Home / CEO / Istri Pengganti Duda Arogan / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Istri Pengganti Duda Arogan: Chapter 71 - Chapter 80

229 Chapters

Bab 71 - Pulang

***"Selamat datang kembali, Nona Bela."Suara bahagia Kim terdengar saat ia menyambut kedatangan Bela dan juga Nial dari arah pintu rumah.Kim tersenyum lepas, seperti menemukan mana orang yang benar yang seharusnya ada di rumah ini. Nial melihat bagaimana Kim menyambut Bela masuk, meraih tas Bela dan mengajaknya ke dalam rumah. Ia jadi ingat wajah kesal Kim yang hari itu tahu bahwa perempuan yang dibawa pulang Nial adalah Vida, saat ia hilang ingatan."Mas nggak masuk?"Suara Bela menghentikan lamunan sesaatnya. Bela tersenyum pada Nial yang masih berdiri di luar padahal malam ini sedang gerimis."Iya.""Kenapa, Mas? Terjadi sesuatu?" Bela yang masih berdiri di samping Kim memandangnya yang mulai mengambil langkah masuk."Terakhir kali aku datang dengan seorang perempuan, Bu Kim nggak seperti ini, Bel.""Oh? Sungguh? Saat membawa pulang Vida?""Ya, tatapannya berisik. Matanya seperti sedang mengatakan kalau dia membenciku. Nggak menyambut kedatanganku, mengisyaratkan sebaiknya ak
Read more

Bab 72 - Hilang Kabar

'Bocah sinting!'Adalah dua kata yang dipikirkan oleh Bela. Mendengar bagaimana gigihnya Dio yang dengan terang-terangan memintanya agar meninggalkan Nial dan memilihnya saja.Niko pernah melakukan hal-hal seperti ini. Namun ia tidak sefrontal Dio, tentu saja. Dua kepribadian mereka bertolak belakang."Kamu sudah gila?"Bela marah dan melepas kedua tangannya dari Dio."Kamu ini sebenarnya kenapa, sih? Kamu terobsesi denganku?" Dio mengangguk mendengar pertanyaan Bela."Ya, lihat bagaimana dirimu, Bela! Siapa yang nggak akan menggila saat—""Stop!"Bela memotong kalimat Dio. Mereka saling tatap dalam kediaman yang sesaat barusan menghampiri."Dio, terima kasih sudah memberi perhatian padaku, tapi ... aku harus memberi batas yang jelas untuk itu. Aku adalah perempuan yang sudah menikah. Aku mencintai suamiku, jadi tolong! Berhentilah!"Rahang Dio menegang melihat Bela yang dengan terang-terangan telah menunjukkan di mana tempatnya seharusnya berada. Bahwa ia tidak bisa melangkahi bata
Read more

Bab 73 - Polemik Cinta Banyak Segi

Bela masih membuka matanya saat Nial mengecupnya. Ia tidak tahu situasi apa ini, tapi sepertinya rasa kesalnya pada Nial seketika itu menguap dengan begitu mudahnya.Ia ikut memejamkan matanya, membiarkan Nial melakukannya."Kamu marah dengan Mas, 'kan?"Nial sekali lagi bertanya saat melepaskan bibirnya dari Bela."Tuh 'kan ... kamu nggak mau ngomong sama Mas?""Mas Nial bohong!"Bela menghindari tatapan mata Nial, pergi dari sana dan duduk di kursi di depan meja. Yang berseberangan dengan kursi kerja Nial."Bohong apa?" tanya Nial masih mengikutinya."Kamu bilang akan membalas pesanku? Tapi ... kamu membuatku khawatir.""Kamu khawatir?""Tentu saja! Setelah peristiwa terakhir yang memisahkan kita, aku terus merasa khawatir. Karena takdir bisa saja berubah sewaktu-waktu."Nial tersenyum. Ia meraih kedua pinggang ramping Bela dan mengangkatnya. Mendudukkannya di atas meja kerja miliknya.Melangkah mendekat dan meraih wajah Bela, memberikan kecupan paling manis sebisa mungkin agar ia t
Read more

Bab 74 - Auckland, Our Honeymoon First Night

"Ah! Gugupnya ...."Nial mengusap dadanya sekilas.Auckland.Rolex Oyster Perpetual Day-Date 40 seharga seratus ribu dolar Amerika di pergelangan tangan kiri Nial menunjuk pada angka sepuluh malam saat ia dan Bela masuk ke dalam rumah yang sudah disiapkan Jerry untuk mereka selama berbulan madu di sini, di New Zealand.Kali ini, New Zealand sedang dilanda musim yang cerah. Tapi tetap saja suasana di sini dingin dan sejuk.Penghangat ruangan juga sudah dinyalakan sejak Jerry mengambil penerbangan lebih dulu untuk sampai di sini lebih cepat dan memastikan Bela juga Nial tidak mengalami kesulitan.Bela menyapukan pandangannya ke seluruh rumah ini. Ruang tamunya tak begitu luas, tapi suasananya hangat. Dapurnya rapi, dengan teras yang dipenuhi oleh pot-pot bunga yang dijajar dengan cantik.Rumah hanya satu lantai, tapi seni minimalis yang disuguhkan seperti sengaja menyambut mereka untuk menghabiskan waktu berdua saja.Jendelanya luas dan besar-besar, dengan korden warna cream yang tampa
Read more

Bab 75 - Mood Baik = Bulan Madu Berhasil

"Selamat pagi."Adalah kalimat pertama yang didengar Bela saat ia membuka mata. Ada pemandangan yang sama cantiknya dengan landscape memukau milik Auckland dan itu adalah wajah cerah Nial."Selamat pagi."Bela gugup saat mengingat bagaimana panasnya kegiatan mereka semalam di dalam kamar mandi.Semakin gugup karena saat ini Nial tersenyum padanya saat duduk di tepi ranjang. Menunggunya bangun hanya untuk mengucapkan 'Selamat pagi' padanya.Bela merinding saat Nial mengecup keningnya, hidungnya, pipinya, dagunya sebelum bibirnya."Mandilah dulu! Aku sudah menyiapkan sandwich untuk sarapan. Kamu mau susu?""I-iya, terima kasih.""Aku suka kalau kamu seperti itu, Bela. Malu-malu, gugup, dan tersenyum."Nial ikut tersenyum saat ia bangkit dan pergi lebih dulu dari kamar.Bela menyusul tak lama kemudian dengan sudah memakai pakaian yang hangat. Bukan dress cantik dan anggun karena tempat mereka pergi hari ini akan ada di tanah yang bersalju.Tapi pandangan Nial mengatakan ia suka dengan ya
Read more

Bab 76 - Partner In Crime Or Partner In Bed?

***"Apa itu Vida?"Niko seperti akan melompat keluar dan mematahkan seat belt miliknya saat ia berhenti di lampu merah dan melihat seorang perempuan yang ada di sisi kanannya. Perempuan itu juga ada di dalam mobil seseorang entah siapa, tapi ia yakin itu Vida."Tapi, bukannya Bela bilang dia ada di penjara?"Ia ragu, lalu memasang airpods di telinganya dan menghubungi Bela.Namun, jemarinya kaku saat itu juga. Ia baru ingat saat ini Bela sedang tidak ada di Jakarta. Melainkan sedang ada di luar negeri guna berbulan madu dengan Nial.Ia membatalkan niatnya dan kembali melepas airpods yang tadi ia kenakan.Lampu hijau menyala dan mobil yang ditumpangi Vida lebih dulu pergi membelah jalan raya. 'Mungkin aku hanya salah lihat?'....Niko tidak salah melihat karena yang tadi ada di sisi kanannya benar-benar seorang Vida. Ia dengan sopir milik Dio yang membawa mobil menuju sebuah lokasi perumahan elit. Dan itu adalah rumah Dio.Ia masuk setibanya di sana dan menjumpai Dio yang berjalan
Read more

Bab 77 - Terjerembab Dalam Hasrat

***"Kamu capek?"Nial mempererat genggaman tangannya pada Bela.Mereka sekarang sedang ada di Mount Cook.Padang rumput kering, sungai yang ada di bawah jembatan gantung dan padang salju telah menemani akhir petualangan Bela dan Nial yang menghabiskan waktu dengan berjalan di sepanjang jalur trekking."Enggak, Mas."Bela tersenyum, cantik. Seperti pemandangan yang indah, landscape gunung bersalju dan juga padang ilalang yang memanjakan mata telah membuat mereka lelah.Tiga jam berjalan menuju tempat bersalju dan tiga jam perjalanan untuk kembali ke titik awal.Melelahkan sekaligus menyenangkan.Jerry mengambil foto-foto mereka. Menjaga jarak dengan berjalan sedikit lebih jauh di belakang agar dua makhluk hidup yang dimabuk cinta itu tidak merasa terganggu.Jerry senang karena Nial telah kembali cerah setelah awan gelap kehidupan merundungnya dalam sepi dan rasa bersalah. Ia senang itu adalah Bela yang menyembuhkan Nial.Tidak ia duga, pernikahan mereka yang hanya berawal dari keben
Read more

Bab 78 - Agar Danial Abdisatya Terlihat Seperti Manusia

Bela terbangun dari tidurnya yang nyenyak. Ia membuka matanya, jendela besar selebar pintu di kamarnya, kelambunya sudah terbuka. Pemandangan langit biru yang terlihat sampai ke sini memanjakan penglihatannya.Tapi ada hal lain yang lebih atraktif.Nial.Bela melihatnya sedang melakukan pemanasan, stretching lengan kiri dan kanan, di dekat jendela. Membuat Bela disuguhi dua pemandangan sekaligus, langit pagi dan juga Nial.Jantung Bela berdebar melihat Nial--yang tampak tak tahu kalau dia sudah bangun. Karena ia terus beraktivitas. Melakukan push up, sit up, back up. Dengan keadaan bertelanjang dada dan memakai celana panjang warna putih. Melihat Nial melakukan push up membuat debar jantungnya berantakan. Ia berkeringat dan larut dalam aktivitas fisiknya di dekat jendela."Kamu sudah bangun?"Bela mengakhiri lamunan panjangnya saat suara Nial membuatnya sesegera mungkin tersadar."I-iya."Bela dengan gugup menjawab, belum bangun dari posisinya sementara Nial masih melakukan push up
Read more

Bab 79 - Kamu Adalah Hadiah

"M-Mas, stop!"Susah payah Bela membuat Nial agar ia menahan hasratnya. "Kenapa? Kamu menolak Mas?""Aku nggak menolak, tapi—"Kruyuuuk ....Perut Nial berbunyi dan tawa Bela terdengar renyah."Tuh! Kamu lapar, 'kan?""Baiklah, deep kiss ya? Sebentar saja."Bela mengangguk. Menurutinya untuk saling menautkan bibir sebentar karena Nial meminta deep kiss dan membiarkan Bela memasak. Ia juga membantu dengan menyeduh kopi dan mereka letakkan di atas meja setelah semua makanan siap. Duduk di ruang makan. Di samping jendela besar di mana di luar sana cuaca sedang terik. Berada di dalam rumah adalah satu-satunya hal yang menyejukkan."Terima kasih, ini enak sekali."Nial tersenyum saat melakukan satu suapan dengan pasta lembut dan juga saus yang enak. Hasil karya Bela."Iya, kamu suka?""Aku hampir nggak pernah makan makanan rumahan setelah peristiwa yang mengguncang hidupku."Bela tahu itu pastilah peristiwa kematian Catherine dan juga Gavin. Nial hanya tidak menyebutkan namanya dan seb
Read more

Bab 80 - Berdansa Semalaman

Gugup.Ini adalah pertama kalinya bagi Bela untuk berdansa. Tapi di SMA ia pernah ikut kelas tari kontemporer dan ada beberapa kali praktik tentang dansa.Meski ia merasa tubuhnya bergerak dengan kaku, tapi Nial mengimbanginya dan memimpinnya dengan baik. Musik dari Christina Perri yang dimainkan secara live band menambah bagaimana manisnya suasana malam ini. 'A thousand years,' ini seperti lagu yang ditunjukkan bahwa mereka akan mencintai bahkan untuk seribu tahun lagi. Setiap orang dengan pasangan mereka masing-masing melantai dengan nyaman.Bela juga merasa nyaman saat tangan Nial melingkar di pinggangnya. Menatapnya sepanjang malam dengan mata yang indah dan penuh cinta. Ia juga bisa melihat Jerry yang memotret dari kejauhan dan tersenyum saat Nial berbisik di telinga Bela."Kamu yang tercantik di sini."Sembari terus berdansa."Jangan bohong! Banyak yang lebih cantik. Perempuan berambut merah tadi juga sangat cantik.""Aku nggak lihat, tuh! Aku hanya melihatmu."Bela menyelid
Read more
PREV
1
...
678910
...
23
DMCA.com Protection Status