Home / CEO / Jerat Cinta Tuan CEO / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Jerat Cinta Tuan CEO: Chapter 41 - Chapter 50

83 Chapters

CHAPTER 41 – Mengurus Pasien

Khandra terbangun dari tidurnya. Pagi ini tubuhnya sudah terasa lebih baik. Semalam ia juga bisa tidur nyenyak. Khandra merasa suhu tubuhnya sudah mulai normal kembali.Khandra menguap lebar-lebar. Ia meregangkan tangan dan kakinya. Namun, ia terkesiap saat tangannya menyentuh sesuatu.Diliriknya tepi ranjangnya. Dilihatnya Evanna tertelungkup di tepi ranjang. Ia duduk di atas karpet tebal, namun sebagian tubuhnya menelungkup di atas ranjang.Khandra memperhatikan wajah tirus yang terlihat tengah pulas itu. Ada raut lelah menghiasi wajahnya.Khandra menyentuh puncak kepala Evanna membuat istrinya itu tergeragap karena kaget.”Oh, kau sudah bangun? Bagaimana sudah merasa enakan?” tanya Evanna.Ia merapikan rambutnya yang berantakan dan beringsut mendekati Khandra. Diletakkannya telapak tangannya untuk mengecek suhu Khandra.”Syukurlah, demamnya mulai turun. Obat Dokter Martin manjur juga ternyata,” ujar Evanna merasa lega.”Jangan panggil dia lagi. Dia dokter yang menyebalkan,” gerutu
Read more

CHAPTER 42 – Kekuasaan yang Diperebutkan

Rakha duduk di atas kursi tinggi pagi itu dan tersenyum senang. Pandangannya menatap puncak pencakar langit di kejauhan.Akhirnya putra mahkota tumbang juga. Sudah beberapa hari ia absen ke kantor. Dan Rakha sangat menikmati kebebasannya. Tak ada lagi tatapan mata tajam dan nada mencemooh yang harus didengarnya tiap hari.”Moga saja sakitnya parah. Makin lama ia sakit, makin baik. Mati juga tak masalah,” batin Rakha sambil tersenyum senang.Diperhatikannya ruangan Khandra yang luas itu. Kursi kebesarannya yang sekarang diduduki Rakha membuatnya tampak berkuasa.Rakha benci dengan semua keistimewaan yang didapat Khandra. Ia juga anak ayahnya. Seharusnya ia mendapatkan hak yang sama dengan Khandra. Nyatanya selama ini Rakha hanya menjadi bayang-bayang di belakang Khandra.Rakha menikmati setiap detik kebebasan yang dirasakannya saat ini. Ia tidak perlu lagi mendengarkan nada arogan dan tatapan merendahkan dari Khandra, putra mahkota perusahaan yang selalu memandang rendah dirinya. Selam
Read more

CHAPTER 43 – Kedatangan Tuan Besar

”Oh, shit, kenapa juga ia meneleponku sekarang.”Khandra mengeluh keras-keras. Raut wajahnya yang semula penuh semangat langsung berubah seketika.Dengan malas ia menggeser layar ponselnya untuk menerima panggilan itu.”Besok siang papamu akan terbang kembali ke Indonesia. Persiapkan semuanya. Ia masih harus banyak istirahat dan tidak boleh terlalu banyak pikiran,” ujar seorang perempuan dengan suara mendayu yang sangat Khandra benci.Khandra melemparkan pandangan jengkel pada layar ponselnya. Ia sama sekali tidak berminat untuk berbicara dengan perempuan itu. Namun, ia tahu bahwa menolak hanya akan membuat situasi semakin rumit.”Aku mengerti. Aku akan urus semuanya,” sahut Khandra dengan nada ketus sembari menghela napas panjang. Sesungguhnya, Khandra ingin sekali membantah dan mengatakan bahwa mengurus ayahnya memang tanggung jawabnya tanpa disuruh perempuan itu. Tapi, Khandra tidak mau mengambil risiko mengundang amarah perempuan itu. Ia tahu kelicikan mulut perempuan yang menja
Read more

CHAPTER 44 – Pulang ke Rumah

Khandra sendiri yang menjemput ayahnya siang itu di bandara. Setelah menunggu hampir satu jam pesawat yang membawa ayahnya tiba di tanah air. Hati Khandra mencelos saat melihat tubuh ringkih ayahnya yang keluar pintu kedatangan dengan menggunakan kursi roda. Benny Alcantara tersenyum senang melihat putra sulungnya menjemputnya langsung di bandara. Ia memeluk anak sulungnya itu seperti lama tak bertemu. Suasana di bandara itu terasa canggung bagi Khandra. Ayahnya memeluknya erat, seolah sudah bertahun-tahun mereka tidak bertemu. Padahal, baru dua minggu lalu Khandra mengunjungi ayahnya di Singapura. ”Papa sudah baikan?” tanya Khandra sambil berusaha melepaskan pelukan erat ayahnya. Sejak kejadian beberapa bulan lalu, Khandra merasa sedikit canggung berada dekat ayahnya. Rasa bersalah yang mengegrogoti batin Khandra membuatnya merasa memiliki jarak dengan ayahnya sendiri. Khandra melirik ke samping kiri ayahnya. Seorang perempuan paruh baya dengan dandanan lengkap berdiri tanpa seny
Read more

CHAPTER 45 – Undangan Makan Malam

”Oh, ya, Khandra, besok kita akan mengadakan makan malam keluarga. Ajak istrimu juga. Kami juga harus berkenalan dengannya,” tukas Nisya tiba-tiba yang membuat Khandra memutar tumitnya cepat.”Untuk apa?” tanya Khandra.”Kok, untuk apa. Ya, untuk berkenalan dengan kami, dong. Masak kami tidak kenal dengan menantu kami sendiri. Bukan begitu, Pi?” jawab Nisya sambil tersenyum dan membelai lengan suaminya meminta dukungan.Khandra mendengus kasar begitu mendengar kata-kata Nisya. Ia menatap ibu tirinya itu dengan pandangan tak percaya.”Kenapa tiba-tiba membahas soal itu?” tanya Khandra dengan nada curiga.Nisya tersenyum manis. Namun, Khandra tahu ada maksud tersembunyi di balik senyuman itu.”Memangnya kenapa? Bukankah sudah sewajarnya kami berkenalan dengan istrimu?”Benny mengangguk membenarkan ucapan Nisya. Kali ini ia merasa setuju dengan pendapat istrinya itu.”Benar kata Nisya, Khandra. Ajak saja istrimu ke sini besok malam. Kami ingin berkenalan dengannya.”Khandra mengerutkan k
Read more

CHAPTER 46 – Saat Makan Malam

”Lebih baik kau jaga jarak dengannya,” bisik Khandra yang membuat Evanna tak enak dengan ibu mertuanya. Bisa saja ia mendengar ucapan Khandra itu.Namun, Nisya tampaknya tak menghiraukan apa yang Khandra katakan. Ia tetap berjalan mendekati Evanna dan memeluknya.”Kau cantik dan anggun. Sangat sesuai untuk menjadi menantu keluarga Alcantara,” ujar Nisya sambil tertawa riang.Evanna tersenyum senang saat menerima sambutan hangat dari ibu mertuanya itu. Wanita itu baik dan ramah, tapi entah mengapa Khandra menatap Nisya dengan pandangan tak suka.”Senang bertemu dengan Anda,” balas Evanna dengan sopan.”Jangan terlalu formal begitu. Karena kau menantuku kau boleh memanggilku dengan mama atau mami. Ah, mami tampaknya lebih familiar. Rakha memanggilku dengan sebutan itu. Jadi, kau juga boleh memanggilku mami,” ujar Nisya.”Ah, iya, terima kasih… Mami,” jawab Evanna kagok.Ia melirik suaminya dan dilihatnya rahang Khandra mengeras seperti menahan emosinya.”Di mana papa?” tanya Khandra pad
Read more

CHAPTER 47 – Permintaan Sang Ayah

”Khandra, aku kira sudah saatnya kau harus kembali ke rumah ini,” ujar Benny pada Khandra yang membuat laki-laki itu tercekat.”Kenapa?” tanya Khandra pendek.”Kita harus membenahi keluarga ini. Dan menurutku tak akan bisa kalau kau selalu menghindar. Setelah papa menikah dengan Nisya, kau memilih tinggal dengan Angela. Setelah lulus SMA, kau ke Amerika untuk melanjutkan studimu. Setelah pulang dari Amerika pun kau memilih tinggal di apartemen. Kau selalu menghindar untuk tinggal satu atap dengan keluargamu sendiri,” tukas Benny.”Aku lebih suka tinggal di apartemen. Evanna juga suka di sana,” sahut Khandra.Evanna memperhatikan perdebatan antara suaminya dan ayahnya yang tampaknya saling memiliki idealisme masing-masing. Meskipun Khandra mencoba untuk menjaga sikapnya, tapi ia jelas akan teguh pada pendiriannya.”Kalau kita tinggal terpisah, Papa tak bisa dekat denganmu. Bertahun-tahun kau mencoba memisahkan diri dari kami dan Papa rasa sudah saatnya kau terlibat dan dekat dengan ke
Read more

CHAPTER 48 – Luka yang Menyakitkan

Seusai makan malam, Khandra mengajak Evanna untuk pulang. Meskipun ayahnya menginginkannya menginap, tapi Khandra menolaknya. Sepanjang perjalanan menuju apartemen hanya keheningan yang melingkupi mereka berdua. Evanna segan memulai pembicaraan kalau itu hanya akan menambah kekesalah suaminya. Begitu pun dengan Khandra yang fokus dengan kemudinya meski pikirannya berkelana entah ke mana. Setibanya di apartemen, Khandra langsung menuju mini bar dan mengambil sebotol minuman favoritnya. Ia duduk di ruang santai dan menyandarkan kepalanya di sandaran sofa. Pikirannya lelah, begitu juga dengan batinnya. Evanna menghela napas panjang. Ia tahu Khandra membutuhkan waktu untuk menenangkan diri. ”Kenapa kalian bertengkar seperti itu?” tanya Evanna yang duduk di samping Khandra. Evanna mendengar perdebatan antara suaminya dengan ibu mertuanya. Dari kalimat-kalimat mereka Evanna akhirnya tahu hubungan antara Khandra, Rakha, dan juga Nisya. ”Karena itulah aku tidak mau tinggal di rumah. Per
Read more

CHAPTER 49 – Permohonan yang Sulit

Evanna duduk dengan resah di ruang tunggu. Beberapa saat yang lalu ia menerima telepon mengejutkan dari seseorang yang memintanya datang untuk menemuinya.Evanna baru pertama kali menginjakkan kaki di Imperium Holding Company. Ia menatap penuh kagum interior yang didominasi warna krem dan gold itu.”Nyonya Evanna Laura, silakan masuk! Tuan Alcantara sudah siap untuk menemui Anda,” ujar perempuan berparas cantik yang merupakan sekretaris Benny Alcantara.Sekretaris itu mengantarkan langkah Evanna memasuki ruang kantor ayah mertua Evanna. Benny Alcantara yang duduk di singgasananya langsung berdiri dan menyambut Evanna dengan senyum lebarnya.”Duduklah, Nak. Selamat datang di kantorku,” sambutnya, lalu memeluk Evanna dengan hangat.Evanna merasa rikuh menerima sambutan yang ramah itu. Selama hidup belum pernah ia mendapatkan perlakuan yang luar biasa hangat seperti itu.Evanna duduk dengan canggung di hadapan Benny Alcantara. Pria paruh baya itu menatapnya dengan sorot mata teduh, seola
Read more

CHAPTER 50 – Apa yang Kaulakukan di Sini

Evanna menutup pintu ruangan Benny Alcantara dengan gamang. Ia tak tahu apa yang harus ia lakukan setelah ini. Baru semalam Khandra bilang kalau ia akan bertahan di apartemen dan tidak mau kembali ke rumah orang tuanya. Kini, Evanna sudah bersedia membantu Benny untuk membujuk Khandra.Evanna mengeluh pelan. Meskipun ia tidak bisa menjanjikan, tapi melihat sorot mata ayah ertuanya yang penuh harap membuat Evanna takut mengecewakan laki-laki itu.Sekarang yang menjadi pikiran Evanna adalah bagaimana ia akan membujuk Khandra. Kalau ia keliru bicara, bukan tidak mungkin Khandra akan emuntahkan perbendaharaan kata-kata mutiaranya pada Evanna.Evanna masih berkutat dengan pikirannya saat pintu lift terbuka untuknya. Namun, belum juga kakinya melangkah, gerungan khas Tuan Muda Anantara langsung memenuhi gendang telinganya.”Ngapain kamu ke sini?” serunya yang membuat Evanna terlonjak kaget.Belum juga Evanna menjawab pertanyaannya, lengannya ditarik secara paksa masuk ke dalam lift. Khandra
Read more
PREV
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status