Home / CEO / Istri Pengganti Duda Arogan / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Istri Pengganti Duda Arogan: Chapter 81 - Chapter 90

229 Chapters

Bab 81 - Orang Asing Di Dalam Rumah

***"Sepertinya, benar di sini rumahnya."Dio berhenti dari motornya. Di depan sebuah rumah minimalis yang bercat putih, dengan sebuah mobil mewah yang terparkir di depannya dan juga lampu yang tampak redup saat malam hari.Ia tersenyum. Dilihat dari bagaimana Nial sang perfeksionis dan menyukai hal-hal yang cantik, maka dapat dipastikan rumah ini adalah pilihan Nial untuk tinggal selama ia berbulan madu dengan Bela"Tunggu aku, Bela! Saat Nial lengah, aku akan mencurimu darinya."Ia kembali tersenyum lalu pergi dari sana. Lelah, setidaknya ia harus mengistirahatkan punggung dan juga lehernya yang terasa kaku.Harusnya ia bisa istirahat dengan tenang di kamar hotelnya. Tapi begitu mendapat pesan dari orang yang ia perintahkan, tentang adanya kemungkinan Bela dan Nial tinggal di sini, ia bergegas datang untuk memastikan.Dio tidak tahu satu hal.Bahwa ia sedang diawasi oleh mata elang Jerry dari balik kelambu yang ada di rumah seberang.Sedang menyeringai dan mengirim pesan pada Nial.
Read more

Bab 82 - Hukuman!

Seperti mendapat sebuah tamparan keras. Kalimat Bela seketika itu menyadarkannya.Ia tahu ia salah dengan mengedepankan egonya untuk menangkap basah Dio tapi dengan bodohnya justru mengabaikan perasaan Bela, kondisinya dan juga keselamatannya."Mas nggak bermaksud seperti itu, Sayang. Maaf ...."Bela menangis tak terbendung. Merasa Nial sangat jahat."Mas sadar sudah menjadikanku umpan? Aku ketakutan dan berpikir aku nggak bisa menjaga kehormatanku lagi. Tapi Mas Nial? Apa yang kamu lakukan?""Sayang ...."Nial memeluk Bela dengan erat. Tapi Bela memberontak lepas dari dalam dekapannya. Nial tidak ingin memaksanya dengan memeluknya semakin erat karena ia takut akan meremukkan tubuh Bela."Bagaimana ... kalau Mas Nial terlambat dan aku sudah diperk0sa Dio? Aku nggak bisa memaafkan diriku sendiri, Mas Nial tahu itu?""Maaf. Maafkan Mas!""Keluar!"Bela menunjuk pintu agar Nial enyah dari hadapannya."Bela?""Keluar! Aku nggak mau ketemu kamu hari ini!""Mana mungkin Mas bisa meninggalk
Read more

Bab 83 - Camping

*** Udara di Jakarta memanas akhir-akhir ini. Niko tidak tahu, apakah ini disebabkan oleh suhu bumi yang meningkat atau panas yang datang dari dalam hatinya.Ia duduk merenung di dalam ruang kerja dokter magang. Memandang layar ponselnya di mana ia sedang melihat sebuah akun sosial media milik seseorang.Itu ... adalah milik Nial.Ia penasaran kenapa Bela tidak memperlihatkan apapun selama masa bulan madu mereka. Namun rasa penasaran itu telah membuatnya menemukan sebuah foto yang tidak akan pernah ia bayangkan akan sesakit ini.'Aku bahagia, Kak Nik.'Adalah kalimat yang hari itu dikatakan Bela pada pertemuan terakhir mereka di rumah sakit. Dan tampaknya ia tidak berbohong karena Nial yang mengunggah momen kebersamaan mereka.'Perfect honeymoon in a perfect place' pada foto mereka di depan sebuah cermin besar dalam ruang ganti saat mereka mengenakan coat dengan warna yang sama.'Be mine tonight' pada foto mereka di atas lantai dansa.Niko menunduk, air matanya menggenang. Ia rind
Read more

Bab 84 - I'll Treat You Like My Home work (?)

***Hari yang cerah. Dengan tidak adanya mendung di atas sana yang bergantung sendu atau awan putih sedang menutupi cahaya matahari.Bela tersenyum dengan bahagia di samping Nial yang mengemudikan mobilnya.Red Mustang dengan tutup terbuka dan ikut tersenyum saat Bela memejamkan matanya, menikmati sejuknya angin yang menerpa rambutnya.Nial menyetir sendiri kali ini, tanpa Jerry. Karena Jerry mengikuti mereka dari kejauhan.Nial memang sengaja mengajak Bela jalan-jalan di sore hari, menikmati jalan raya lengang yang membentang membelah padang rumput.Di mana di kanan dan kirinya domba dan anak domba berlarian di atas tanah yang seperti dibentangkan oleh karpet berwarna hijau."Sayang, kamu suka?"Nial sekilas menoleh, Bela mengangguk mengiyakannya. Meski mata Nial terlindung di balik kaca mata hitamnya, Bela dapat melihatnya juga memandangnya dengan sebuah kebahagiaan yang terpancar dengan manis."Terima kasih, Mas Nial.""Sama-sama. Kamu mau pindah ke sini saja?""Hah?Bela menoleh
Read more

Bab 85 - Menuju Akhir Perjalanan Di Auckland

***"Wah ...."Nial mengalihkan pandangannya dari layar kamera yang ada di tangannya. Melihat foto-foto yang diambil Jerry sesampainya ia di rumah setelah pulang jalan-jalan sekaligus makan.Ia yang duduk di sofa merasakan jantungnya membuncah dengan rasa gemuruh yang hebat tiap kali melihat Bela. Tapi kini keadaannya lain karena Bela benar-benar menuruti permintaannya.Yaitu untuk memakai lingerie super seksi yang menunjukkan pinggang rampingnya dan tiap lekuk tubuhnya yang indah.Bela hanya diam berdiri di depan Nial sekeluarnya dari kamar mandi. Membiarkan Nial pada keterpakuannya selama lima belas detik dengan sama sekali tidak mengalihkan matanya. Ia gugup, akhirnya ia tidak ingin mengecewakan Nial dan melakukan apa yang dia mau. Toh, ini juga tidak ada salahnya karena ia berdandan di depan suaminya sendiri."Mas Nial?"Nial mengerjapkan matanya beberapa kali lalu berdehem."Ehem! Kamu ... sudah keluar?"Bela mengangguk dengan tersenyum malu sebelum Nial bangkit merengkuh pingg
Read more

Bab 86 - Ahh, Pelan-pelan

Sesuai yang dikatakan Bela dan yang mereka rencanakan kemarin. Hari ini ditutup dengan jalan-jalan pada sore hari di taman tak jauh dari rumah yang mereka tinggali.Berjalan di sepanjang jalur pedestrian, dengan dinaungi langit senja yang bersemburat oranye dan juga gumpalan beberapa kapas awan putih adalah hal terbaik untuk menikmati hidup sebagai warga Auckland.Bela memandang tangan kirinya yang di genggam erat-erat oleh Nial. Mereka sedang berjalan dengan diam. Membiarkan kedamaian dan sejuknya sore di Auckland menerpa rambut mereka.Bela masih tidak percaya bahwa ia telah berhasil membawa Nial terentaskan dari kubangan duka lara yang membelenggunya selama musim demi musim terlewati.Ia masih tidak percaya bahwa hal itu bisa ia lakukan. Kenyataan bahwa ia sedang di sini, bulan madu bersama Nial adalah jawaban yang mengakhiri segala pertanyaannya."Kenapa?"Nial dengan segera memutar kepalanya ke samping kanan karena merasa Bela terus saja memandanginya."Nggak, Mas.""Ada yang ma
Read more

Bab 87 - Bertengkar

***"Astaga, aku sudah mengubah Bela menjadi nakal."Nial berdiri menghadap ke cermin yang ada di dalam kamar mandi. Melihat bekas luka kemerahan di lehernya karena semalam Bela yang membuatnya di sana.Dan pagi ini, luka itu tampak tercetak semakin jelas.Ia tersenyum dan memakai turtle neck yang menutupi lehernya karena jika tidak maka pandangan mata elang Jerry akan mengetahuinya.Ia keluar dari sana tak lama kemudian dan melihat Bela yang sudah cantik dengan dress midi berwarna broken white dengan coat panjang berwarna merah maroon yang hari itu mereka beli di store.Memutar tubuhnya saat melihat Nial berjalan dari arah kamar mandi."Mas, bagus nggak?" tanyanya dengan sekilas berputar, menunjukkannya pada Nial yang mengangguk menjawabnya. "Cantik sekali. Semua terlihat cantik karena kamu yang memakainya.""Terima kasih.""Jadi, mau beli oleh-oleh apa untuk ayah dan mamah?""Mungkin ... seperti teh kesehatan? Atau madu? Atau kopi?""Bagus, ayo pergi!""Tunggu! Luaranmu!"Bela ber
Read more

Bab 88 - Hujan Pertama Kita

Bela sebenarnya tidak siap, apalagi ia tahu sedang menjadi pusat perhatian orang-orang sejak ia dan Nial seperti pasangan yang sedang bertengkar.Tapi sekarang, mereka berdua seperti sedang pamer kemesraan pada semua orang.Bela membiarkan Nial sebelum akhirnya mereka kembali saling tatap."Di luar dingin. Ayo masuk!"Nial menarik Bela untuk bangkit, merangkul pundaknya agar ikut berteduh di bawah payung. Agar bahunya tidak kebasahan atau terkena tempias air hujan.Memasuki kafe terdekat, disambut senyum orang-orang asing yang seperti sedang mengatakan, 'Oh? Mereka sudah baikan!'Nial memintanya duduk di dekat jendela, agar Bela dapat melihat hujan pertama mereka di Auckland dengan leluasa."Bela?"Nial meraih tangannya karena Bela hanya diam saja."Kamu sungguh nggak mau bicara sama Mas?""Mau.""Lihat Mas kalau begitu!"Bela tersentuh, bagaimana cara Nial berubah dengan berusaha untuk meminta maaf telah membuatnya nyeri. Ia mengalihkan pandangannya dari hujan di luar sana pada Nial
Read more

Bab 89 - Jakarta Lagi

Bela turun dari pangkuan Nial, menyambar pakaiannya yang sudah berceceran di lantai dan memakainya secepat kilat.Merapikan rambut dan menerima panggilan video dari Handoko."Bapak?""Hai, apa Bapak mengganggu?" Handoko bertanya dengan mendekat pada Sasti sehingga wajah mereka tampak di layar ponsel."Enggak kok, Pak. Bela baru pulang jalan-jalan sama Mas Nial."Bela mengerling sekilas Nial yang masih duduk dengan lemas di tempatnya. Dengan hasrat menggebu yang kini harus tertunda.Bela menyenggol lengannya, matanya mengisyaratkan agar Nial segera memakai bajunya. Untuk menutupi dadanya yang tak mengenakan pakaian,dan juga lehernya yang terdapat bekas kemerahan."Suamimu mana?" tanya Sasti dari seberang telepon karena Nial tak kunjung tampak."Halo, Ayah, Mamah? Kabar baik?"Nial akhirnya muncul di samping Bela. Melambaikan tangan pada Handoko dan Sasti."Baik, Nak. Kalian baik-baik saja di sana?""Baik, Mah.""Kalian pulang besok?""Iya, mungkin besok malam terbang dari sini.""Baikl
Read more

Bab 90 - After Honeymoon

Pertanyaan itu hanya terjadi di dalam kepalanya sampai Han mengemudilan mobil memasuki halaman rumah.Sambutan hangat Kim seperti menyadarkannya bahwa ia ada di dunia yang sebenarnya lagi. Pada rutinitas yang harus ia jalani setelah petualangan selama berbulan madu."Selamat datang Pak Nial, Nona Bela.""Terima kasih, Bu Kim."Bela dan Nial menjawabnya hampir bersamaan sebelum memutuskan untuk masuk, selagi Han mengeluarkan koper mereka dari dalam bagasi."Hm ... nyamannya."Bela menghempaskan tubuhnya di atas ranjang. Nial yang masuk belakangan hanya tersenyum melihatnya. Ia membuka coat panjangnya dan melemparnya ke lantai begitu saja."Capek?" tanya Nial begitu ia suduk di sampingnya.Bela tak menjawab. Ia ingat ada yang harus ia tanyakan pada Nial, tentang Vida."Mas Nial, aku di jalan tadi melihat Vida."Mendengar nama Vida disebut membuat telinga Nial memanas. Ia berpikir akan memberi tahu Bela sedikit lebih lama lagi. Setidaknya kalau rasa lelah di antara mereka sudah mereda.
Read more
PREV
1
...
7891011
...
23
DMCA.com Protection Status