Semua Bab Istri Manis sang Pewaris: Bab 121 - Bab 130

252 Bab

121. Peri Kecil di Ruangan Davin

“Kenapa kamu terlihat kesal begitu? Apa jangan-jangan dari tadi kamu marah-marah?”Davin mengerjap. Ia seakan tak mempercayai penglihatannya sendiri saat istrinya itu berjalan ke arahnya.Jingga mengangkat bingkisan di tangannya sambil berkata, “Aku bawa makan siang buat kamu. Maaf tadi pagi nggak sempat bikin,” ucapnya, masih dengan senyumannya yang membuat Davin tak bisa berkutik. "Tapi sepertinya kamu sudah membeli makan siang ya.”“Makanan itu rasanya aneh," ujar Davin setelah ia mendapatkan kembali kesadarannya seraya melirik makanan di atas meja. Lalu menatap Jingga lagi. "Aku ingin memakan makanan yang kamu bawa,”Davin menelan saliva ketika Jingga tiba-tiba melingkarkan kedua tangan di pinggangnya. Punggung Davin seketika menegang.“Baiklah, kalau begitu ayo makan siang bersama.” Jingga berjinjit dan mendaratkan bibirnya di bibir Davin sesaat.Dunia di sekitar Davin yang semula gelap gulita, seketika terang benderang dan penuh warna. Davin mematung. Ia merasa wanita di hadapan
Baca selengkapnya

122. You're My Medicine

“Siapa mereka? Kenapa banyak sekali orang di luar?”“Mereka bodyguard yang akan menjaga rumah ini dan Bu Jingga mulai hari ini, selama dua puluh empat jam.”“Apa?” Seketika, Jingga menoleh pada Arum dengan tatapan tak percaya. “Maksud Bibik, mereka akan berdiri di sana dua puluh empat jam penuh?”Arum tersenyum hangat seraya menggeleng. “Pak Vincent bilang, mereka bekerja di shift siang dan malam.”“Tapi untuk apa Davin mempekerjakan orang sebanyak itu?” gumam Jingga, masih tak percaya dengan ulah suaminya yang terkadang ada di luar nalar. “Menurutku selama ini di rumah aman-aman saja.”Dari balkon lantai dua ini, Jingga kembali melihat ke bawah sambil menghitung para pria berjas hitam. Dua orang berdiri di gerbang. Satu di samping kiri rumah, satu di bagian belakang. Dan tadi Jingga sempat melihat ada satu orang lagi di samping kanan rumah. mereka berdiri seperti patung.“Mungkin Pak Davin ingin melindungi Bu Jingga dan Den Oliver, supaya semakin aman ketika Pak Davin tidak ada di si
Baca selengkapnya

123. Aku Akan Selalu Suka

“Aku rasa Davin terlalu berlebihan,” gumam Jingga pada diri sendiri begitu melihat mobil sedan hitam yang melaju di depan dan di belakang mobil yang Jingga tumpangi.Kedua mobil itu berisi masing-masing dua orang bodyguard yang berbeda dari yang berjaga di rumah.Jingga turun ketika mobil berhenti di depan sebuah toko perlengkapan melukis. Dodi membantu menurunkan stroller dan Jingga menaruh Oliver di sana.Dua bodyguard berjas hitam menghampiri dan akan mengekori Jingga, tapi Jingga segera berkata, “Kalian nggak usah ikut ke dalam. Tunggu saja di sini. Aku rasa di dalam aman.”Kedua pria itu saling bertukar pandangan sesaat, lalu akhirnya mengangguk.“Baik. Jika ada sesuatu yang mengganggu Anda, segera panggil kami.”“Iya.” Jingga masuk ke dalam toko tersebut sambil berpikir keras. Ia sendiri tidak tahu apa yang akan membahayakannya. Toh, selama ini ia aman-aman saja meski tidak diekori bodyguard. Namun, ia memilih menuruti saja ucapan Davin. Sebab, jika lelaki itu sudah berkehendak,
Baca selengkapnya

124. Papa!

“Sayang, coba panggil Mama. Ma... ma... ayo, ma... ma.” Jingga menatap Oliver dengan mata berbinar-binar, berharap anak itu mau mengikutinya mengucapkan kata ‘mama’.Namun, alih-alih mengikuti, Oliver justru malah tertawa dan berteriak gemas. Tawanya menular, membuat Jingga ikut tertawa.“Baiklah kalau kamu masih belum mau manggil Mama. Tapi Mama berharap kosakata yang kamu ucapkan pertama kali adalah Mama. Oke?” Jingga tersenyum lembut seraya mengusap rambut Oliver yang lurus dan terasa halus di bawah sentuhannya. “Kamu tunggu di sini, ya? Mama mau buat kopi buat Papa di sana,” kata Jingga seraya menunjuk dapur yang menyatu dengan meja makan.Hari ini, selain meminta dibuatkan bekal makan siang, Davin juga meminta dibuatkan kopi. Jingga tidak tahu apa perbedaan rasa kopi yang ia giling sendiri, dengan kopi buatan orang lain. Karena menurutnya sama saja. Namun, ternyata berbeda menurut Davin.Jingga tersenyum sendiri seraya memasukkan biji kopi ke dalam penggilingan.“Selamat pagi, an
Baca selengkapnya

125. Terima Kasih Sudah Bertahan

Jingga bergegas keluar dari rumah begitu mendengar keributan di halaman. Di dekat gerbang, ia melihat beberapa bodyguard meringkus seseorang yang berperawakan kurus.“Ada apa ini?” tanya Jingga pada salah satu pria berjas hitam yang berdiri di dekatnya.Pria itu menghadap Jingga dan memberinya sapaan dengan anggukkan kepala. “Kami menangkap seseorang yang mencurigakan. Dia beberapa kali datang kemari dan terus memantau rumah Anda.”Jingga terkejut. Ia jadi teringat dengan keanehan yang terjadi beberapa hari belakangan ini, ia merasa seperti ada orang yang terus mengawasinya.Lantas, dialihkannya pandangan Jingga ke arah orang itu yang sedang memunggunginya dan diapit oleh dua bodyguard. Dilihat dari penampilan dan perawakannya, dia adalah seorang perempuan.Dengan perasaan sedikit takut, Jingga menghampiri wanita itu dan bertanya, “Kamu... siapa? Apa kamu yang selalu mengawasiku akhir-akhir ini?”Wanita itu tampak menghela napas berat. “Benar,” jawabnya, lalu ia memutar badannya, yang
Baca selengkapnya

126. Quality Time

“Sayang, apa yang terjadi? Kamu baik-baik saja? Aku dengar tadi ada yang berbuat kekacauan di depan dan ternyata dia—“Cerocosan Davin yang tanpa jeda itu seketika terhenti saat Jingga tiba-tiba berjinjit dan memeluk lehernya. Davin terdiam, ia menelan saliva dengan berat, sebelum akhirnya balas memeluk punggung Jingga dengan erat.“Aku baik-baik saja,” ucap Jingga, “serius.”“Apa dia menyakitimu?” Davin membenamkan wajah di tulang selangka Jingga dan menghirup aroma tubuhnya dalam-dalam.“Nggak. Mama nggak menyakiti aku.”“Kamu nggak berbohong, bukan?”Jingga terkekeh pelan dan merasakan dadanya agak sesak karena pelukan Davin begitu erat. “Kami mengobrol sebentar tapi nggak banyak yang kami obrolin. Mama juga mau menemui dan menggendong Oliver.”Davin menghela napas lega.“Ngomong-ngomong, kenapa kamu sudah pulang? Bukannya rencana kamu akan pulang sore?” tanya Jingga.“Aku langsung pulang setelah mendengar ada orang yang membuat keributan tadi.”Diam-diam Jingga tersenyum di pundak
Baca selengkapnya

127. Demi Kamu

Jingga menatap Arum yang sedang mengelap meja, lalu menatap Davin di sofa yang sedang ‘mengobrol’ dengan Oliver.Jingga menggigit bibir. Menimbang-nimbang siapa di antara Davin dan Arum yang harus pergi ke supermarket. Sebenarnya itu tugas Arum, akan tetapi entah mengapa, hari ini Jingga ingin sekali Davin yang pergi.Karena tak bisa membendung keinginannya lagi, Jingga memutuskan menghampiri Davin.“Dave....” Jingga duduk di samping Davin dan menatapnya dengan penuh harap.Davin menoleh, menatap wajah Jingga lekat. “Kenapa, Sayang? Kamu menginginkan sesuatu?” tanyanya, seolah mengerti apa yang sedang mengganggu pikiran istrinya.“Iya. Aku lagi ingin makan spaghetti bolognese.”“Lalu?” Davin memiringkan kepala tanpa melepas tatapannya dari wanita itu.“Rencananya aku mau bikin sendiri, Dave. Tapi kita kehabisan daging sapi. Maksud aku, ada tapi sedikit. Saus tomat, bawang bombay, jamur kancingnya nggak ada, dan spagethinya juga kurang,” jelas Jingga seraya menggenggam tangan Davin dan
Baca selengkapnya

128. Tak Ingin Kehilangan

“Dave, bagaimana? Oliver nggak rewel, ‘kan? Apa dia menyulitkanmu selama di supermarket?”Jingga mencecar Davin dengan berbagai pertanyaan saat Davin baru saja tiba di rumah dan langsung menaruh Oliver—yang tertidur, di kasur. Jingga bertanya demikian karena ia melihat ekspresi wajah Davin yang muram.“Dia sama sekali nggak membuatku kesulitan, Sayang,” kata Davin sambil menyelimuti Oliver. “Selama bersamaku dia baik-baik saja dan anteng, banyak wanita yang menggoda dia karena sepertinya dia sangat menggemaskan dan tampan.”Gurauan Davin yang diucapkan dengan ekspresi datar itu membuat mata Jingga menyipit.“Mungkin maksud mereka sebenarnya ingin menggoda kamu, tapi mereka pura-pura menggoda Oliver,” tuding Jingga tanpa tedeng aling-aling. Semakin hari, ia semakin berani mengutarakan apa yang ada di dalam kepalanya terhadap Davin. Dan Jingga yang pendiam serta selalu memendam perasaan sendiri, perlahan-lahan tertinggal jauh di belakang.“Menurutmu begitu?” Davin tertawa kecil dan mera
Baca selengkapnya

129. Tidak Akan Meninggalkanmu

Tangan Jingga meraba-raba kasur di sebelahnya dengan mata terpejam. Saat telapak tangannya merasakan tak ada sosok yang ia cari di sana, mata Jingga pun terbuka dan mengerjap berkali-kali. Ia mengedarkan pandangannya ke seisi kamar yang hanya diterangi lampu tidur yang temaram.Tak ada Davin di setiap sudut ruangan itu. Jingga pun menajamkan pendengarannya, tapi ia tidak mendengar gemericik air di dalam kamar mandi, yang menandakan Davin tidak ada di dalam sana.Karena penasaran, Jingga lantas bangkit dan turun dari ranjang. Ia keluar dari kamar. Dan matanya langsung tertuju pada sosok suaminya yang sedang mondar-mandir di ruangan tengah. Satu tangan pria itu mengusap tengkuk. Davin terlihat gelisah, seperti tidak mendapatkan kenyamanan dalam posisi apapun.“Dave, kamu nggak tidur?” tanya Jingga dengan suara seraknya sambil menghampiri Davin.Pria berkaos putih itu seketika memutar badan, menatap Jingga dengan tatapan terkejut. “Sayang, kenapa kamu bangun?”“Aku kebangun karena kamu n
Baca selengkapnya

130. Hanya Boleh Memelukku

Davin melangkahkan kaki berpantofelnya dengan perlahan. Kedua tangannya bersembunyi di dalam saku celana hitam. Jas hitamnya melekat di tubuhnya dengan pas, seolah-olah jas itu hanya diciptakan untuk Davin. Sementara sepasang mata hitamnya mengamati deretan truk-truk besar yang terparkir di sebuah area terbuka yang cukup luas.“Pak Davin, kalau saya boleh tahu, truk mana yang sedang Anda cari?” tanya Vincent di belakang Davin, ia belum paham apa alasan Davin jauh-jauh datang ke pabrik manufaktur ini—yang memproduksi sparepart motor dan mobil.Davin tak menjawab. Rahangnya mengeras, menahan mual akibat hidungnya yang mencium aroma tidak sedap dari solar dan mesin-mesin puluhan truk di hadapannya. Ditambah lagi parfum Vincent—yang sampai saat ini masih belum bersahabat di hidung Davin.“Pak, kita sudah melewati bagian ini dua kali. Anda masih belum menemukan truk yang Anda cari?” tanya Vincent lagi dengan bingung. “Kalau Anda memberitahu saya, saya bisa membantu mencarinya.”Davin menge
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1112131415
...
26
DMCA.com Protection Status