Beranda / Romansa / Pria Paling Beruntung / Apa berakhir disini?

Share

Apa berakhir disini?

Penulis: Chiavieth
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Apa hari ini aku sungguh-sungguh berakhir? Hmm… siapa yang tak kenal denganku, aku tentu tidak akan membiarkan hal itu terjadi.”

Gerald menyalakan mesin mobilnya dan beranjak pergi dari rumah itu, di jalan ia mencoba menelepon Sandra berulang kali, sayangnya tetap tidak terhubung. “Nomorku masih di blokir!”

Ponselnya dilempar begitu saja ke kursi mobil, kemudian mempercepat laju mobilnya menemui Sandra. “ini sudah jam istirahat, pasti dia sedang makan siang sekarang.”

Di dalam mobilnya, Gerald tak bisa fokus dengan kendaraannya, perasaannya tak menentu antara emosi dan marah. Sampai setengah jam setelahnya, Gerald tiba di depan kantor

Ini bukan pertama kalinya Gerald mengunjungi kantor Sandra, namun karena pacarnya sering berpergian ke luar negeri, belakangan dia jarang datang ke perusahaan itu.

Saat memasuki pintu utama, ternyata kini setiap sudut ruangan itu telah banyak berubah, bahkan Gerald baru tahu kalau fasilitasnya telah dilengkapi dengan sistem keamanan kelas atas.

Gerald sudah menduga, seorang satpam akan menemuinya di pintu masuk. Ia mengikuti instruksi dan menyebut nama Sandra

“Benar, aku adalah pacarnya.” Mungkin beberapa orang di kantor, belum tahu permasalahan Gerald dengan Sandra, jadi dengan mudahnya satpam itu mengizinkannya masuk.

Sementara di ruangannya, Sandra duduk bersandar di sofanya dengan posisi santai, kakinya dibuat menyilang, dan dia terlihat sangat pucat.

Saat ini jam kerjanya baru selesai, tetapi dia tidak tertarik untuk ke kantin dan lebih memilih membaca sebuah buku. Bukan apa-apa, hanya saja ia lebih suka menghabiskan waktu luangnya dengan aktivitas membaca

Tiba-tiba, suara pintu diketuk terdengar, Sandra mengangkat kepalanya saat pintu terbuka. "Sandra, kamu bersembunyi di sini karena sesuatu?"

Matanya melebar sempurna saat tahu siapa yang datang. “Gerald?”

Keterkejutan Sandra membuat Gerald kembali bertanya dengan alis yang terangkat. “Kenapa? Nggak suka liat aku disini?”

Sandra menutup bukunya sambil menghela napas pelan. "Aku nggak sembunyi, kenapa kamu datang ke sini?"

Gerald memberikan senyum khasnya. "Aku sangat menghargai jawabanmu. Aku datang untuk meminta bantuanmu, tapi sebaiknya kita bicara di tempat lain, aku akan mengajakmu makan steak yang enak di luar."

Sandra menggeleng, namun matanya melirik tak suka pada Gerald. "Nggak usah repot-repot, katakan apa yang kamu inginkan, lebih cepat lebih baik.”

Mendengar bicaranya begitu dingin, Gerald semakin mendekatinya. "Kamu kenapa? Apa ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu?" Ia menyadari bahwa wanita itu sedang kesal melihatnya.

"Apa kamu masih perlu menanyaiku hal lain lagi? Aku baik-baik saja sekarang, jadi kamu pergilah, aku sudah muak melihatmu." ujar Sandra sambil membuang muka, dia mencoba menahan emosi yang menggunung di benaknya.

Gerald tentu tidak akan langsung menuruti perkataannya, sorot matanya jelas sedang menyimpan sesuatu. "Oh, ayolah, ceritakan jika ada sesuatu yang membebani pikiranmu. Hmm?” Jarak mereka semakin dekat dan bahkan Gerald berani menyentuh wajah Sandra.

Plakk!!

Sontak Sandra menamparnya, hingga lelaki itu terhuyung ke bawah.

Tatapan Sandra begitu menyimpan kebencian, Gerald tahu dia sudah berpikir seribu kali sebelum menamparnya. "Sandra kamu..."

“A-APA??? Masih nggak puas setelah berbuat m3sum di belakangku? Kamu pikir aku bisa menerimamu kembali hadir disini setelah melihat semua itu?” Sandra meluapkan semua emosinya.

Ia tak mau air matanya kembali jatuh setelah terakhir kali, “Kamu pergi dari kantorku, ini terakhir kali kita ketemu. Jangan pernah kembali lagi!”

“Sandra, jangan hanya menyalahkanku. Orang tuamu telah memutuskan kontrak kerjasama dengan keluargaku, bagaimana hidup mereka setelahnya? Apa kamu peduli?” Gerald menarik nafasnya dalam-dalam.

“Kamu mengeluh apa yang kuperbuat? Sementara kamu selalu pergi, ada banyak sekali wanita yang mendekatiku. Sedangkan kamu tidak ada di sisiku…” Gerald mencoba membela diri dari kesalahannya.

“A-apa? Jadi ini semua salahku?” Sandra sungguh tak percaya dia berbicara dengan nada kecewa.

“Ya, tapi aku meminta pengertianmu sekarang, apa kamu setuju untuk kita berbaikan, sayang?” Gerald mencoba merayu Sandra.

“Itu mustahil, aku nggak sudi lagi melihat mukamu, sekarang tolong keluar dari sini karena hubungan kita sudah berakhir hari itu juga...” Sandra membuka pintu agar Gerald keluar.

Derap langkah kaki terdengar, saat itu mereka menghening, sedetik kemudian

pintu terbuka, tubuh Simon yang tinggi dan tegap muncul di depan pintu. Bahkan bahunya yang lebar, terbalut dengan kemeja putih dengan lengan baju yang digulung memperlihatkan otot lengannya. "Ah, Sandra. Maaf, aku agak lambat, tadi aku..." Ucapannya terputus saat melihat pria yang tengah tersenyum miring melihatnya.

"Kamu..." Sebelah mata Simon menyipit, emosinya mendidih ketika melihat sosoknya.

"Hei, kamu si pria miskin itu kan? Beruntung sekali kita bertemu lagi, apa yang kamu lakukan disini? Apa ingin menjadi penjilat di keluarga kaya?” Gerald menaikkan sebelah alisnya.

"Jangan ikut campur dengan urusanku, Simon adalah asisten pribadi sekarang," ujar Sandra dengan nada tegas, menghalangi Gerald agar tak menganggunya.

"Oh, apa kamu sedang pamer? pantas saja Kamu terlihat cuek dan nggak peduli lagi sama aku, jadi karena dia? Huh! Seleramu sungguh buruk, Sandra..."

Bukk! Tiba-tiba tinju Simon melayang tepat di wajahnya. "Simon hentikan! Jangan lakukan ini di kantor jika tak ingin menjadi sorotan disini." Sandra histeris ketika Simon menampakkan sisi lainnya.

Merasa dibela oleh Sandra, Gerald tersenyum miring. "Lihat, kamu masih membelaku Sandra, artinya kamu masih peduli dan mencintaiku kan?"

Percaya diri sekali dia!

Simon menatapnya dengan pandangan tak suka, baru saja ingin menjawab, tapi suara Sandra lebih dulu terdengar.

"Berniat sekali kamu kemari untuk mengatakan itu? Kamu kira aku sudi? Bukankah orang tuaku sudah memberi kabar terbaru padamu? Oh, atau aku perlu memperlihatkan ini padamu?" Sandra mengambil ponselnya, kemudian memutar sebuah video siaran langsung dari ponselnya.

Gerald melihat dengan wajah tak acuh, namun matanya melebar sempurna melihat sesuatu yang menurutnya mungkin terjadi pada ayah kandungnya.

"Apa yang kalian lakukan pada mereka?" Kini beralih wajah Gerald berubah cemas.

Sandra dengan tawanya yang melebar cukup puas dengan hal itu, "Kenapa? Kamu takut aku akan membuka rahasia besar kamu dan keluargamu? Pergilah sekarang juga, sebelum aku panggil satpam agar kamu di seret keluar!"

Gerald melihat Sandra dengan tangan terkepal, untuk mengatakan hal lain dengannya benar-benar sulit. Ia akhirnya menuruti Sandra seperti terkena sihir yang kata-katanya tak dapat ditolak.

Jika pun Gerald menolak percuma, waktunya akan terbuang sia-sia hanya untuk itu. Tiba-tiba Simon mengomentari Gerald. "Tuan Gerald, sepertinya anda tidak perlu mengepalkan tanganmu sekuat itu."

Gerald langsung menunduk, ia baru menyadari reaksinya tadi. Apa ini berlebihan? canggung sekali …

"Baik, aku akan pergi, tapi kalian jangan senang dulu, masih ada waktu kita bertemu di waktu kedepannya..." Gerald menatap tajam Simon, lalu tertawa sinis. "Aku akan datang padamu..."

Setelah itu, dia pergi begitu saja sama seperti kedatangannya yang tiba-tiba. Butuh waktu beberapa saat hingga Sandra bernafas lega. “Hati-hati!” Simon menopang Sandra hingga dia tak jadi jatuh ke lantai. "Nona Sandra, kamu baik-baik saja, 'kan?"

Sandra mengeleng pelan, Simon membantunya untuk kembali duduk. Rasanya canggung, Sandra dibuat salah tingkah ketika Simon membantunya, terlebih saat itu para staf mulai berdatangan. “Tak apa, aku hanya sedikit pusing, bisa temani aku keluar sebentar?”

Bab terkait

  • Pria Paling Beruntung    Ada apa?

    Di mobilnya tiba-tiba Sandra mendengar ponselnya berbunyi, “Mommy…” Enggan rasanya untuk menjawab, namun ia tetap harus menjawab panggilan itu.“Halo Mom,”“Ya, tapi aku masih di jalan, nanti kita lanjut ya, bye Mommy.” Buru-buru Sandra mengakhiri panggilan itu sambil menarik nafas dalam-dalam.Akan tetapi tiba-tiba Simon mendadak mengerem mobilnya. “Ada apa?”“Sepertinya di depan ada kecelakaan,” ujarnya sambil mengamati situasi jalan yang terhalang oleh beberapa motor yang berhenti di depan mereka.“Tak adakah cara lain untuk menembusnya?” Simon menggeleng, “Kayaknya susah, atau sebaiknya kita tunggu sampai mereka bubar?” ia ragu-ragu bertanya, jika memaksa untuk melewatinya, mungkin hal tak di duga terjadi.“Lakukan sesuatu, Simon. Aku tahu pasti ada cara lain.” Simon melihat ekspresi kesal Sandra. “Akan aku coba,” akhirnya Simon menuruti keinginan Sandra, dia baru sadar bahwa ternyata wanita itu begitu keras kepala. Baru saja ia menghidupkan mesin mobilnya, tiba-tiba seorang ib

  • Pria Paling Beruntung    Luruskan gosip itu

    Pernikahan dadakan dari anak pengusaha terkaya di kota ini sangat menarik perhatian para tamu undangan. Terlebih, identitas mempelai pria masih membuat orang bertanya-tanya.Akan tetapi, rasa penasaran itu seketika berubah menjadi sorotan semua tamu ketika melihat sosok Sandra berjalan dengan mesra bersama Simon.“Siapa pria ini? Bagaimana bisa Sandra memilih menikahi pria sepertinya? Apa dia juga anak konglomerat?” Seseorang yang hadir disana, penasaran dan menyuarakan pikirannya sambil berteriak. "Ck! Mana ada anak konglomerat yang pendidikannya bisa berhenti di tengah jalan? Bahkan dia membiarkan ibu dan adiknya tinggal di gubuk lusuh seperti itu.”“Luar biasa!" Ternyata sepasang suami istri yang hadir di acara pernikahan itu adalah orang tua Gerald yang datang tanpa tahu malu, dia menatap Simon sinis dan berupaya membuatnya terpojok.“Aku tak menduga Putri kebanggaan Nyonya Leslie malah menikah dengan keluarga rendahan. Padahal, Sandra dulu memiliki pacarnya yang sekelas dengan m

  • Pria Paling Beruntung    Baik, aku akan pergi

    "Sekarang Sandra sudah menjadi istri Simon, aku ingin tahu bagaimana pria itu bertindak jika istrinya di p3rkos4 dan memastikan mereka bercerai. Lalu aku akan melihat Simon keluar dari rumah keluarga Sandra tanpa membawa apa pun!” Gerald tersenyum menyeringai "Gerald, apa kamu gila? Jangan buat kekacauan lagi, mereka sudah berjasa pada keluarga kita dan juga memberikan suntikan dana sebesar 100 miliar untuk perusahaan ayah. Ingat, kita masih punya beberapa supermarket yang akan menjadi sumber penghasilan untuk biaya hidup kita selanjutnya, kuharap kamu tak melupakan jasa mereka yang telah memberi bantuan pada kita." "Diam kamu!" Tegas Gerald pada saudara sulungnya, lalu ia kembali berkata, "Semua yang kamu bilang itu benar, mereka memberi kita 100 miliar, tapi bukannya selama itu kita kita yang bekerja hingga bisa menghasilkan 2 triliun lebih dalam beberapa tahun ini, sementara mereka hanya duduk tanpa melakukan apa pun, bisa di bilang kekayaan keluarga Sandra adalah hasil usaha kit

  • Pria Paling Beruntung    Datangnya sang mantan

    “Selamat datang, anggap saja rumah sendiri.” Nyonya Felicia tersenyum ramah saat membuka pintu pada sebuah rumah bercat ungu muda, wanita yang berstatus nenek Sandra itu mengajak Simon dan Sandra masuk melihat-lihat keadaan tempat itu. “Nah, ini adalah hadiah pernikahan kalian.”Pasangan suami istri itu lantas mendongakkan kepalanya dan berdecak kagum melihat rumah besar berlantai tiga dengan halaman luas di hadapannya. “Ini lebih luas daripada villa mewah tadi.” desis Simon.Simon dan Sandra sama-sama mengedar pandangan mereka ke setiap sudut yang mewah dan artistik, kemudian mereka beralih menatap Nyonya Felicia lalu tersenyum. “Terima kasih nenek!” Sandra memeluknya dengan erat. “Pergilah beristirahat, kalian pasti lelah.” Sandra mengangguk patuh, sebelum pergi nyonya Felicia kembali berpesan.“Sandra, kini kamu adalah istri dari Simon, jadilah istri yang baik untuknya.” Kata-kata neneknya membuatnya sadar kalau ia sekarang bukan wanita single lagi, kemudian ia melihat pada Simon

  • Pria Paling Beruntung    Fitnah

    “Hei, apa-apaan kamu ini?” Satpam tetap bertindak atas suruhan Sandra di tengah kasak-kusuk mereka, Shania merasa senang telah berhasil mengalihkan fokus semua orang yang ada di sana seakan bersimpati padanya.“Fitnah! Ini fitnah parah! Kamu jangan memutar balikkan fakta Shania, aku tak pernah menyentuhmu sekalipun!” Shania merespon seolah dirinya dalam keadaan terluka. Dia mencoba berbicara sekali lagi membenarkannya. “Aku hanya ingin jujur dengan apa yang terjadi pada malam itu. Aku hanya berharap kamu berterus terang, dan bertanggung jawab padaku.”“Cukup!” teriak Sandra, ia agak terpancing emosi dengan kata-kata memelas yang dia rasa hanya di buat-buat oleh wanita yang sebelumnya juga merebut pacarnya. Wanita itu tampaknya tak peduli, dia terus membual di depan para penjabat eksekutif itu seolah tanpa dosa. “Hentikan, kamu harus mempertanggungjawabkan ucapanmu barusan!” Simon yang tadinya diam, akhirnya berbicara, membuat semua orang yang menyoroti mereka tadi terdiam. "Simon..

  • Pria Paling Beruntung    Cemburu-ku

    "Alessa..." Sandra memekik kegirangan, ia berdiri dan langsung memeluk sahabatnya saat mereka kuliah. "Apa kabar?" Perlahan keduanya melepas pelukan, dan Alessa melihat pada Simon. "Dia..."Sandra beralih menatap pria yang duduk di bangku sebelahnya, lalu dia tersenyum. "Kenalkan dia suamiku, Simon.""Serius? Kalian kapan nikah? Aku jadi kecewa karena aku nggak dikasih undangannya."Alessa memanyunkan bibirnya dibuat seolah sedang kesal, lalu melihat pada Simon.Pria yang berstatus suami Sandra itu mengangguk dan senyum seadanya tanpa berpikir hal lain, dirinya terlihat sibuk dengan dengan makan untuk istrinya, bukan apa-apa tapi kelihatannya Simon tak ingin istrinya makan sembarangan.Akan tetapi sejak tadi Alessa diam-diam mengamatinya, sorot matanya terlihat penuh arti, namun hal itu sama sekali tak disadari oleh Sandra, lagipula dia juga tak memperhatikannya karena fokus dengan kegembiraan yang dia hadapi saat ini.Di meja lingkaran yang mereka tempati, Sandra melihat satu kursi ko

  • Pria Paling Beruntung    Dia tuan Simon

    Dua tahun setelahnya...Suara helikopter membuat telinga bising, semua orang melihat ke langit dengan rasa penasaran. Misi pendaratan berlangsung, sampai akhirnya bunyi baling-balingnya berhenti. Seorang lelaki yang tak asing terlihat turun dari helikopter, Tuan muda Simon! Jika dulu dia di katakan pria kampungan, namun sekarang telah berubah 180 derajat. Dia kini benar-benar jauh berbeda, kekayaannya berjumlah miliyaran.Meski sudah memiliki istri, namun dia menjadi pria di kagumi oleh banyak wanita. Simon baru saja kembali ke tanah kelahirannya, matanya melihat ke sekeliling, teringat akan kehidupannya di masa lalu yang penuh dengan kesederhanaan dalam keluarganya.Langkahnya tiba di sebuah rumah mewah, tempat itu dulunya adalah sebuah pondok lapuk yang terbuat dari kayu. Simon masih ingat, dia pernah tinggal di pondok lapuk itu dengan kehidupan yang sederhana. Tapi sepertinya itu takkan terjadi lagi sekarang, suasananya sudah berbeda. Sim

  • Pria Paling Beruntung    Hal tak terduga...

    Di tengah perjalanan dering panggilan masuk terdengar, Sofia menjawab panggilan yang ternyata dari Simon kakaknya.“Halo kak, disini macet sebentar lagi kami sampai” Sofia menjawab dengan agak tergesa.Di High Way, Sofia adalah gadis cantik yang cukup terkenal dan terpilih sebagai King and Queen di kotanya. Saat ini, dia begitu sibuk dengan aktivitas barunya dan bergabung dalam sebuah komunitas terkenal hingga orang-orang disekitarnya menjadi iri."Sofia, cepatlah ke rumah sakit, penyakit ibumu kambuh lagi..." Serombongan gadis yang seumuran dengannya, membuka kaca mobil mereka, kemudian berseru dengan nada mengejek pada Sofia yang sedang terburu-buru.Tak peduli bagaimana pun mereka menertawainya, Sofia menyuruh Aslan untuk bergegas menuju rumah sakit. "Nona, aku curiga pada mereka, anda ingat tidak, setelah kita mengelar acara syukuran beberapa waktu lalu?""Nanti saja ceritakan saat di rumah sakit, fokuslah menyetir.""Baik...

Bab terbaru

  • Pria Paling Beruntung    Ending...

    "Semuanya, Sean, tiba-tiba menghilang!" Saat semua orang masih berada dalam suasana duku, tiba-tiba Alessa muncul di sana dengan membawa kabar buruk. Ini bukan hanya membuat Simon kaget, tapi juga sangat cemas dan panik."Apa? Bagaimana bisa ini terjadi?""Bagaimana kamu menjaganya, Alessa?" "Kita harus segera mencarinya!" seruan mereka yang dilanda panik silih berganti membuatnya kalang kabut.Mereka bergegas keluar ruangan, bergerak cepat mencari keberadaan Sean.Simon di tinggal sendirian dalam keadaan tak berdaya, dirinya bukan hanya kehilangan Sandra, tapi apa ia juga harus menghadapi kehilangan Sean?"Apapun yang terjadi, aku harus menemukan Sean!" ujarnya dengan penuh tekad. Sejujurnya, Simon sangat mencemaskan keselamatan anak itu. Di saat sulit ini, harusnya mereka memperhatikan anak seusia Sean, tapi mereka terlalu lengah dan hampir melupakan anak itu.Di tempat lain, seorang satpam menemukan seorang anak sedang meringkuk sendirian di loteng rumah sakit. Begitu dia mengh

  • Pria Paling Beruntung    Mommy, aku tak ingin kehilanganmu

    Saat itu, pintu ruangan nomor 134 terbuka dengan keras. Seorang perawat masuk dengan wajah penuh kepanikan. "Ada kecelakaan tak terduga di ruang operasi! Nyonya Sandra..." suaranya terputus saat melihat semua orang menatap dan menanti perkataan selanjutnya.Simon, Alessa dan lainnya merasa detak jantungnya berhenti sejenak. "Apa yang terjadi? dia baik-baik saja kan?"Dari wajah perawat itu, terlihat garis-garis kegundahan. "Sekali lagi mohon maaf, tapi darah yang di sumbangkan sebelumnya, belum bisa membuat keadaan nyonya Sandra stabil. Butuh waktu dan perawatan yang lebih intensif untuk memulihkan keadaannya, kami semua sedang berjuang menyelamatkannya."Mendengar itu, Simon merasa dunianya runtuh. Bahkan Sean yang masih berada dalam pelukan Alessa, mengeratkan pegangannya pada wanita itu. "Tante... bagaimana dengan mommy..."Melihat hal ini, Elsa merasa bersalah, terlebih melihat Sean yang seumuran putranya kini terlihat ketakutan. Apa dia memilih keputusan yang salah? Apa mereka aka

  • Pria Paling Beruntung    segera ke rumah sakit

    ( Elsa, segera ke rumah sakit Williecons, aku akan kirimkan alamat lengkapnya) Elsa menerima pesan teks dari nomor tak di kenal. ‘Siapa ini?’ ia berusaha mengingat-ingat pemilik nomor dengan ujung angka 77, “Yah, aku ingat! Ini kakak, aku sudah lama tak tahu kabarnya, tapi darimana dia dapat nomor baruku…?” Dia menggeleng, ‘Ini tak penting sekarang, lebih baik aku segera menghubunginya…’ Saat itu panggilan langsung tersambung.“Halo, apa ini kamu kak Max?”“Elsa! Syukurlah, ternyata orang itu tak berbohong, akhirnya kita bisa mengobrol juga hari ini.” "Oh ya kak, kamu dimana? Tadi kamu bilang rumah sakit, memangnya siapa yang sakit?" Elsa mengigit bibirnya bawahnya cemas, ‘Semoga saja bukan ibu.’ “Sandra sedang dalam keadaan kritis, pagi ini ada dapat kabar Simon juga masuk rumah sakit karena kecelakaan…”“Ke-kecelakaan?” Sungguh, Elsa kaget saat menerima kabar itu. Untungnya saat itu dia anak kembarnya sudah di antar Antonio pergi ke sekolah, jadi mau teriak sekeras apapun, pali

  • Pria Paling Beruntung    Kritis...

    Tiba-tiba, semua lampu jalan padam, bahkan seluruh bangunan terlihat gelap. Hampir semua detak jantung mereka terdengar berpacu dengan kencang. Simon meraba-raba mencari ponselnya untuk penerangan.Saat ini, ada suara langkah kaki mendekat, membuat ketegangan, sebelum langkah itu sempat mendekat, sebuah cahaya muncul menyilaukan mata. “Sandra … segera kita bawa dia kerumah sakit.” Untungnya Alessa segera menghidupkan senter Flashlight dari ponselnya.Sementara Sean terlihat histeris melihat sang mommy yang berada dalam keadaan kritis. “Mommy… ayah, siapa yang berbuat jahat pada mommy, kenapa kamu hanya diam ketika orang melukainya.” Bocah itu menangis tersedu-sedu.Simon menelan salivanya, dia mencoba menenangkan Sean dengan sabar. Namun, anak seperti putranya ini cukup bermulut pedas, jadi semua perkataan orang dewasa dia lontarkan, tanpa peduli bahwa itu akan menyinggung orang lain, termasuk dirinya sendiri sebagai ayah.“Sean, kita tak tahu siapa orang yang melakukan itu pada mommy-

  • Pria Paling Beruntung    Siapa yang melakukan ini?

    “Alessa…” Sandra dan Simon buru-buru keluar dari mobil, mereka melihat kerumunan orang di sekitar rumahnya, bahkan ada banyak petugas keamanan dan wartawan yang berkumpul di sekitar area.“Sebenarnya apa yang sedang terjadi?” Di antara kerumunan itu, mereka melihat seorang pria terlihat berjalan menunduk diiringi oleh beberapa petugas keamanan. Wartawan mengambil foto, lalu melakukan wawancara.Simon mengernyitkan dahinya. “Gerald?” Sandra ikut terkejut.“Dia muncul lagi?” Keduanya bergegas mendekati kerumunan karena ingin memastikan keadaan putranya.“Sean…” Sandra berlari menghampiri seorang guru les privat anaknya. Sayangnya, sosok yang di panggil namanya tidak ada di sana. “Dimana Sean? Dia baik-baik saja kan?” Suaranya bergetar.“Nyonya tenang saja, Sean sedang tidur di dalam, tampaknya dia kelelahan. Yang jadi masalah sekarang adalah Ibu Alessa…”Simon menimpali. "Kamu sudah beritahu ini pada polisi?”Belum sempat menjawab, fiba-tiba seorang petugas keamanan mendatangi mereka, "K

  • Pria Paling Beruntung    Sangat Ranting..

    "Aku akan berikan salah satu toko butik milik perusahaan Elegant Endless Group' pada Alessa, semoga itu akan cukup." Entah darimana kepercayaan diri ini munculnya, Sandra mengerahkan semua isi hatinya pada Simon yang masih membeku di tempatnya. Meski hatinya penuh keraguan, namun Simon mencoba mencerna semua ucapan istrinya. "Kamu yakin?" ujarnya memastikan. Sandra mengangguk, "Aku percaya, Alessa orang yang jujur, makanya aku memilihnya, kamu jangan cemas dan takut dia akan menipu, yang penting kamu setuju saja itu sudah cukup." Sorot mata Sandra jelas tampak ketulusan, jadi Simon mengikuti saja. "Jika benar begitu, itu tergantung padamu. Aku tidak bisa memaksa ataupun melarang.""Deal!" Elsa mengambil satu keputusan. "Terima kasih dukunganmu, sayang..." Satu kecupan mendarat di pipi Simon, memancing gair4hnya, hingga sebuah adegan Simon mengendong istrinya ke tempat tidur dan menjeratnya dengan gila, menatapnya dengan penuh hasr4t."Aku suka cium4nmu, Simon." Sandra berkata denga

  • Pria Paling Beruntung    Rawan

    "Kamu tak apa kan?" Alessa senang karena di perhatikan oleh atasan, sekaligus atasannya. "Jangan memaksakan diri, jaga kondisi tubuhmu dengan baik oke?" Obrolan mereka selesai setelah Sandra menyudahi panggilannya.Malamnya, Alessa pulang ke rumah dengan langkah ringan. Rasanya lelah seharian bekerja, tetapi dia tahu bahwa dia harus tetap kuat menjalaninya.Namun, ketika di depan pintu dia terkejut melihat pria yang tidak dikenal berdiri di tengah dengan sebo dan jas hitam. Dia tampak sangat misterius membuat Alessa agak takut."Siapa kamu? Kenapa mengikutiku kemari?" Suara Alessa terdengar bergetar saat ketakutan. Namun, pria itu hanya tersenyum dan mengangkat tangannya, menunjukkan sebuah pistol."Maaf, Alessa. Saya disini hanya di suruh mengambil sesuatu." ucap pria itu dengan tenang. Alessa tak peduli lagi dengan hal itu, ia kebingungan harus meminta bantuan siapa, sedangkan ponselnya kini masti total.'Jika aku berteriak sekarang, Sean pasti akan ketakutan.' Gumamnya pelan. De

  • Pria Paling Beruntung    Adik kembar

    Aku terkejut dengan pertanyaan Hani tadi, "Kenapa kamu menanyakan itu?" jawabku sambil balik bertanya. Hani melebarkan bibirnya dengan sedikit senyuman, "Ah, tidak. Aku hanya bertanya saja. Ku kira selama ini kamu masih sering menghubunginya." Benar, aku masih belum sempat menghubungi Juan. Kemarin ponselku tertinggal saat aku sedang pergi bersama Pak Jonas. Ya ampun, kenapa aku begitu bodoh? Aku menepuk kepalaku sendiri.Bisa-bisanya aku melupakan itu... kulihat jam di tanganku. Ini sudah hampir terlambat, aku bahkan belum sarapan sama sekali. Oh, tidak...!Hani geleng-geleng kepala melihat raut wajahku yang seketika berubah muram. Aku bingung, mana yang akan kulakukan lebih dulu. "Aku pergi sekarang, Hani." Aku langsung pergi begitu saja tanpa mendengar jawaban Hani. Kedengarannya, dia tengah memberikan sebuah nasehat untukku, namun kubiarkan saja dia berbicara sendiri di depan pintu."Pak, stop!!" Aku menyetop sebuah taksi yang kebetulan tengah melintas di jalan yang kulewati. Aku m

  • Pria Paling Beruntung    Terserah kamu saja

    "Akhirnya sampai juga." Alessa melihat bocah cilik itu tampak tertidur, setelah turun dari mobil, dia melepas sepatu Sean, berencana segera menidurkannya di kamar.Namun, Sean terbangun karena merasa ada tangan yang lembut menyentuhnya. Bocah itu mengusap matanya berulang, sebelum berbicara. "Tante Alessa, apakah kita sudah di rumah?" tanyanya dengan nada polos, Alessa menggangguk, "Benar sayang kita baru sampai..."Sean membuka lebar matanya, lalu berdiri bersiap keluar mobil. " Tante, sejak tadi kamu sudah bekerja keras, apa Moms akan senang dengan hasil kerjamu tadi?"Mendengar suara imut anak itu, Alessa tersenyum, "Aku berharap begitu, Sean. Yang penting aku telah berusaha mengelolanya sesuai dengan selera mommy-mu.""Aku yakin mommy pasti senang, kulihat Tante bahkan juga ulet bekerja, kuharap Tante juga bisa menjadi seperti Mommy, bahkan lebih baik daripadanya."Alessa tersenyum bangga mendengar pujian dari anak itu. "Oh ya Tante, kamu sudah punya pacar?" Saat mereka berdua b

DMCA.com Protection Status