Setelah menginap selama satu malam di vila pinggir pantai tersebut, mereka kembali bertolak ke rumah. Davin mengemudi sendiri. Sementara Vincent, Amarylis dan Arum sudah lebih dulu pulang tadi pagi.“Sayang,” panggil Davin seraya menggenggam tangan Jingga menggunakan tangan yang terbebas.Jingga mengalihkan tatapannya dari jalanan sepi yang mereka lewati, ke arah Davin dengan tatapan penuh tanya.“Ada yang ingin kamu bicarakan?”Davin mengangguk. Ia menelan saliva dengan berat. “Selama seminggu ke depan, jangan pergi sendirian, jangan menumpangi taksi atau bis, jangan dekat-dekat dengan benda tajam, dan segera beritahu aku kalau kamu merasakan tubuhmu sakit atau kurang nyaman.”Meski pandangan Davin lurus ke depan, tapi Jingga bisa melihat keseriusan yang tergambar di wajah Davin saat mengatakan kalimat barusan.Dengan kernyitan di dahi, Jingga bertanya, “Boleh aku tahu apa alasannya?”Davin diam sejenak, menghela napas berat, ia melirik Jingga sesaat dengan tatapan sendu. “Alasannya
Baca selengkapnya