-geleng kepala saat menyadari bahwa tingkahnya sudah serupa remaja yang baru jatuh cinta. Malam ini adalah malam pernikahan teman sekolahnya Dean yang bernama Danial. Dan tentu saja Dean akan pergi ke sana bersama pasangannya yaitu Athalia. "Papa! Look! Bidadarimu sudah siap!" Suara Dirly yang berseru riang, terdengar di telinga Dean. Membuat Dean segera memutar wajah dan kembali mengarahkan pandangannya pada ujung tangga. Saat itu juga Dean terperangah membuka mulutnya. Tak bisa berkata-kata melihat sosok Athalia yang sedang berjalan menuruni tangga sambil sebelah tangannya dituntun oleh Dirly yang mengenakan piyama mickey mouse. 
Read more

Kepergok

Setelah mengetahui bahwa Athalia adalah calon istri Dean, ada perasaan kesal yang bersarang di hati Kiran.Bagaimana tidak, menurutnya Dean cukup tampan dan tentu saja kaya. Athalia sama sekali tak pantas bersanding dengan lelaki seperti Dean, apalagi Mahesa.“Tapi sudahlah. Yang penting Athalia tidak akan lagi merebut Mahesa dariku,” batin Kiran, lalu menyunggingkan senyum tipis.Setelah meneguk sampanye hingga tandas, Kiran menaruh gelas kosong di meja dan melirik pada Mahesa yang duduk di hadapannya.“Sayang, aku ke toilet sebentar.” Kiran bangkit dari duduknya sambil mengusap punggung tangan Mahesa yang ada di atas meja.“Hemm … pergilah!” Mahesa berdeham malas.Kiran pun membawa tas selempangnya yang berharga puluhan juta, kemudian berlalu pergi meninggalkan Mahesa.Merasa bosan dan jengah dengan suasana pesta yang membuatnya pusing, Mahesa mengetuk-ngetukan jemari di meja.Sebenarnya ia bukanlah
Read more

Alasan Mencium Athalia

“Athalia, lihat apa yang kubawa!” Dean berjalan mendekat, sambil melengkungkan senyum tipis yang membuat Athalia mendesah lega.Rupanya Dean sama sekali tak mendengar percakaian Athalia dan Mahesa tadi.Begitu juga dengan Kiran, yang datang-datang langsung mengapit lengan Mahesa dan bermanja ria. Membuat Mahesa berdecak pelan dan memutar bola matanya jengah.Sampai di depan Athalia, Dean menunjukan sebuah piring kecil di tangan kanannya pada Athalia.“Tadi aku tidak sengaja melihat ada pelayan yang membawa dessert. Aku tahu kau sangat suka dengan strawberry. Kau harus mencoba ini, Athalia. Rasanya sangat enak.” Dean berkata sambil menyendok dessert itu, kemudian menyuapkannya ke dalam mulut Athalia.Mau tak mau Athalia membuka mulut dan menerima suapan Dean. Mahesa yang melihatnya, langsung berdecik dalam hati.“Manja sekali dia! Makan saja sampai disuapi!” batin Mahesa tidak suka.Sialnya, entah mengapa ada hawa
Read more

Undangan Pernikahan

“Kenapa memangnya? Apa kau merasa keberatan, Athalia? Apa aku harus menarik ciumanku lagi, atau justru aku harus mengulangnya yang kedua kali?” tanya Dean sambil melontarkan candaan.“Aku hanya merasa tidak enak dilihat oleh orang lain.” Athalia mencicit pelan, memainkan jemari di atas paha.“Oh oke, jadi aku harus melakukannya di tempat sepi? Begitu?” Dean menoleh, menaik-turunkan alisnya.Membuat Athalia semakin serba salah dan salah tingkah. Wajahnya bahkan sudah memerah.Athalia menggigit bibir dan mendesah dalam hati. Mengapa Dean tak mengerti dengan maksud perkataannya. Athalia merasa canggung saat berciuman di depan umum dan menjadi pusat perhatian banyak orang.Ya, banyak tamu undangan yang memperhatikan mereka saat Dean memagut bibirnya.“Athalia, aku paham. Maaf, aku sudah membuatmu risih di depan umum. Tapi tadi itu aku tidak bisa menahan diriku.” Dean melihat kegusaran di wajah Athalia, ia pun
Read more

Lupakan Mahesa

Namun Mahesa mengamati undangan itu dengan teliti. Ternyata Dean dan Athalia bukan akan menikah, melainkan bertunangan. Meski begitu, gemuruh di dada Mahesa tetap tak mereda. "Hai sayang! What are you doing?" Mahesa segera melempar undangan di tangannya ke atas meja saat Kiran datang dan membuka pintu ruangannya tanpa mengetuknya terlebih dahulu. Kiran melangkah santai, membuat heelsnya menimbulkan suara detak langkah di penjuru ruangan itu. "Terima kasih, Vani. Kau boleh kembali ke ruang kerjamu," ucap Mahesa, mengibaskan sebelah tangannya di depan wajah sebagai isyarat. Sekretaris berambut blonde itu mengangguk. "Baik, Tuan Mahesa." lantas beranjak pergi menarik diri dari hadapan Mahesa. Setelahnya pintu tertutup kembali, Kiran memeluk Mahesa dari samping dan mendaratkan sebuah kecupan di pipi kanan lelaki itu. "Sayang, bagaimana perasaanmu hari ini? Mengapa aku merasa sepertinya kau tidak bersemangat?" Kiran menatap lurus wajah Mahesa. "Biasa saja. Itu hanya perasaanmu,"
Read more

Pesta Pertunangan

Mobil mewah milik Leuwis akhirnya berhenti tepat di depan teras rumah megah kediaman Dean.Leuwis menunjukan undangan dan langsung memasuki pesta.Bianca berjalan santai di sampingnya dengan menggunakan gaun selutut berwarna mocca. “Kupikir pestanya akan dirayakan di sebuah ballroom hotel. Tapi ternyata di rumah. Tapi ini tak kalah mewahnya,” komentar Bianca setelah ia tiba di tengah-tengah pesta.Leuwis hanya melirik sekilas, kemudian mengangguk setuju.“Putra dari Damar Sebastian memang kaya. Dia pemilik usaha restoran dengan beberapa cabang di luar negeri. Pantas jika pestanya semewah ini,” balas Leuwis.Setelah itu, terdengar seruan dari seorang MC acara yang berkata. “Ini adalah saat yang ditunggu-tunggu. Berikan sambutan meriah pada pasangan romantis kita yang akan bertunangan malam ini. Dean Sebastian dan Athalia!” Mendengar nama Athalia disebutkan, Bianca dan Leuwis menoleh segera ke arah tangga. Detik selanjutnya bola mata mereka membeliak lebar. Napas mereka pun seakan te
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
29
DMCA.com Protection Status