Home / Romansa / Pria Paling Beruntung / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Pria Paling Beruntung : Chapter 1 - Chapter 10

65 Chapters

Kita Putus...

"Maaf Simon, untuk selanjutnya kita nggak perlu ketemuan lagi, lebih baik kita putus saja!""Apa?" Laki-laki yang di sebut Simon terperangah, kata-kata sang kekasih membuatnya kaget."Shania, bisa jelaskan alasannya kenapa? Nggak mungkin kamu bikin keputusan sepihak ini tanpa alasan yang jelas."Dahinya mengernyit, mencoba memikirkan alasan yang masuk akal dari sosok yang di sebut Shania. "Selama ini kita baik-baik saja kan? Tolong katakan Shania, apa yang membuatmu menyerah akan hubungan kita?" Shania berjalan pelan mendekati Simon, lalu mendekatkan wajahnya dan berbisik ke telinga Simon."Itu karena sejak dulu aku nggak punya perasaan apa-apa sama kamu." Seketika wajah Simon memerah, dia tak percaya mendengar pernyataan Shania."Nggak mungkin! Kamu pasti bohong, Shania...""Kenapa? Sebenarnya aku ingin memberitahu hal penting ini sejak lama, tapi sayangnya kita jarang bertemu, jadi sulit sekali mencari waktu untuk itu." Shania menarik nafas panjang, "Aku lebih butuh uang, Simon. Co
Read more

Pesan dari Sandra...

Simon berjalan-jalan di area taman pusat kota, ada banyak pasangan yang mendatangi tempat itu. Namun, Simon tak peduli tentang ini, yang jelas sekarang dirinya ingin mencari udara segar. Entah kenapa kini Simon begitu haus. Di sebelah taman, ada satu bangku panjang yang kosong, di sekitarnya dia melihat mesin penjual otomatis. Simon berniat pergi ke sana untuk membeli sebotol air.Saat hendak membayar Simon memeriksa sakunya dengan wajah bingung. “Ya ampun, aku lupa bawa dompet…” Saat itu dia terpaksa kembali dan berbalik. Tiba-tiba Seorang wanita tinggi dengan rambut panjang bergelombang muncul di sana. “Kenapa nggak jadi?” tanyanya dengan nada cuek dan dingin.Simon agak tidak nyaman mendengar gayanya bicara, namun ia mencoba tersenyum menyapa wanita itu. “Ah, lebih baik anda saja dulu, aku masih harus menjemput dompetku yang ketinggalan.”Tanpa sengaja ia membeberkan semua hal yang baru saja menimpanya. “Astaga! Barusan aku bilang apa?” ujarnya sambil memukul bibirnya beberapa ka
Read more

Ketika terbangun...

Sandra bangun dengan mata bengkak, kepalanya sangat sakit dan begitu berdenyut. “Ah, semoga saja setelah minum obat pereda nyeri sakit kepalaku hilang.” Dia bangkit perlahan sambil mengernyitkan keningnya. “Aku akan menggunakan waktu satu hari dari sehari masa perjalanan dinas untuk aku jalan-jalan, jadi besok baru pergi ke kantor.”Sebagai anak tunggal, saat ini Sandra telah meneruskan perusahaan ayahnya, jika pun tak ke kantor, semua itu tak masalah baginya, namun Sandra cukup disiplin dan tegas. Di kantornya dia sosok yang berwibawa. Sandra menghibur dirinya dengan bersenandung kecil di kamar mandi. Setelahnya, begitu banyak hal yang ingin ia lakukan. Pembicaraannya dengan sang kekasih semalam, membuatnya begitu trauma. Jadi saat ini yang dilakukannya yaitu, harus move on. Begitu keluar dari kamar mandi, Sandra mencari stelan terbaiknya, memoles wajah dengan make up tipis. “Aku nggak suka berdandan berlebihan, jika diizinkan, setelah ini aku mau pakai hijab.” Setelah rapi, San
Read more

Do'akan aku ibu...

"Ibu, do'akan aku di terima bekerja ya." Simon pamit pada ibunya sebelum meninggalkan rumah. Simon cukup gugup, namun dia tetap mempersiapkan diri untuk bertemu dengan keluarga Sandra. Dia ingat betul yang dikatakan Sandra sore itu, meski dia yang memintanya bekerja, namun setidaknya Simon harus membuat persiapan untuk menghadapinya, terlebih lagi lamaran, serta beberapa dokumen penting sebagai syarat lainnya, sama seperti yang dilakukan para pencari kerja pada umumnya. Mungkin alasan sepele, tapi Simon kini mengerti kenapa Sandra memintanya begitu, Formalitas! Apalagi kalau bukan?"Simon!" teriak seorang dari kejauhan. Simon menoleh kearah suara, sosok Sandra si pemilik kulit putih itu menghampirinya. Melihatnya sudah menunggu lama, Simon jadi sungkan. "Bukannya kemarin sudah kubilang, kamu nggak perlu repot buat jemput aku." Sandra yang kini telah berdiri di sisinya hanya menyengir."Nggak masalah kok, ayo naik!” Simon mengikuti Sandra sampai ke mobil, lalu duduk di sebelahnya.
Read more

Kontrak kerjasama di putus...

Di rumahnya Simon sudah mengenakan piama tidur, matanya belum juga terpejam, matanya menatap ke langit-langit kamar, perasaannya begitu gelisah. Pemuda itu sedang berpikir, esok ia mulai bekerja dan meninggalkan adik dan ibunya sementara waktu...Di hari pertama Simon bekerja, Sandra menjemputnya, melihat Simon keningnya sedikit mengeryit, ia sedang berpikir untuk melakukan sesuatu tentang itu. "Hari kamu menyetir, ayo masuk." Sandra meninggalkan kunci sebelum ia masuk ke mobil. Simon sempat terpaku, namun dirinya mulai bekerja dan tak bisa membantah perintah atasannya. Meski gemetar, ia memantapkan langkahnya menuju mobil, kemudian duduk di bangku setir. Ragu-ragu dia menghidupkan mesin mobil dan perlahan berjalan maju seperti siput. Sandra mulai cemas sampai ia melihat ke bawah sambil mengusap wajahnya beberapa kali. Jika begini saja Simon belum bisa mengatasinya, bagaimana dengan tugas selanjutnya?Di sisi lain Sandra mulai khawatir dengan kinerja Simon, namun belum tiga menit be
Read more

Apa berakhir disini?

“Apa hari ini aku sungguh-sungguh berakhir? Hmm… siapa yang tak kenal denganku, aku tentu tidak akan membiarkan hal itu terjadi.” Gerald menyalakan mesin mobilnya dan beranjak pergi dari rumah itu, di jalan ia mencoba menelepon Sandra berulang kali, sayangnya tetap tidak terhubung. “Nomorku masih di blokir!” Ponselnya dilempar begitu saja ke kursi mobil, kemudian mempercepat laju mobilnya menemui Sandra. “ini sudah jam istirahat, pasti dia sedang makan siang sekarang.” Di dalam mobilnya, Gerald tak bisa fokus dengan kendaraannya, perasaannya tak menentu antara emosi dan marah. Sampai setengah jam setelahnya, Gerald tiba di depan kantor Ini bukan pertama kalinya Gerald mengunjungi kantor Sandra, namun karena pacarnya sering berpergian ke luar negeri, belakangan dia jarang datang ke perusahaan itu.Saat memasuki pintu utama, ternyata kini setiap sudut ruangan itu telah banyak berubah, bahkan Gerald baru tahu kalau fasilitasnya telah dilengkapi dengan sistem keamanan kelas atas. Ge
Read more

Ada apa?

Di mobilnya tiba-tiba Sandra mendengar ponselnya berbunyi, “Mommy…” Enggan rasanya untuk menjawab, namun ia tetap harus menjawab panggilan itu.“Halo Mom,”“Ya, tapi aku masih di jalan, nanti kita lanjut ya, bye Mommy.” Buru-buru Sandra mengakhiri panggilan itu sambil menarik nafas dalam-dalam.Akan tetapi tiba-tiba Simon mendadak mengerem mobilnya. “Ada apa?”“Sepertinya di depan ada kecelakaan,” ujarnya sambil mengamati situasi jalan yang terhalang oleh beberapa motor yang berhenti di depan mereka.“Tak adakah cara lain untuk menembusnya?” Simon menggeleng, “Kayaknya susah, atau sebaiknya kita tunggu sampai mereka bubar?” ia ragu-ragu bertanya, jika memaksa untuk melewatinya, mungkin hal tak di duga terjadi.“Lakukan sesuatu, Simon. Aku tahu pasti ada cara lain.” Simon melihat ekspresi kesal Sandra. “Akan aku coba,” akhirnya Simon menuruti keinginan Sandra, dia baru sadar bahwa ternyata wanita itu begitu keras kepala. Baru saja ia menghidupkan mesin mobilnya, tiba-tiba seorang ib
Read more

Luruskan gosip itu

Pernikahan dadakan dari anak pengusaha terkaya di kota ini sangat menarik perhatian para tamu undangan. Terlebih, identitas mempelai pria masih membuat orang bertanya-tanya.Akan tetapi, rasa penasaran itu seketika berubah menjadi sorotan semua tamu ketika melihat sosok Sandra berjalan dengan mesra bersama Simon.“Siapa pria ini? Bagaimana bisa Sandra memilih menikahi pria sepertinya? Apa dia juga anak konglomerat?” Seseorang yang hadir disana, penasaran dan menyuarakan pikirannya sambil berteriak. "Ck! Mana ada anak konglomerat yang pendidikannya bisa berhenti di tengah jalan? Bahkan dia membiarkan ibu dan adiknya tinggal di gubuk lusuh seperti itu.”“Luar biasa!" Ternyata sepasang suami istri yang hadir di acara pernikahan itu adalah orang tua Gerald yang datang tanpa tahu malu, dia menatap Simon sinis dan berupaya membuatnya terpojok.“Aku tak menduga Putri kebanggaan Nyonya Leslie malah menikah dengan keluarga rendahan. Padahal, Sandra dulu memiliki pacarnya yang sekelas dengan m
Read more

Baik, aku akan pergi

"Sekarang Sandra sudah menjadi istri Simon, aku ingin tahu bagaimana pria itu bertindak jika istrinya di p3rkos4 dan memastikan mereka bercerai. Lalu aku akan melihat Simon keluar dari rumah keluarga Sandra tanpa membawa apa pun!” Gerald tersenyum menyeringai "Gerald, apa kamu gila? Jangan buat kekacauan lagi, mereka sudah berjasa pada keluarga kita dan juga memberikan suntikan dana sebesar 100 miliar untuk perusahaan ayah. Ingat, kita masih punya beberapa supermarket yang akan menjadi sumber penghasilan untuk biaya hidup kita selanjutnya, kuharap kamu tak melupakan jasa mereka yang telah memberi bantuan pada kita." "Diam kamu!" Tegas Gerald pada saudara sulungnya, lalu ia kembali berkata, "Semua yang kamu bilang itu benar, mereka memberi kita 100 miliar, tapi bukannya selama itu kita kita yang bekerja hingga bisa menghasilkan 2 triliun lebih dalam beberapa tahun ini, sementara mereka hanya duduk tanpa melakukan apa pun, bisa di bilang kekayaan keluarga Sandra adalah hasil usaha kit
Read more

Datangnya sang mantan

“Selamat datang, anggap saja rumah sendiri.” Nyonya Felicia tersenyum ramah saat membuka pintu pada sebuah rumah bercat ungu muda, wanita yang berstatus nenek Sandra itu mengajak Simon dan Sandra masuk melihat-lihat keadaan tempat itu. “Nah, ini adalah hadiah pernikahan kalian.”Pasangan suami istri itu lantas mendongakkan kepalanya dan berdecak kagum melihat rumah besar berlantai tiga dengan halaman luas di hadapannya. “Ini lebih luas daripada villa mewah tadi.” desis Simon.Simon dan Sandra sama-sama mengedar pandangan mereka ke setiap sudut yang mewah dan artistik, kemudian mereka beralih menatap Nyonya Felicia lalu tersenyum. “Terima kasih nenek!” Sandra memeluknya dengan erat. “Pergilah beristirahat, kalian pasti lelah.” Sandra mengangguk patuh, sebelum pergi nyonya Felicia kembali berpesan.“Sandra, kini kamu adalah istri dari Simon, jadilah istri yang baik untuknya.” Kata-kata neneknya membuatnya sadar kalau ia sekarang bukan wanita single lagi, kemudian ia melihat pada Simon
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status