Di bawah sinar bulan.Reina menatap wajah pria yang dia kagumi selama separuh hidupnya dan mulai tercekat, tetapi dia tetap berujar, "Pak Maxime, bukannya kita sudah janji?"Tangan Maxime yang sedang menangkup wajah Reina pun terasa kaku, dia menatap mata jernih Reina yang mulai terlihat kabur.Seolah detik berikutnya Reina akan menangis.Maxime juga tidak mengerti apa yang terjadi padanya, hanya saja hatinya terasa sangat sesak. Dia menyingkirkan tangannya dari wajah Reina, menyibak selimut, berdiri dan pergi dari kamar rawat Reina.Meski sudah di luar, Maxime tetap tidak bisa melupakan tatapan Reina padanya, seolah menatap seseorang yang begitu asing.Pak Maxime?Maxime duduk di dalam mobil, merokok dan menelepon Ekki, "Ada apa di hari ini?"Saat ini jam dua pagi, Ekki yang terbangun tiba-tiba oleh telepon Maxime pun masih linglung.Ekki berpikir sejenak, tetapi tidak menemukan petunjuk apa pun. Akhirnya Ekki terpaksa bangun untuk memeriksa agenda.Hari ini tidak ada janji tanda tang
Bibi pengasuhnya bertanya dengan keheranan, "Serius?"Riki mengangguk dalam-dalam."Kalau nggak, kenapa sampai sekarang Om nggak punya istri dan nggak punya anak?"Maxime hampir berusia tiga puluh tahun. Sangat jarang pria berusia tiga puluhan tidak punya istri dan anak, apalagi Maxime tergolong pria kaya.Bibi pengasuhnya menganggap alasan Riki cukup masuk akal."Riki kecil-kecil tahu banyak juga ya." Bibi pengasuh pun spontan memujinya.Keduanya sangat akrab dan saling bercanda dengan senang tanpa menyadari bahwa Reina dan Maxime telah tiba di Vila Mata Air.Reina dengan saksama menghafal jalan menuju tempat ini.Maxime memperhatikan tindakan Reina, tapi tidak berkata apa-apa.Meski Reina tahu tempat ini, Maxime yakin Reina dia tidak bisa membawa anak itu kabur.Setelah turun dari mobil.Reina buru-buru berjalan menuju vila.Bibi pengasuh sudah dapat kabar kalau Maxime datang bersama seorang wanita cantik.Dia segera memberi tahu Riki berita itu.Waktu Riki mendengar ayahnya datang d
Riki menyadari sikap canggung Reina dan langsung mengubah topik untuk mencairkan suasana."Mama lupa sesuatu nggak sih?"Reina tersadar dari lamunan dan bertanya, "Apa?""Cium." Riki menunjuk ke wajahnya.Reina langsung mencium pipinya."Sudah?""Oke."Reina merasa lebih hangat saat dia bersama Riki.Semua keluh kesah dalam hatinya hari ini sirna sudah.Waktu terasa begitu cepat saat mereka lalui bersama. Sore hari pun tiba dan sebelum pergi Reina memberi banyak nasihat.Tidak seperti sebelumnya saat berada di luar negeri, hari ini Riki begitu pengertian dan tidak merajuk saat Reina mau pergi.Padahal dulu waktu Reina harus pergi ke Kota Simaliki, Riki menangis dan menolak melepaskan Reina. Dia merajuk lama sekali sebelum akhirnya memberi izin Reina untuk pergi.Di mata Reina, kedua putranya sama seperti anak kecil pada umumnya. Hanya saja, Riko memang lebih cerdas dari anak-anak sepantaran.Begitu masuk ke dalam mobil.Reina terlihat jelas sangat kecewa. Dia terus melihat ke kaca spio
Maxime bicara dengan santai.Mata Reina menegang.Reina tahu posisi Revin di luar negeri bukan hanya pebisnis biasa, tapi dia tidak tahu detail apa yang dilakukan Revin.Dia hanya sering mendapati Revin terluka parah."Bukannya memang cara mainmu seperti itu? Kamu 'kan memang suka merugikan orang lain padahal kamu sendiri nggak dapat untung?" sahut Reina yang berpura-pura tenang.Sosok tinggi Maxime berdiri di depan Reina."Sepertinya kamu sangat mengenalku? Kenapa kamu bilang aku nggak dapat untung?" tanya Maxime.Reina membalas tatapannya dan menjawab, "Kamu menghamburkan uang dan melakukan bisnis yang ujung-ujungnya rugi. Apa namanya kalau nggak untung?"Maxime mencibir."Kamu salah. Kalau sudah tahu akan rugi, aku nggak akan melakukan bisnis itu.""Dengan posisiku sekarang, aku tahu ada beberapa bisnis yang bukan hanya soal uang."Selama bertahun-tahun, Maxime berulang kali menekan dan mempersulit perusahaan Revin yang ada di Kota Simaliki, memangnya demi apa?Jelas karena Maxime i
Reina tidak menyangka cintanya yang begitu tulus selama ini dianggap murahan oleh Maxime.Reina merasa sangat tidak berharga."Ya, sekarang aku sendiri merasa nggak pantas."Maxime mengernyit serius, matanya memerah dan dia membenamkan kuat-kuat kepala Reina ke arah jantungnya.Reina merasa seperti akan tercekik.Napasnya terasa berat.Maxime menolak melepaskannya, dia ingin mendengar Reina minta maaf.Tapi Reina sangat keras kepala dan menolak meminta maaf.Situasi mereka saat ini seperti saat seseorang sudah cinta mati dengan seseorang dan pendiriannya tidak tergoyahkan kalau tidak kena batunya.Saat ini Reina juga sudah bertekad dan tidak akan dengan mudah minta maaf.Reina yang pada dasarnya fisiknya memang lemah menjadi makin tidak berdaya saat diperlakukan seperti ini oleh Maxime. Napasnya perlahan menjadi lemah.Maxime menyadari hal ini, dia pun melepaskan Reina tapi langsung menciumnya bahkan sebelum Reina sempat mengambil napas.Tatapan Reina jadi sedikit nanar dan pikirannya
Revin juga melirik sekilas Reina yang ada di belakang Maxime dan memberinya tatapan meyakinkan. Setelah itu dia menatap Maxime dan mengulurkan tangannya."Pak Maxime, senang bertemu denganmu."Suasananya tidak setegang yang dibayangkan dan kedua pria itu saling bersikap sopan.Maxime menyambut jabatan tangan Revin.Lalu, Maxime menatap Reina sambil memperkenalkannya, "Ini istriku, Reina."Saat memperkenalkannya, Maxime melingkarkan lengannya di pinggang Reina. Seperti ingin menunjukkan bahwa Reina adalah miliknyaReina ingin melepaskan tangan Maxime dari pinggangnya.Tapi pelukan Maxime makin erat, dia menolak untuk melepaskan meski Reina sudah mencubit kuat-kuat punggung tangan Maxime.Wajahnya Maxime tetap terlihat tenang.Revin menyaksikan semua ini dalam diam dan tidak memberi respons apa pun, dia hanya menjawab, "Nggak perlu dikenalkan. Nana itu pacarku dulu, aku mengenalnya lebih baik darimu, Pak Maxime."Nana ....Panggilan yang mesra sekali.Mengenalnya lebih baik darinya?Maxi
Sebenarnya maksud Ekki adalah supaya Reina tidak terlalu berulah. Bertengkar kecil seperti sekarang memang bukan masalah besar.Tapi kalau ini terus berlanjut, suatu hari Maxime pasti merasa lelah dan membuat mereka berdua sulit untuk bisa bersama.Reina juga tidak bodoh, dia bisa memahami arti di balik kata-kata Ekki."Pak Ekki, apa kamu punya pacar atau istri mungkin?"Mata sipit Ekki di bawah kacamata berbingkai emasnya pun sedikit bergetar, dia menjawab, "Aku punya tunangan."Saat membicarakan tentang tunangannya, sebenarnya Ekki merasa tidak berdaya.Meski keduanya jatuh cinta saat kencan buta, Ekki menyadari tunangannya itu terlalu kekanak-kanakan dan kerap kehilangan kesabaran.Karena sibuk bekerja, terkadang Ekki tidak punya waktu memerhatikan tunangannya, akhirnya mereka ribut dan tunangannya mengancam tidak mau menikah.Di mata Ekki, sikap tunangannya ini berarti menganggap pernikahan seperti permainan semata."Dia suka banget sama kamu, 'kan?"Ekki itu sama seperti Maxime. M
Di sebuah restoran privat mewah.Revin meminta koki membuatkan hidangan favorit Reina."Sepertinya kamu agak kurus, ayo makan yang banyak.""Oke."Reina mengangkat sendoknya dan melihat ke meja yang penuh dengan makanan lezat, tapi dia tidak nafsu makan."Ngomong-ngomong, apa yang kalian bicarakan hari ini?" tanya Reina.Revin mengambilkan lauk dan menaruhnya di piring Reina. "Nggak ada, cuma urusan kerjaan.""Apa Maxime menindasmu?" Reina bertanya lagi.Tangan Revin berhenti bergerak, dia menatap Reina sambil mengernyit, "Aku 'kan bukan anak kecil, gimana dia bisa mempersulit aku?"Revin bercanda lagi.Reina sadar, selama ini orang-orang memanggil Revin dengan hormat, dia juga terlihat sangat serius.Namun di hadapan Reina, tidak butuh waktu lama baginya untuk mulai bercanda.Terkadang Revin memang bertingkah seperti anak kecil."Aku ngomong serius nih, kalau dia menyusahkanmu, kamu harus kasih tahu aku ya.""Eits, nggak bisa dong. Aku 'kan pria sejati, masa seorang pria minta bantuan
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba