Semua Bab Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit: Bab 151 - Bab 160

2090 Bab

Bab 151

Semua orang terkejut.Maxime belum pernah pergi di tengah-tengah rapat seperti ini.Di bawah tatapan memohon semua orang, Ekki pun nekat mengikutinya keluar."Bos."Maxime menyuruhnya diam, lalu mengambil ponselnya dan bersiap menelepon Reina.Namun, tepat saat Maxime akan menekan tombol panggil, sebuah keraguan menyergap hatinya.Kalau dia menelepon sekarang, Reina pasti merasa dia tidak memercayainya.Sudahlah.Maxime pun tidak jadi menelepon.Sepanjang hari, Maxime selalu gelisah.Malamnya, Maxime tidak makan malam dan meminta sopir untuk langsung mengantarnya pulang.Waktu Maxime membuka pintu vila, ruang tamu terasa sangat sunyi dan kegelapan langsung menyerbunya.Maxime tidak menyalakan lampu dan hanya berbaring di sofa dengan perasaan kesal.Dia terus menghidupkan ponselnya, entah apa yang ditunggu.Waktu terus berlalu dan Maxime hanya duduk di ruang tamu. Setelah beberapa saat, ponselnya menyala.Maxime langsung melihat layar ponselnya dan mendapati ada pesan masuk dari pengawa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-12
Baca selengkapnya

Bab 152

Setengah jam kemudian.Reina dan Revin akhirnya sampai di vila Alana.Sebelum Reina sempat membuka pintu, dia sudah lebih dulu mendengar suara dari dalam."Pelan-pelan, nanti kita kasih mama kamu kejutan. Sini taruh kuenya di sini, di sini loh ...."Reina tersenyum bahagia. Kedua orang ini bahkan berbohong padanya dengan mengatakan bahwa mereka terlalu mengantuk dan tidak ingin menemaninya pergi ke bandara.Ternyata karena mereka berdua diam-diam berencana merayakan ulang tahunnya."Sepertinya mereka akan kecewa," kata Revin yang berada di samping Reina."Kita tunggu dulu bentar ya," sahut Reina sambil menatap Revin.Ditatap oleh mata jernih Reina, Revin pun tercekat. "Oke."Mereka berdua pun berdiri di luar sambil menikmati semilir angin malam."Bagaimana kabar Bu Lyann akhir-akhir ini?""Dia sehat, dia minta aku bisa cepat membawamu pulang."Reina menjawab dengan sedikit khawatir, "Aku juga mau cepat pulang, tapi aku harus menyembuhkan Riki dulu.""Kita ngerti kok." Revin menatapnya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-12
Baca selengkapnya

Bab 153

"Kuberi waktu satu menit. Sini keluar," kata Maxime dengan nada memerintah di ujung telepon.Keluar?Reina meremas ponselnya dan melihat ke luar jendela, "Kamu di sini?""Menurutmu?"Maxime langsung menutup telepon.Reina menatap telepon yang ditutup, lalu menatap Revin dengan tidak enak hati, "Revin, maaf ya aku harus pulang dulu."Revin ingin bertanya ada apa, tapi melihat ekspresi gugup dan cemas Reina, dia pun tidak bertanya dan mengangguk, "Oke, hati-hati ya."Reina meraih tasnya dan buru-buru pergi.Revin pun berdiri dari sofa dan pergi ke balkon. Dia menatap punggung Reina yang menghilang dari pandangannya, berbagai perasaan berkecamuk dalam hatinya.Di luar vila, terparkir sebuah mobil Cadillac berwarna hitam pekat. Awalnya mobil itu tidak terlihat karena menyatu dengan kegelapan malam, tapi lama kelamaan mulai terlihat.Reina berjalan menghampiri dengan ragu.Jendela mobil diturunkan dan memperlihatkan sosok Maxime yang duduk di kursi sopir dengan wajah tegas. Aura dingin yang
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-12
Baca selengkapnya

Bab 154

Reina tahu tidak ada gunanya meronta, jadi dia hanya bisa menahan dalam diam.Maxime membungkuk dan membisikkan peringatan di telinga Reina, "Sudah kubilang, kalau kalian berani bertemu lagi, aku akan mempersulit kalian semua!"Tiba-tiba Maxime menghentikan aksinya karena tangannya terasa basah. Maxime pun melihat noda merah di ujung jarinya.Maxime membalikkan wajah Reina dan mendapati darah sudah menyebar dari belakang telinga Reina ke sisi wajahnya.Maxime buru-buru melepas alat bantu dengar Reina."Kenapa telingamu berdarah lagi?"Reina sama sekali tidak bisa mendengar apa yang Maxime katakan.Di mata Reina Maxime hanya akan mengatakan kata-kata yang menyakitkan, jadi ada baiknya dia tidak bisa mendengarnya.Maxime bertanya lagi, "Kamu bawa obat?"Maxime dijawab oleh keheningan.Maxime pun sadar Reina tidak bisa mendengarnya, jadi Maxime memutuskan untuk langsung pergi ke rumah sakit.Di rumah sakit.Meski dokter sudah merawat Reina, dia masih tidak bisa mendengar.Setelah dokter p
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-12
Baca selengkapnya

Bab 155

Di bawah sinar bulan.Reina menatap wajah pria yang dia kagumi selama separuh hidupnya dan mulai tercekat, tetapi dia tetap berujar, "Pak Maxime, bukannya kita sudah janji?"Tangan Maxime yang sedang menangkup wajah Reina pun terasa kaku, dia menatap mata jernih Reina yang mulai terlihat kabur.Seolah detik berikutnya Reina akan menangis.Maxime juga tidak mengerti apa yang terjadi padanya, hanya saja hatinya terasa sangat sesak. Dia menyingkirkan tangannya dari wajah Reina, menyibak selimut, berdiri dan pergi dari kamar rawat Reina.Meski sudah di luar, Maxime tetap tidak bisa melupakan tatapan Reina padanya, seolah menatap seseorang yang begitu asing.Pak Maxime?Maxime duduk di dalam mobil, merokok dan menelepon Ekki, "Ada apa di hari ini?"Saat ini jam dua pagi, Ekki yang terbangun tiba-tiba oleh telepon Maxime pun masih linglung.Ekki berpikir sejenak, tetapi tidak menemukan petunjuk apa pun. Akhirnya Ekki terpaksa bangun untuk memeriksa agenda.Hari ini tidak ada janji tanda tang
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-12
Baca selengkapnya

Bab 156

Bibi pengasuhnya bertanya dengan keheranan, "Serius?"Riki mengangguk dalam-dalam."Kalau nggak, kenapa sampai sekarang Om nggak punya istri dan nggak punya anak?"Maxime hampir berusia tiga puluh tahun. Sangat jarang pria berusia tiga puluhan tidak punya istri dan anak, apalagi Maxime tergolong pria kaya.Bibi pengasuhnya menganggap alasan Riki cukup masuk akal."Riki kecil-kecil tahu banyak juga ya." Bibi pengasuh pun spontan memujinya.Keduanya sangat akrab dan saling bercanda dengan senang tanpa menyadari bahwa Reina dan Maxime telah tiba di Vila Mata Air.Reina dengan saksama menghafal jalan menuju tempat ini.Maxime memperhatikan tindakan Reina, tapi tidak berkata apa-apa.Meski Reina tahu tempat ini, Maxime yakin Reina dia tidak bisa membawa anak itu kabur.Setelah turun dari mobil.Reina buru-buru berjalan menuju vila.Bibi pengasuh sudah dapat kabar kalau Maxime datang bersama seorang wanita cantik.Dia segera memberi tahu Riki berita itu.Waktu Riki mendengar ayahnya datang d
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-12
Baca selengkapnya

Bab 157

Riki menyadari sikap canggung Reina dan langsung mengubah topik untuk mencairkan suasana."Mama lupa sesuatu nggak sih?"Reina tersadar dari lamunan dan bertanya, "Apa?""Cium." Riki menunjuk ke wajahnya.Reina langsung mencium pipinya."Sudah?""Oke."Reina merasa lebih hangat saat dia bersama Riki.Semua keluh kesah dalam hatinya hari ini sirna sudah.Waktu terasa begitu cepat saat mereka lalui bersama. Sore hari pun tiba dan sebelum pergi Reina memberi banyak nasihat.Tidak seperti sebelumnya saat berada di luar negeri, hari ini Riki begitu pengertian dan tidak merajuk saat Reina mau pergi.Padahal dulu waktu Reina harus pergi ke Kota Simaliki, Riki menangis dan menolak melepaskan Reina. Dia merajuk lama sekali sebelum akhirnya memberi izin Reina untuk pergi.Di mata Reina, kedua putranya sama seperti anak kecil pada umumnya. Hanya saja, Riko memang lebih cerdas dari anak-anak sepantaran.Begitu masuk ke dalam mobil.Reina terlihat jelas sangat kecewa. Dia terus melihat ke kaca spio
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-12
Baca selengkapnya

Bab 158

Maxime bicara dengan santai.Mata Reina menegang.Reina tahu posisi Revin di luar negeri bukan hanya pebisnis biasa, tapi dia tidak tahu detail apa yang dilakukan Revin.Dia hanya sering mendapati Revin terluka parah."Bukannya memang cara mainmu seperti itu? Kamu 'kan memang suka merugikan orang lain padahal kamu sendiri nggak dapat untung?" sahut Reina yang berpura-pura tenang.Sosok tinggi Maxime berdiri di depan Reina."Sepertinya kamu sangat mengenalku? Kenapa kamu bilang aku nggak dapat untung?" tanya Maxime.Reina membalas tatapannya dan menjawab, "Kamu menghamburkan uang dan melakukan bisnis yang ujung-ujungnya rugi. Apa namanya kalau nggak untung?"Maxime mencibir."Kamu salah. Kalau sudah tahu akan rugi, aku nggak akan melakukan bisnis itu.""Dengan posisiku sekarang, aku tahu ada beberapa bisnis yang bukan hanya soal uang."Selama bertahun-tahun, Maxime berulang kali menekan dan mempersulit perusahaan Revin yang ada di Kota Simaliki, memangnya demi apa?Jelas karena Maxime i
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-12
Baca selengkapnya

Bab 159

Reina tidak menyangka cintanya yang begitu tulus selama ini dianggap murahan oleh Maxime.Reina merasa sangat tidak berharga."Ya, sekarang aku sendiri merasa nggak pantas."Maxime mengernyit serius, matanya memerah dan dia membenamkan kuat-kuat kepala Reina ke arah jantungnya.Reina merasa seperti akan tercekik.Napasnya terasa berat.Maxime menolak melepaskannya, dia ingin mendengar Reina minta maaf.Tapi Reina sangat keras kepala dan menolak meminta maaf.Situasi mereka saat ini seperti saat seseorang sudah cinta mati dengan seseorang dan pendiriannya tidak tergoyahkan kalau tidak kena batunya.Saat ini Reina juga sudah bertekad dan tidak akan dengan mudah minta maaf.Reina yang pada dasarnya fisiknya memang lemah menjadi makin tidak berdaya saat diperlakukan seperti ini oleh Maxime. Napasnya perlahan menjadi lemah.Maxime menyadari hal ini, dia pun melepaskan Reina tapi langsung menciumnya bahkan sebelum Reina sempat mengambil napas.Tatapan Reina jadi sedikit nanar dan pikirannya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-12
Baca selengkapnya

Bab 160

Revin juga melirik sekilas Reina yang ada di belakang Maxime dan memberinya tatapan meyakinkan. Setelah itu dia menatap Maxime dan mengulurkan tangannya."Pak Maxime, senang bertemu denganmu."Suasananya tidak setegang yang dibayangkan dan kedua pria itu saling bersikap sopan.Maxime menyambut jabatan tangan Revin.Lalu, Maxime menatap Reina sambil memperkenalkannya, "Ini istriku, Reina."Saat memperkenalkannya, Maxime melingkarkan lengannya di pinggang Reina. Seperti ingin menunjukkan bahwa Reina adalah miliknyaReina ingin melepaskan tangan Maxime dari pinggangnya.Tapi pelukan Maxime makin erat, dia menolak untuk melepaskan meski Reina sudah mencubit kuat-kuat punggung tangan Maxime.Wajahnya Maxime tetap terlihat tenang.Revin menyaksikan semua ini dalam diam dan tidak memberi respons apa pun, dia hanya menjawab, "Nggak perlu dikenalkan. Nana itu pacarku dulu, aku mengenalnya lebih baik darimu, Pak Maxime."Nana ....Panggilan yang mesra sekali.Mengenalnya lebih baik darinya?Maxi
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-12
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1415161718
...
209
DMCA.com Protection Status