Home / Romansa / Pria Paling Beruntung / Do'akan aku ibu...

Share

Do'akan aku ibu...

Author: Chiavieth
last update Last Updated: 2024-01-21 23:12:33

"Ibu, do'akan aku di terima bekerja ya." Simon pamit pada ibunya sebelum meninggalkan rumah.

Simon cukup gugup, namun dia tetap mempersiapkan diri untuk bertemu dengan keluarga Sandra. Dia ingat betul yang dikatakan Sandra sore itu, meski dia yang memintanya bekerja, namun setidaknya Simon harus membuat persiapan untuk menghadapinya, terlebih lagi lamaran, serta beberapa dokumen penting sebagai syarat lainnya, sama seperti yang dilakukan para pencari kerja pada umumnya.

Mungkin alasan sepele, tapi Simon kini mengerti kenapa Sandra memintanya begitu, Formalitas! Apalagi kalau bukan?

"Simon!" teriak seorang dari kejauhan. Simon menoleh kearah suara, sosok Sandra si pemilik kulit putih itu menghampirinya.

Melihatnya sudah menunggu lama, Simon jadi sungkan. "Bukannya kemarin sudah kubilang, kamu nggak perlu repot buat jemput aku." Sandra yang kini telah berdiri di sisinya hanya menyengir.

"Nggak masalah kok, ayo naik!”

Simon mengikuti Sandra sampai ke mobil, lalu duduk di sebelahnya. “Kamu bisa menyetir?”

Simon menggeleng, “Maaf, aku masih belum berani, jika ku paksakan mungkin malah berakibat fatal.”

“Kamu bercanda?” Sandra sedikit meragukannya,

“Serius, sebenarnya aku pernah belajar nyetir beberapa kali, tapi untuk mencobanya sendiri, aku nggak berani.”

“Kuharap, itu nggak terjadi lagi ke depannya. Hari ini kita harus cepat, Ibuku sedang mengadakan acara jamuan makan keluarga, aku harus membawamu kesana dan ini kesempatan untuk memperkenalkanmu pada mereka.”

Simon hanya diam, bahkan sampai Sandra melajukan mobilnya. Rasanya gugup sekali, menghadiri acara keluarga kaya, bukan hal sembarangan. Apalagi Sandra kelihatannya adalah keluarga dari kelas atas. Entah dirinya saja yang beruntung bisa mendapat kenalan wanita seperti Sandra, itulah yang dia pikirkan sekarang.

Tapi, Simon masih cemas dan khawatir tidak akan diterima di sana. “Tidak, aku harus berani menghadapinya,” batinnya dengan tekad kuat.

Ketika mobil Sandra berhenti, Simon menarik nafas dalam-dalam sambil mengamati tempat disekitarnya, di area parkir dua buah mobil terlihat berderet. “Ini rumah kami, di dalam nggak terlalu ramai, karena yang diundang hanya paman dan bibi. Jadi jangan gugup, oke?”

Simon melihat pakaian yang dia kenakan, menurutnya lumayan meski bukan barang branded, tapi dia merasa percaya diri dengan penampilannya hari ini.

Mereka berdua masuk, Simon melihati meja makan yang penuh dengan hidangan lezat, namun dia tidak fokus dengan itu, rasa cemas masih saja menghantuinya.

Kemunculan Sandra dan Simon mendapat lirikan dari keluarga Sandra, bahkan paman dan bibinya menatapnya lama, seakan sedang memperhatikan sesuatu. “Sandra, ini siapa? Mana Gerald?"

Sebelum menjawab, Sandra mengajak Simon duduk di kursi yang tersisa. "Dia temanku, dan Gerald... Lupakan pria itu, kalian sama sekali nggak tahu sifat dan kenakalannya diluar sana. Aku benar-benar menyesal bertemu dengannya."

"Sandra…”

Kata-katanya terputus ketika Ny Leslie, ibunya Sandra memberi kode untuk diam.

“Bisa kenalkan siapa temanmu ini? Pekerjaannya apa? Lulusan mana?”

Simon terdiam, mengingat dia belum lulusan kuliah, pendidikannya terhenti karena kendala biaya, apa sebaiknya mengakui dirinya hanya lulusan SMA?

Simon memandangi mereka secara bergantian, mencoba membuat nafas stabil sebelum menjawab. “Saya Simon, sebenarnya…”

“Mom, dad, aku akan mengangkat Simon sebagai asisten, dia adalah lulusan terbaik tiga tahun lalu, aku sudah melihat berkasnya dan semua nilainya bagus, sangat cocok menjadi partner kerjaku.” Sandra cepat menanggapi situasi itu.

Simon menarik nafas dalam-dalam, menanti respon mereka. “Tidak bisa!” Sandra dan Simon kaget akan respon tersebut, “Sandra, aku menolak kamu memperkerjakan orang yang nggak jelas asal-usulnya, semua ini akan membahayakanmu…”

“Membahayakan? Jadi Gerald tidak berbahaya? Dad, justru orang yang dianggap baik-baik itulah yang paling berbahaya,” Sandra mengeluarkan ponsel dan mengetuk layarnya beberapa kali untuk diperlihatkan pada mereka. “Kalian silakan lihat dan dengar video ini baik-baik.”

Leslie mengambil ponsel putrinya, dan memutar sebuah video yang berdurasi sekitar satu menit. Semua mata tertuju pada layar ponsel Sandra dengan penasaran. “Ini Gerald?”

“Apa masih belum yakin dengan video itu? Aku merekamnya sendiri. Jadi itu bukan editan atau rekasaya. Aku telah melihat dan mendengarnya sendiri, dan itulah yang sebenarnya dikatakan pria berbahaya.” terang Sandra dengan nada ketus.

Paman dan bibi Sandra saling pandang, mereka tak berkomentar apapun tentang ini, namun pandangan mereka pada Simon masih saja sinis dan mencemooh.

“Tapi tetap saja kamu nggak boleh sembarang merekrut asisten, Sandra, memangnya dia punya riwayat kerja sebagai apa? Kemampuannya apa, kita harus tahu itu. Kamu lihat dari caranya berpakaian saja seperti anak desa, kamu memungutnya dimana?”

Ini perkataan yang sangat menyinggung, Simon sudah menduga hal itu akan terjadi, ia lalu berdiri dan tak akan cemberut ataupun marah karena hal ini. Dia tak ingin dianggap lebih buruk lagi setelah di rendahkan, menanggapinya kepala dingin itu pilihan seorang Simon.

“Maaf Pak, Ibu. Terima kasih saya sudah dibolehkan masuk ke rumah ini, tapi sepertinya saya harus buru-buru pergi dan…”

Tiba-tiba Sandra berdiri dari kursinya,

“Daddy, yang merekrutnya itu aku, jadi aku berhak memilih siapa orang yang akan bekerja denganku.”

“Maaf, Sandra sepertinya aku harus pergi, kira bisa bertemu lain kali.” Simon berucap seramah mungkin, dan berniat pergi bahkan saat Sandra mencoba melarangnya.

Sandra memandangi kedua orang tuanya dengan tatapan marah, memekaspin di hadapan mereka menurut Sandra itu juga tak ada gunanya.

Sementara Simon yang hampir tiba di ambang pintu, merasa sangat tidak nyaman, hatinya terluka dan ingin cepat-cepat keluar dari situ.

“Tunggu!” tiba-tiba Ny Leslie yang sejak tadi diam akhirnya bersuara, ia berdiri dengan tegas sambil melihat Simon dengan penuh empati, "Simon, jangan pergi dulu, kembalilah duduk. Saya ingin bicara denganmu."

Simon terkejut atas sikap yang ditunjukkan ibu Sandra padanya, ia kelihatan berbeda di antara mereka.

Simon ragu, namun Sandra malah menjemputnya dan membawanya kembali duduk di tempat tadi. Jantung Simon tak berhenti berdenyut, hati dan pikirannya yang berkecamuk sampai wanita yang berstatus sebagai ibu Sandra itu melanjutkan, "Simon, saya melihat Sandra begitu percaya padamu, apa kamu yakin ingin bekerja dengannya?”

Simon kurang paham maksud Ibu Sandra, dia agak ragu menjawab. “Maksud Nyonya, keseriusan saya bekerja? Jika itu tentu saja saya serius, saya butuh pekerjaan ini dan adik saya sebentar lagi tamat kuliah, aku butuh biaya juga untuk itu.” ketika berbicara, Simon melihat kebawah, dia menyembunyikan matanya yang sudah berkaca-kaca.

Tidak, Simon malah mengatakan hal membuatnya semakin dipojokkan! Sandra merasa cemas dan mengusap wajahnya yang sudah berkeringat.

Aneh bukan, yang jadi sorotan hari ini Simon, bukan Sandra, tapi kenapa Sandra yang begitu cemas?

Ada hal yang tak bisa di ungkapkan dengan kata-kata, Sandra mungkin memiliki rencana lain, tapi yang jelas dia juga harus mendengar keputusan sang mommy.

“Simon.” Lagi-lagi Ny Leslie kembali memanggilnya, Simon di buat beku di tempatnya duduk, namun dia harus siap dan memasang telinga demi mendengar ucapan nyonya Leslie berikutnya.

“Aku menghargai orang yang bekerja dengan putriku, tapi harus melindungi dan memastikan dia aman. Jadi yang akan kukatakan sekarang, aku ingin beri kamu kesempatan untuk bekerja bersama Sandra, jadilah asistennya."

Astaga! Simon tak membayangkan kalimat itu meluncur begitu saja dari mulut ibu Sandra, perasaan senang dan bersyukur bercampur aduk. Bahkan Sandra yang ketika itu hampir putus asa karena kata-kata ibunya yang sedikit pedas.

Sebenarnya di satu sisi Simon senang, tapi di sisi lain dia sedikit terluka dengan kata-kata kasar ayah Sandra. Entahlah, apa ini hanya ujian sebelum melamar kerja? Atau mungkin berasal dari hati mereka untuk memojokkan Simon sebelumnya? Tapi hari ini, Simon mengambil sisi positifnya saja, itu lebih baik daripada berprasangka buruk pada orang lain.

“Tapi bukannya dia pria…”

Sepertinya paman dan bibi Sandra ingin memprotes ibu Sandra, namun wanita yang bernama Nyonya Leslie itu segera mengangkat tangannya. “Aku berhak memutuskan semuanya, Sandra putriku, biarkan dia memilih apa yang diinginkannya, sejak kecil dia sudah diatur ketat dan selalu patuh. Meski dia masih muda, pendapatnya mungkin akan lebih bermakna.” kemudian dia beralih menatap suaminya.

“Honey, Sandra sudah dewasa, dia bisa mengatasi masalahnya sendiri, jadi jangan khawatir.”

Saat itu, Simon memandang Sandra mencari persetujuan. "Simon, aku ingin menantikan kerjasamanya…" Sandra berkata dengan penuh keyakinan sambil mengulurkan tangannya. "Selamat..."

***

Related chapters

  • Pria Paling Beruntung    Kontrak kerjasama di putus...

    Di rumahnya Simon sudah mengenakan piama tidur, matanya belum juga terpejam, matanya menatap ke langit-langit kamar, perasaannya begitu gelisah. Pemuda itu sedang berpikir, esok ia mulai bekerja dan meninggalkan adik dan ibunya sementara waktu...Di hari pertama Simon bekerja, Sandra menjemputnya, melihat Simon keningnya sedikit mengeryit, ia sedang berpikir untuk melakukan sesuatu tentang itu. "Hari kamu menyetir, ayo masuk." Sandra meninggalkan kunci sebelum ia masuk ke mobil. Simon sempat terpaku, namun dirinya mulai bekerja dan tak bisa membantah perintah atasannya. Meski gemetar, ia memantapkan langkahnya menuju mobil, kemudian duduk di bangku setir. Ragu-ragu dia menghidupkan mesin mobil dan perlahan berjalan maju seperti siput. Sandra mulai cemas sampai ia melihat ke bawah sambil mengusap wajahnya beberapa kali. Jika begini saja Simon belum bisa mengatasinya, bagaimana dengan tugas selanjutnya?Di sisi lain Sandra mulai khawatir dengan kinerja Simon, namun belum tiga menit be

    Last Updated : 2024-01-21
  • Pria Paling Beruntung    Apa berakhir disini?

    “Apa hari ini aku sungguh-sungguh berakhir? Hmm… siapa yang tak kenal denganku, aku tentu tidak akan membiarkan hal itu terjadi.” Gerald menyalakan mesin mobilnya dan beranjak pergi dari rumah itu, di jalan ia mencoba menelepon Sandra berulang kali, sayangnya tetap tidak terhubung. “Nomorku masih di blokir!” Ponselnya dilempar begitu saja ke kursi mobil, kemudian mempercepat laju mobilnya menemui Sandra. “ini sudah jam istirahat, pasti dia sedang makan siang sekarang.” Di dalam mobilnya, Gerald tak bisa fokus dengan kendaraannya, perasaannya tak menentu antara emosi dan marah. Sampai setengah jam setelahnya, Gerald tiba di depan kantor Ini bukan pertama kalinya Gerald mengunjungi kantor Sandra, namun karena pacarnya sering berpergian ke luar negeri, belakangan dia jarang datang ke perusahaan itu.Saat memasuki pintu utama, ternyata kini setiap sudut ruangan itu telah banyak berubah, bahkan Gerald baru tahu kalau fasilitasnya telah dilengkapi dengan sistem keamanan kelas atas. Ge

    Last Updated : 2024-02-10
  • Pria Paling Beruntung    Ada apa?

    Di mobilnya tiba-tiba Sandra mendengar ponselnya berbunyi, “Mommy…” Enggan rasanya untuk menjawab, namun ia tetap harus menjawab panggilan itu.“Halo Mom,”“Ya, tapi aku masih di jalan, nanti kita lanjut ya, bye Mommy.” Buru-buru Sandra mengakhiri panggilan itu sambil menarik nafas dalam-dalam.Akan tetapi tiba-tiba Simon mendadak mengerem mobilnya. “Ada apa?”“Sepertinya di depan ada kecelakaan,” ujarnya sambil mengamati situasi jalan yang terhalang oleh beberapa motor yang berhenti di depan mereka.“Tak adakah cara lain untuk menembusnya?” Simon menggeleng, “Kayaknya susah, atau sebaiknya kita tunggu sampai mereka bubar?” ia ragu-ragu bertanya, jika memaksa untuk melewatinya, mungkin hal tak di duga terjadi.“Lakukan sesuatu, Simon. Aku tahu pasti ada cara lain.” Simon melihat ekspresi kesal Sandra. “Akan aku coba,” akhirnya Simon menuruti keinginan Sandra, dia baru sadar bahwa ternyata wanita itu begitu keras kepala. Baru saja ia menghidupkan mesin mobilnya, tiba-tiba seorang ib

    Last Updated : 2024-02-10
  • Pria Paling Beruntung    Luruskan gosip itu

    Pernikahan dadakan dari anak pengusaha terkaya di kota ini sangat menarik perhatian para tamu undangan. Terlebih, identitas mempelai pria masih membuat orang bertanya-tanya.Akan tetapi, rasa penasaran itu seketika berubah menjadi sorotan semua tamu ketika melihat sosok Sandra berjalan dengan mesra bersama Simon.“Siapa pria ini? Bagaimana bisa Sandra memilih menikahi pria sepertinya? Apa dia juga anak konglomerat?” Seseorang yang hadir disana, penasaran dan menyuarakan pikirannya sambil berteriak. "Ck! Mana ada anak konglomerat yang pendidikannya bisa berhenti di tengah jalan? Bahkan dia membiarkan ibu dan adiknya tinggal di gubuk lusuh seperti itu.”“Luar biasa!" Ternyata sepasang suami istri yang hadir di acara pernikahan itu adalah orang tua Gerald yang datang tanpa tahu malu, dia menatap Simon sinis dan berupaya membuatnya terpojok.“Aku tak menduga Putri kebanggaan Nyonya Leslie malah menikah dengan keluarga rendahan. Padahal, Sandra dulu memiliki pacarnya yang sekelas dengan m

    Last Updated : 2024-02-10
  • Pria Paling Beruntung    Baik, aku akan pergi

    "Sekarang Sandra sudah menjadi istri Simon, aku ingin tahu bagaimana pria itu bertindak jika istrinya di p3rkos4 dan memastikan mereka bercerai. Lalu aku akan melihat Simon keluar dari rumah keluarga Sandra tanpa membawa apa pun!” Gerald tersenyum menyeringai "Gerald, apa kamu gila? Jangan buat kekacauan lagi, mereka sudah berjasa pada keluarga kita dan juga memberikan suntikan dana sebesar 100 miliar untuk perusahaan ayah. Ingat, kita masih punya beberapa supermarket yang akan menjadi sumber penghasilan untuk biaya hidup kita selanjutnya, kuharap kamu tak melupakan jasa mereka yang telah memberi bantuan pada kita." "Diam kamu!" Tegas Gerald pada saudara sulungnya, lalu ia kembali berkata, "Semua yang kamu bilang itu benar, mereka memberi kita 100 miliar, tapi bukannya selama itu kita kita yang bekerja hingga bisa menghasilkan 2 triliun lebih dalam beberapa tahun ini, sementara mereka hanya duduk tanpa melakukan apa pun, bisa di bilang kekayaan keluarga Sandra adalah hasil usaha kit

    Last Updated : 2024-02-10
  • Pria Paling Beruntung    Datangnya sang mantan

    “Selamat datang, anggap saja rumah sendiri.” Nyonya Felicia tersenyum ramah saat membuka pintu pada sebuah rumah bercat ungu muda, wanita yang berstatus nenek Sandra itu mengajak Simon dan Sandra masuk melihat-lihat keadaan tempat itu. “Nah, ini adalah hadiah pernikahan kalian.”Pasangan suami istri itu lantas mendongakkan kepalanya dan berdecak kagum melihat rumah besar berlantai tiga dengan halaman luas di hadapannya. “Ini lebih luas daripada villa mewah tadi.” desis Simon.Simon dan Sandra sama-sama mengedar pandangan mereka ke setiap sudut yang mewah dan artistik, kemudian mereka beralih menatap Nyonya Felicia lalu tersenyum. “Terima kasih nenek!” Sandra memeluknya dengan erat. “Pergilah beristirahat, kalian pasti lelah.” Sandra mengangguk patuh, sebelum pergi nyonya Felicia kembali berpesan.“Sandra, kini kamu adalah istri dari Simon, jadilah istri yang baik untuknya.” Kata-kata neneknya membuatnya sadar kalau ia sekarang bukan wanita single lagi, kemudian ia melihat pada Simon

    Last Updated : 2024-02-10
  • Pria Paling Beruntung    Fitnah

    “Hei, apa-apaan kamu ini?” Satpam tetap bertindak atas suruhan Sandra di tengah kasak-kusuk mereka, Shania merasa senang telah berhasil mengalihkan fokus semua orang yang ada di sana seakan bersimpati padanya.“Fitnah! Ini fitnah parah! Kamu jangan memutar balikkan fakta Shania, aku tak pernah menyentuhmu sekalipun!” Shania merespon seolah dirinya dalam keadaan terluka. Dia mencoba berbicara sekali lagi membenarkannya. “Aku hanya ingin jujur dengan apa yang terjadi pada malam itu. Aku hanya berharap kamu berterus terang, dan bertanggung jawab padaku.”“Cukup!” teriak Sandra, ia agak terpancing emosi dengan kata-kata memelas yang dia rasa hanya di buat-buat oleh wanita yang sebelumnya juga merebut pacarnya. Wanita itu tampaknya tak peduli, dia terus membual di depan para penjabat eksekutif itu seolah tanpa dosa. “Hentikan, kamu harus mempertanggungjawabkan ucapanmu barusan!” Simon yang tadinya diam, akhirnya berbicara, membuat semua orang yang menyoroti mereka tadi terdiam. "Simon..

    Last Updated : 2024-02-16
  • Pria Paling Beruntung    Cemburu-ku

    "Alessa..." Sandra memekik kegirangan, ia berdiri dan langsung memeluk sahabatnya saat mereka kuliah. "Apa kabar?" Perlahan keduanya melepas pelukan, dan Alessa melihat pada Simon. "Dia..."Sandra beralih menatap pria yang duduk di bangku sebelahnya, lalu dia tersenyum. "Kenalkan dia suamiku, Simon.""Serius? Kalian kapan nikah? Aku jadi kecewa karena aku nggak dikasih undangannya."Alessa memanyunkan bibirnya dibuat seolah sedang kesal, lalu melihat pada Simon.Pria yang berstatus suami Sandra itu mengangguk dan senyum seadanya tanpa berpikir hal lain, dirinya terlihat sibuk dengan dengan makan untuk istrinya, bukan apa-apa tapi kelihatannya Simon tak ingin istrinya makan sembarangan.Akan tetapi sejak tadi Alessa diam-diam mengamatinya, sorot matanya terlihat penuh arti, namun hal itu sama sekali tak disadari oleh Sandra, lagipula dia juga tak memperhatikannya karena fokus dengan kegembiraan yang dia hadapi saat ini.Di meja lingkaran yang mereka tempati, Sandra melihat satu kursi ko

    Last Updated : 2024-02-17

Latest chapter

  • Pria Paling Beruntung    Ending...

    "Semuanya, Sean, tiba-tiba menghilang!" Saat semua orang masih berada dalam suasana duku, tiba-tiba Alessa muncul di sana dengan membawa kabar buruk. Ini bukan hanya membuat Simon kaget, tapi juga sangat cemas dan panik."Apa? Bagaimana bisa ini terjadi?""Bagaimana kamu menjaganya, Alessa?" "Kita harus segera mencarinya!" seruan mereka yang dilanda panik silih berganti membuatnya kalang kabut.Mereka bergegas keluar ruangan, bergerak cepat mencari keberadaan Sean.Simon di tinggal sendirian dalam keadaan tak berdaya, dirinya bukan hanya kehilangan Sandra, tapi apa ia juga harus menghadapi kehilangan Sean?"Apapun yang terjadi, aku harus menemukan Sean!" ujarnya dengan penuh tekad. Sejujurnya, Simon sangat mencemaskan keselamatan anak itu. Di saat sulit ini, harusnya mereka memperhatikan anak seusia Sean, tapi mereka terlalu lengah dan hampir melupakan anak itu.Di tempat lain, seorang satpam menemukan seorang anak sedang meringkuk sendirian di loteng rumah sakit. Begitu dia mengh

  • Pria Paling Beruntung    Mommy, aku tak ingin kehilanganmu

    Saat itu, pintu ruangan nomor 134 terbuka dengan keras. Seorang perawat masuk dengan wajah penuh kepanikan. "Ada kecelakaan tak terduga di ruang operasi! Nyonya Sandra..." suaranya terputus saat melihat semua orang menatap dan menanti perkataan selanjutnya.Simon, Alessa dan lainnya merasa detak jantungnya berhenti sejenak. "Apa yang terjadi? dia baik-baik saja kan?"Dari wajah perawat itu, terlihat garis-garis kegundahan. "Sekali lagi mohon maaf, tapi darah yang di sumbangkan sebelumnya, belum bisa membuat keadaan nyonya Sandra stabil. Butuh waktu dan perawatan yang lebih intensif untuk memulihkan keadaannya, kami semua sedang berjuang menyelamatkannya."Mendengar itu, Simon merasa dunianya runtuh. Bahkan Sean yang masih berada dalam pelukan Alessa, mengeratkan pegangannya pada wanita itu. "Tante... bagaimana dengan mommy..."Melihat hal ini, Elsa merasa bersalah, terlebih melihat Sean yang seumuran putranya kini terlihat ketakutan. Apa dia memilih keputusan yang salah? Apa mereka aka

  • Pria Paling Beruntung    segera ke rumah sakit

    ( Elsa, segera ke rumah sakit Williecons, aku akan kirimkan alamat lengkapnya) Elsa menerima pesan teks dari nomor tak di kenal. ‘Siapa ini?’ ia berusaha mengingat-ingat pemilik nomor dengan ujung angka 77, “Yah, aku ingat! Ini kakak, aku sudah lama tak tahu kabarnya, tapi darimana dia dapat nomor baruku…?” Dia menggeleng, ‘Ini tak penting sekarang, lebih baik aku segera menghubunginya…’ Saat itu panggilan langsung tersambung.“Halo, apa ini kamu kak Max?”“Elsa! Syukurlah, ternyata orang itu tak berbohong, akhirnya kita bisa mengobrol juga hari ini.” "Oh ya kak, kamu dimana? Tadi kamu bilang rumah sakit, memangnya siapa yang sakit?" Elsa mengigit bibirnya bawahnya cemas, ‘Semoga saja bukan ibu.’ “Sandra sedang dalam keadaan kritis, pagi ini ada dapat kabar Simon juga masuk rumah sakit karena kecelakaan…”“Ke-kecelakaan?” Sungguh, Elsa kaget saat menerima kabar itu. Untungnya saat itu dia anak kembarnya sudah di antar Antonio pergi ke sekolah, jadi mau teriak sekeras apapun, pali

  • Pria Paling Beruntung    Kritis...

    Tiba-tiba, semua lampu jalan padam, bahkan seluruh bangunan terlihat gelap. Hampir semua detak jantung mereka terdengar berpacu dengan kencang. Simon meraba-raba mencari ponselnya untuk penerangan.Saat ini, ada suara langkah kaki mendekat, membuat ketegangan, sebelum langkah itu sempat mendekat, sebuah cahaya muncul menyilaukan mata. “Sandra … segera kita bawa dia kerumah sakit.” Untungnya Alessa segera menghidupkan senter Flashlight dari ponselnya.Sementara Sean terlihat histeris melihat sang mommy yang berada dalam keadaan kritis. “Mommy… ayah, siapa yang berbuat jahat pada mommy, kenapa kamu hanya diam ketika orang melukainya.” Bocah itu menangis tersedu-sedu.Simon menelan salivanya, dia mencoba menenangkan Sean dengan sabar. Namun, anak seperti putranya ini cukup bermulut pedas, jadi semua perkataan orang dewasa dia lontarkan, tanpa peduli bahwa itu akan menyinggung orang lain, termasuk dirinya sendiri sebagai ayah.“Sean, kita tak tahu siapa orang yang melakukan itu pada mommy-

  • Pria Paling Beruntung    Siapa yang melakukan ini?

    “Alessa…” Sandra dan Simon buru-buru keluar dari mobil, mereka melihat kerumunan orang di sekitar rumahnya, bahkan ada banyak petugas keamanan dan wartawan yang berkumpul di sekitar area.“Sebenarnya apa yang sedang terjadi?” Di antara kerumunan itu, mereka melihat seorang pria terlihat berjalan menunduk diiringi oleh beberapa petugas keamanan. Wartawan mengambil foto, lalu melakukan wawancara.Simon mengernyitkan dahinya. “Gerald?” Sandra ikut terkejut.“Dia muncul lagi?” Keduanya bergegas mendekati kerumunan karena ingin memastikan keadaan putranya.“Sean…” Sandra berlari menghampiri seorang guru les privat anaknya. Sayangnya, sosok yang di panggil namanya tidak ada di sana. “Dimana Sean? Dia baik-baik saja kan?” Suaranya bergetar.“Nyonya tenang saja, Sean sedang tidur di dalam, tampaknya dia kelelahan. Yang jadi masalah sekarang adalah Ibu Alessa…”Simon menimpali. "Kamu sudah beritahu ini pada polisi?”Belum sempat menjawab, fiba-tiba seorang petugas keamanan mendatangi mereka, "K

  • Pria Paling Beruntung    Sangat Ranting..

    "Aku akan berikan salah satu toko butik milik perusahaan Elegant Endless Group' pada Alessa, semoga itu akan cukup." Entah darimana kepercayaan diri ini munculnya, Sandra mengerahkan semua isi hatinya pada Simon yang masih membeku di tempatnya. Meski hatinya penuh keraguan, namun Simon mencoba mencerna semua ucapan istrinya. "Kamu yakin?" ujarnya memastikan. Sandra mengangguk, "Aku percaya, Alessa orang yang jujur, makanya aku memilihnya, kamu jangan cemas dan takut dia akan menipu, yang penting kamu setuju saja itu sudah cukup." Sorot mata Sandra jelas tampak ketulusan, jadi Simon mengikuti saja. "Jika benar begitu, itu tergantung padamu. Aku tidak bisa memaksa ataupun melarang.""Deal!" Elsa mengambil satu keputusan. "Terima kasih dukunganmu, sayang..." Satu kecupan mendarat di pipi Simon, memancing gair4hnya, hingga sebuah adegan Simon mengendong istrinya ke tempat tidur dan menjeratnya dengan gila, menatapnya dengan penuh hasr4t."Aku suka cium4nmu, Simon." Sandra berkata denga

  • Pria Paling Beruntung    Rawan

    "Kamu tak apa kan?" Alessa senang karena di perhatikan oleh atasan, sekaligus atasannya. "Jangan memaksakan diri, jaga kondisi tubuhmu dengan baik oke?" Obrolan mereka selesai setelah Sandra menyudahi panggilannya.Malamnya, Alessa pulang ke rumah dengan langkah ringan. Rasanya lelah seharian bekerja, tetapi dia tahu bahwa dia harus tetap kuat menjalaninya.Namun, ketika di depan pintu dia terkejut melihat pria yang tidak dikenal berdiri di tengah dengan sebo dan jas hitam. Dia tampak sangat misterius membuat Alessa agak takut."Siapa kamu? Kenapa mengikutiku kemari?" Suara Alessa terdengar bergetar saat ketakutan. Namun, pria itu hanya tersenyum dan mengangkat tangannya, menunjukkan sebuah pistol."Maaf, Alessa. Saya disini hanya di suruh mengambil sesuatu." ucap pria itu dengan tenang. Alessa tak peduli lagi dengan hal itu, ia kebingungan harus meminta bantuan siapa, sedangkan ponselnya kini masti total.'Jika aku berteriak sekarang, Sean pasti akan ketakutan.' Gumamnya pelan. De

  • Pria Paling Beruntung    Adik kembar

    Aku terkejut dengan pertanyaan Hani tadi, "Kenapa kamu menanyakan itu?" jawabku sambil balik bertanya. Hani melebarkan bibirnya dengan sedikit senyuman, "Ah, tidak. Aku hanya bertanya saja. Ku kira selama ini kamu masih sering menghubunginya." Benar, aku masih belum sempat menghubungi Juan. Kemarin ponselku tertinggal saat aku sedang pergi bersama Pak Jonas. Ya ampun, kenapa aku begitu bodoh? Aku menepuk kepalaku sendiri.Bisa-bisanya aku melupakan itu... kulihat jam di tanganku. Ini sudah hampir terlambat, aku bahkan belum sarapan sama sekali. Oh, tidak...!Hani geleng-geleng kepala melihat raut wajahku yang seketika berubah muram. Aku bingung, mana yang akan kulakukan lebih dulu. "Aku pergi sekarang, Hani." Aku langsung pergi begitu saja tanpa mendengar jawaban Hani. Kedengarannya, dia tengah memberikan sebuah nasehat untukku, namun kubiarkan saja dia berbicara sendiri di depan pintu."Pak, stop!!" Aku menyetop sebuah taksi yang kebetulan tengah melintas di jalan yang kulewati. Aku m

  • Pria Paling Beruntung    Terserah kamu saja

    "Akhirnya sampai juga." Alessa melihat bocah cilik itu tampak tertidur, setelah turun dari mobil, dia melepas sepatu Sean, berencana segera menidurkannya di kamar.Namun, Sean terbangun karena merasa ada tangan yang lembut menyentuhnya. Bocah itu mengusap matanya berulang, sebelum berbicara. "Tante Alessa, apakah kita sudah di rumah?" tanyanya dengan nada polos, Alessa menggangguk, "Benar sayang kita baru sampai..."Sean membuka lebar matanya, lalu berdiri bersiap keluar mobil. " Tante, sejak tadi kamu sudah bekerja keras, apa Moms akan senang dengan hasil kerjamu tadi?"Mendengar suara imut anak itu, Alessa tersenyum, "Aku berharap begitu, Sean. Yang penting aku telah berusaha mengelolanya sesuai dengan selera mommy-mu.""Aku yakin mommy pasti senang, kulihat Tante bahkan juga ulet bekerja, kuharap Tante juga bisa menjadi seperti Mommy, bahkan lebih baik daripadanya."Alessa tersenyum bangga mendengar pujian dari anak itu. "Oh ya Tante, kamu sudah punya pacar?" Saat mereka berdua b

DMCA.com Protection Status