"M-Mas, stop!"Susah payah Bela membuat Nial agar ia menahan hasratnya. "Kenapa? Kamu menolak Mas?""Aku nggak menolak, tapi—"Kruyuuuk ....Perut Nial berbunyi dan tawa Bela terdengar renyah."Tuh! Kamu lapar, 'kan?""Baiklah, deep kiss ya? Sebentar saja."Bela mengangguk. Menurutinya untuk saling menautkan bibir sebentar karena Nial meminta deep kiss dan membiarkan Bela memasak. Ia juga membantu dengan menyeduh kopi dan mereka letakkan di atas meja setelah semua makanan siap. Duduk di ruang makan. Di samping jendela besar di mana di luar sana cuaca sedang terik. Berada di dalam rumah adalah satu-satunya hal yang menyejukkan."Terima kasih, ini enak sekali."Nial tersenyum saat melakukan satu suapan dengan pasta lembut dan juga saus yang enak. Hasil karya Bela."Iya, kamu suka?""Aku hampir nggak pernah makan makanan rumahan setelah peristiwa yang mengguncang hidupku."Bela tahu itu pastilah peristiwa kematian Catherine dan juga Gavin. Nial hanya tidak menyebutkan namanya dan seb
Gugup.Ini adalah pertama kalinya bagi Bela untuk berdansa. Tapi di SMA ia pernah ikut kelas tari kontemporer dan ada beberapa kali praktik tentang dansa.Meski ia merasa tubuhnya bergerak dengan kaku, tapi Nial mengimbanginya dan memimpinnya dengan baik. Musik dari Christina Perri yang dimainkan secara live band menambah bagaimana manisnya suasana malam ini. 'A thousand years,' ini seperti lagu yang ditunjukkan bahwa mereka akan mencintai bahkan untuk seribu tahun lagi. Setiap orang dengan pasangan mereka masing-masing melantai dengan nyaman.Bela juga merasa nyaman saat tangan Nial melingkar di pinggangnya. Menatapnya sepanjang malam dengan mata yang indah dan penuh cinta. Ia juga bisa melihat Jerry yang memotret dari kejauhan dan tersenyum saat Nial berbisik di telinga Bela."Kamu yang tercantik di sini."Sembari terus berdansa."Jangan bohong! Banyak yang lebih cantik. Perempuan berambut merah tadi juga sangat cantik.""Aku nggak lihat, tuh! Aku hanya melihatmu."Bela menyelid
***"Sepertinya, benar di sini rumahnya."Dio berhenti dari motornya. Di depan sebuah rumah minimalis yang bercat putih, dengan sebuah mobil mewah yang terparkir di depannya dan juga lampu yang tampak redup saat malam hari.Ia tersenyum. Dilihat dari bagaimana Nial sang perfeksionis dan menyukai hal-hal yang cantik, maka dapat dipastikan rumah ini adalah pilihan Nial untuk tinggal selama ia berbulan madu dengan Bela"Tunggu aku, Bela! Saat Nial lengah, aku akan mencurimu darinya."Ia kembali tersenyum lalu pergi dari sana. Lelah, setidaknya ia harus mengistirahatkan punggung dan juga lehernya yang terasa kaku.Harusnya ia bisa istirahat dengan tenang di kamar hotelnya. Tapi begitu mendapat pesan dari orang yang ia perintahkan, tentang adanya kemungkinan Bela dan Nial tinggal di sini, ia bergegas datang untuk memastikan.Dio tidak tahu satu hal.Bahwa ia sedang diawasi oleh mata elang Jerry dari balik kelambu yang ada di rumah seberang.Sedang menyeringai dan mengirim pesan pada Nial.
Seperti mendapat sebuah tamparan keras. Kalimat Bela seketika itu menyadarkannya.Ia tahu ia salah dengan mengedepankan egonya untuk menangkap basah Dio tapi dengan bodohnya justru mengabaikan perasaan Bela, kondisinya dan juga keselamatannya."Mas nggak bermaksud seperti itu, Sayang. Maaf ...."Bela menangis tak terbendung. Merasa Nial sangat jahat."Mas sadar sudah menjadikanku umpan? Aku ketakutan dan berpikir aku nggak bisa menjaga kehormatanku lagi. Tapi Mas Nial? Apa yang kamu lakukan?""Sayang ...."Nial memeluk Bela dengan erat. Tapi Bela memberontak lepas dari dalam dekapannya. Nial tidak ingin memaksanya dengan memeluknya semakin erat karena ia takut akan meremukkan tubuh Bela."Bagaimana ... kalau Mas Nial terlambat dan aku sudah diperk0sa Dio? Aku nggak bisa memaafkan diriku sendiri, Mas Nial tahu itu?""Maaf. Maafkan Mas!""Keluar!"Bela menunjuk pintu agar Nial enyah dari hadapannya."Bela?""Keluar! Aku nggak mau ketemu kamu hari ini!""Mana mungkin Mas bisa meninggalk
*** Udara di Jakarta memanas akhir-akhir ini. Niko tidak tahu, apakah ini disebabkan oleh suhu bumi yang meningkat atau panas yang datang dari dalam hatinya.Ia duduk merenung di dalam ruang kerja dokter magang. Memandang layar ponselnya di mana ia sedang melihat sebuah akun sosial media milik seseorang.Itu ... adalah milik Nial.Ia penasaran kenapa Bela tidak memperlihatkan apapun selama masa bulan madu mereka. Namun rasa penasaran itu telah membuatnya menemukan sebuah foto yang tidak akan pernah ia bayangkan akan sesakit ini.'Aku bahagia, Kak Nik.'Adalah kalimat yang hari itu dikatakan Bela pada pertemuan terakhir mereka di rumah sakit. Dan tampaknya ia tidak berbohong karena Nial yang mengunggah momen kebersamaan mereka.'Perfect honeymoon in a perfect place' pada foto mereka di depan sebuah cermin besar dalam ruang ganti saat mereka mengenakan coat dengan warna yang sama.'Be mine tonight' pada foto mereka di atas lantai dansa.Niko menunduk, air matanya menggenang. Ia rind
***Hari yang cerah. Dengan tidak adanya mendung di atas sana yang bergantung sendu atau awan putih sedang menutupi cahaya matahari.Bela tersenyum dengan bahagia di samping Nial yang mengemudikan mobilnya.Red Mustang dengan tutup terbuka dan ikut tersenyum saat Bela memejamkan matanya, menikmati sejuknya angin yang menerpa rambutnya.Nial menyetir sendiri kali ini, tanpa Jerry. Karena Jerry mengikuti mereka dari kejauhan.Nial memang sengaja mengajak Bela jalan-jalan di sore hari, menikmati jalan raya lengang yang membentang membelah padang rumput.Di mana di kanan dan kirinya domba dan anak domba berlarian di atas tanah yang seperti dibentangkan oleh karpet berwarna hijau."Sayang, kamu suka?"Nial sekilas menoleh, Bela mengangguk mengiyakannya. Meski mata Nial terlindung di balik kaca mata hitamnya, Bela dapat melihatnya juga memandangnya dengan sebuah kebahagiaan yang terpancar dengan manis."Terima kasih, Mas Nial.""Sama-sama. Kamu mau pindah ke sini saja?""Hah?Bela menoleh
***"Wah ...."Nial mengalihkan pandangannya dari layar kamera yang ada di tangannya. Melihat foto-foto yang diambil Jerry sesampainya ia di rumah setelah pulang jalan-jalan sekaligus makan.Ia yang duduk di sofa merasakan jantungnya membuncah dengan rasa gemuruh yang hebat tiap kali melihat Bela. Tapi kini keadaannya lain karena Bela benar-benar menuruti permintaannya.Yaitu untuk memakai lingerie super seksi yang menunjukkan pinggang rampingnya dan tiap lekuk tubuhnya yang indah.Bela hanya diam berdiri di depan Nial sekeluarnya dari kamar mandi. Membiarkan Nial pada keterpakuannya selama lima belas detik dengan sama sekali tidak mengalihkan matanya. Ia gugup, akhirnya ia tidak ingin mengecewakan Nial dan melakukan apa yang dia mau. Toh, ini juga tidak ada salahnya karena ia berdandan di depan suaminya sendiri."Mas Nial?"Nial mengerjapkan matanya beberapa kali lalu berdehem."Ehem! Kamu ... sudah keluar?"Bela mengangguk dengan tersenyum malu sebelum Nial bangkit merengkuh pingg
Sesuai yang dikatakan Bela dan yang mereka rencanakan kemarin. Hari ini ditutup dengan jalan-jalan pada sore hari di taman tak jauh dari rumah yang mereka tinggali.Berjalan di sepanjang jalur pedestrian, dengan dinaungi langit senja yang bersemburat oranye dan juga gumpalan beberapa kapas awan putih adalah hal terbaik untuk menikmati hidup sebagai warga Auckland.Bela memandang tangan kirinya yang di genggam erat-erat oleh Nial. Mereka sedang berjalan dengan diam. Membiarkan kedamaian dan sejuknya sore di Auckland menerpa rambut mereka.Bela masih tidak percaya bahwa ia telah berhasil membawa Nial terentaskan dari kubangan duka lara yang membelenggunya selama musim demi musim terlewati.Ia masih tidak percaya bahwa hal itu bisa ia lakukan. Kenyataan bahwa ia sedang di sini, bulan madu bersama Nial adalah jawaban yang mengakhiri segala pertanyaannya."Kenapa?"Nial dengan segera memutar kepalanya ke samping kanan karena merasa Bela terus saja memandanginya."Nggak, Mas.""Ada yang ma