“Athalia, lihat apa yang kubawa!” Dean berjalan mendekat, sambil melengkungkan senyum tipis yang membuat Athalia mendesah lega.
Rupanya Dean sama sekali tak mendengar percakaian Athalia dan Mahesa tadi.Begitu juga dengan Kiran, yang datang-datang langsung mengapit lengan Mahesa dan bermanja ria. Membuat Mahesa berdecak pelan dan memutar bola matanya jengah.Sampai di depan Athalia, Dean menunjukan sebuah piring kecil di tangan kanannya pada Athalia.“Tadi aku tidak sengaja melihat ada pelayan yang membawa dessert. Aku tahu kau sangat suka dengan strawberry. Kau harus mencoba ini, Athalia. Rasanya sangat enak.” Dean berkata sambil menyendok dessert itu, kemudian menyuapkannya ke dalam mulut Athalia.Mau tak mau Athalia membuka mulut dan menerima suapan Dean. Mahesa yang melihatnya, langsung berdecik dalam hati.“Manja sekali dia! Makan saja sampai disuapi!” batin Mahesa tidak suka.Sialnya, entah mengapa ada hawa“Kenapa memangnya? Apa kau merasa keberatan, Athalia? Apa aku harus menarik ciumanku lagi, atau justru aku harus mengulangnya yang kedua kali?” tanya Dean sambil melontarkan candaan.“Aku hanya merasa tidak enak dilihat oleh orang lain.” Athalia mencicit pelan, memainkan jemari di atas paha.“Oh oke, jadi aku harus melakukannya di tempat sepi? Begitu?” Dean menoleh, menaik-turunkan alisnya.Membuat Athalia semakin serba salah dan salah tingkah. Wajahnya bahkan sudah memerah.Athalia menggigit bibir dan mendesah dalam hati. Mengapa Dean tak mengerti dengan maksud perkataannya. Athalia merasa canggung saat berciuman di depan umum dan menjadi pusat perhatian banyak orang.Ya, banyak tamu undangan yang memperhatikan mereka saat Dean memagut bibirnya.“Athalia, aku paham. Maaf, aku sudah membuatmu risih di depan umum. Tapi tadi itu aku tidak bisa menahan diriku.” Dean melihat kegusaran di wajah Athalia, ia pun
Namun Mahesa mengamati undangan itu dengan teliti. Ternyata Dean dan Athalia bukan akan menikah, melainkan bertunangan. Meski begitu, gemuruh di dada Mahesa tetap tak mereda. "Hai sayang! What are you doing?" Mahesa segera melempar undangan di tangannya ke atas meja saat Kiran datang dan membuka pintu ruangannya tanpa mengetuknya terlebih dahulu. Kiran melangkah santai, membuat heelsnya menimbulkan suara detak langkah di penjuru ruangan itu. "Terima kasih, Vani. Kau boleh kembali ke ruang kerjamu," ucap Mahesa, mengibaskan sebelah tangannya di depan wajah sebagai isyarat. Sekretaris berambut blonde itu mengangguk. "Baik, Tuan Mahesa." lantas beranjak pergi menarik diri dari hadapan Mahesa. Setelahnya pintu tertutup kembali, Kiran memeluk Mahesa dari samping dan mendaratkan sebuah kecupan di pipi kanan lelaki itu. "Sayang, bagaimana perasaanmu hari ini? Mengapa aku merasa sepertinya kau tidak bersemangat?" Kiran menatap lurus wajah Mahesa. "Biasa saja. Itu hanya perasaanmu,"
Mobil mewah milik Leuwis akhirnya berhenti tepat di depan teras rumah megah kediaman Dean.Leuwis menunjukan undangan dan langsung memasuki pesta.Bianca berjalan santai di sampingnya dengan menggunakan gaun selutut berwarna mocca. “Kupikir pestanya akan dirayakan di sebuah ballroom hotel. Tapi ternyata di rumah. Tapi ini tak kalah mewahnya,” komentar Bianca setelah ia tiba di tengah-tengah pesta.Leuwis hanya melirik sekilas, kemudian mengangguk setuju.“Putra dari Damar Sebastian memang kaya. Dia pemilik usaha restoran dengan beberapa cabang di luar negeri. Pantas jika pestanya semewah ini,” balas Leuwis.Setelah itu, terdengar seruan dari seorang MC acara yang berkata. “Ini adalah saat yang ditunggu-tunggu. Berikan sambutan meriah pada pasangan romantis kita yang akan bertunangan malam ini. Dean Sebastian dan Athalia!” Mendengar nama Athalia disebutkan, Bianca dan Leuwis menoleh segera ke arah tangga. Detik selanjutnya bola mata mereka membeliak lebar. Napas mereka pun seakan te
Athalia menunduk dengan wajah malu, menyembunyikan air mata yang menganak sungai di pipi. Bibir Athalia terlalu kelu untuk mengeluarkan bantahan. Sebab apa yang Bianca katakan tak sepenuhnya salah. Bukankah Athalia memang pernah menjadi wanita simpanan dari Mahesa demi sejumlah uang.“Jawab, Athalia! Istriku sedang bertanya!” bentak Damar yang kesabarannya telah habis.Dean menatap Athalia dengan mata yang teduh, kemudian tangannya mengepal lalu berjalan ke arah Bianca dan merebut mic dari tangan wanita itu dengan sedikit kasar.“Siapa yang menyuruhmu mengarang cerita bohong di acara pertunganku?!” hardik Dean, membuat Bianca terlonjak kaget dan melebarkan mata.“Enghh … aku tidak sedang mengarang cerita. Jika kau tak percaya, tanyakan saja pada Athalia. Aku yakin dia tak berani menyangkalnya karena aku berkata jujur.” Bianca membela diri.Dean kembali menoleh ke arah Athalia. Athalia mengangkat wajah dan menatap Dean dengan air mata yang berurai membasahi pipinya.Wajah cantik yang
“Dia sudah pulang?” desahnya mengusap wajah, lalu membuang napas kasar.“Athalia, maafkan aku.” Dean tak bisa menahan kaca-kaca yang berkilat memenuhi matanya. Air mata pun menyeruak keluar dan meluncur melewati pipi.Dean menangis dengan rasa bersalah yang menikam di dalam dadanya.Sementara itu, pesta yang semula meriah itu kini berubah menjadi senyap. Orang-orang hanya berdiri tanpa tahu harus berbuat apa. Tanpa mereka tahu, ada seorang anak kecil yang sejak tadi memperhatikan apa yang terjadi. Dia adalah Dirly, matanya sudah memerah karena habis menangis. Ia tak bisa mencegah kepergian Athalia. Dirly tak mengerti tentang perdebatan orang dewasa yang selalu sambil marah-marah. Tapi yang Dirly tahu, semua perdebatan ini dimulai dari wanita berambut pirang yang tadi sempat meminjam mic dan berbicara di hadapan semua orang.Ya, tidak salah lagi. Bianca lah penyebab batalnya pertunangan Athalia dan Dean.“Tante rambut kuning itu sudah membuat kacau. Karena dia, Mama Athalia jadi mena
Damar mendengkus kesal, memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Manik matanya masih menatap Dean yang berbicara sambil menahan emosi.Dean kesal pada Damar yang secara sepihak membatalkan pertunangannya dengan Athalia.Tapi di sisi lain, Damar telah memberikan ancaman yang membuat Dean tak bisa berkutik.“Wanita itu sudah membutakanmu. Jika kau lebih mencintai dia daripada Papa dan Mamamu, kejar saja dia! Menikah tanpa restu kami! Tapi jangan pernah bawa Dirly dan Papa pastikan saat kau kembali, kau hanya akan melihat pemakaman Papa!” tegas Damar yang sekali lagi membuat tangan Dean mengepal.“Nenek, wanita simpanan itu apa?” Dean dan Damar segera menjeda perdebatan mereka saat mendengar suara halus Dirly.Mereka pun memutar kepala dan melihat ke arah tangga.“Dirly?!” Dean terkejut melihat Dirly yang sudah berdiri di ujung tangga atas dan berdiri di samping Rita.Rita merangkul Dirly, tapi wajah w
Malam hari, sebuah mobil berhenti di depan teras kontrakan Athalia. Pemilik mobil itu belum beranjak turun dari mobilnya. Matanya masih lurus mengamati pintu kontrakan itu yang tertutup.Athalia salah jika mengira Dean malu dan marah padanya karena tak pernah menemuinya setelah acara pertunangan yang gagal itu.Justru selama ini Dean membiarkan Athalia karena ingin memberikan wanita itu waktu untuk menenangkan diri.Kini Dean menarik napas sejenak, lalu bergerak turun dari mobilnya.“Semoga saja Athalia mau bicara denganku,” ucapnya sambil menyingsingkan lengan kemeja hingga menggulung ke siku, kemudian mengayun langkah dan berdiri di depan pintu.Dean mengangkat tangan, lalu mengetuknya.Tak berselang lama, terdengar suara langkah dari dalam sana yang bergerak untuk membuka pintu.Dean tersenyum saat daun pintu berayun terbuka dan sosok Athalia mematung di hadapannya.“De … an?”&ldq
Namun selang satu menit masih tak ada jawaban. Dirly pun menarik wajahnya dan mengulum senyum kecewa. Lantas berbalik pergi melangkah gontai ke kamarnya.Dirly tidak tahu, sebenarnya Dean mendengar dan masih berdiri di dekat pintu kamarnya. Matanya berkaca-kaca, lantas setetes air meluncur jatuh ke pipi.“Saya tak pernah melihat Nona Athalia keluar dari dalam kontrakannya selama beberapa hari ini, Tuan. Sesekali saya hanya melihat dia berjemur di depan rumah atau menyapu lantai. Kadang menyambut ibunya yang pulang sehabis berjualan,” ucap seorang lelaki yang saat ini sedang mengamati kontrakan Athalia dari kejauhan.Lelaki itu sedang berbicara dengan bossnya melalui sambungan telpon. Ia menyampaikan informasi yang ingin diketahui oleh bossnya itu.“Jadi dia sudah tak berkerja lagi di mana pun?” tanya Mahesa dari seberang telpon.Greg mengangguk. “Sepertinya begitu, Tuan.”“Tapi aku yakin kalau Athalia pasti memb